Senin, 17 Desember 2012

[FANFICTION] ON RAINY DAYS (PART. 1- PART.4)




#TEASER#

Title: On Rainy Days
Author: http://wulanmind.blogspot.com
Genre: Romance, Sad
Cast: *Kim Dong Hyun
*Seo Min Young (OC, Reader)
Cameo: akan muncul dengan sendirinya
Disclaimer: FF ini murni dari otak saya yang paling dalam (?) dan Castnya semua milik saya dan milik semuanya *gaje*
Copyright: Don't Plagiat and Don't Re Share

Summary:

Meninggalkannya memang bukan keputusan yang terbaik

Tapi aku bisa apa?

Ini semua karena kesalahanku sejak awal

Seharusnya aku tak boleh mencintainya








:::ON RAINY DAYS PART. 1:::

Seorang namja telah kembali ke rumah lamanya, setelah bertahun-tahun berada di luar negeri. Ya, ia bersekolah di luar negeri. Meninggalkan satu kenangan manis yang masih ia ingat sampai saat ini. Ia tersenyum sambil memandangi dua anak kecil yang sedang bermain balon itu. Ia mengingat masa lalunya dengan seorang yeoja yang sekarang entah dimana.

*FLASHBACK POV*

Seora
ng namja kecil sedang berlari, entah kenapa wajahnya sangat ketakutan. Kaki kecilnya sedikit bergetar, seketakutan itukah dia?

Bruk!

"Arrghh!" teriaknya sambil memegangi lututnya yang tergores aspal, ia terluka.
"Gwaenchanayo?" seorang yeoja kecil itu duduk berlutut di hadapannya.
"Kau siapa?" tanya namja kecil itu.
"Ah, lukamu. Tunggu dulu ya aku mau mengambil kotak obat di dalam. Oh ya, lebih baik kau masuk dulu," yeoja kecil itu membantu namja kecil itu berjalan memasuki rumahnya.

Tak beberapa lama yeoja kecil itu telah kembali dengan sebuah kotak obat di tangannya. Ia mengeluarkan cairan obat merah dan kapas dari sana. Meleburnya pada luka di lutut namja itu. Namja itu sedikit meringis kesakitan.

"Nah, selesai," ucap yeoja kecil itu setelah menempelkan plester pembalut luka pada lutut namja itu.
"Gomawo, kau baik sekali," pujinya.

Yeoja kecil itu hanya tersenyum, menampilkan eye smilenya yang sangat imut.

"Emm, rumahmu dimana?" tanya yeoja kecil itu.
"Di ujung jalan ini."
"Emm, aku antar ya?"
"Eh? Tidak perlu. Aku bisa sendiri."
"Kau yakin? Kau kan tadi habis dikejar anak-anak nakal itu. Kau yakin akan baik-baik saja?"
"Ne. Tentu saja. Jangan khawatir," namja kecil itu keluar dari gerbang rumah sang yeoja.

"Paii paii!" teriak yeoja kecil itu.

Namja kecil itu langsung berbalik dan memamerkan senyum khasnya dengan sederet gigi. Ia tersenyum lebar.

*FLASHBACK POV END*

"Kau sudah kembali hyung?" tanya seorang namja yang sekarang sudah berdiri tegak di belakangnya.











:::ON RAINY DAYS PART. 2:::

Namja itu berbalik. Ia mendapati sosok yang sangat ia kenal. Ia langsung merangkulnya.

"Ah kau," ucapnya sambil melepas rangkulannya.
"Hyung, masuklah. Eomma sangat merindukanmu," namja yang tingginya lebih pendek dari namja itu langsung menariknya masuk.

Ceklek! Keadaan rumah itu kini berbeda. Terlihat lebih sepi sekarang. Tak seramai dulu. Ya. Semakin bertambahny
a usia pasti setiap orang akan semakin dewasa meninggalkan masa kanak-kanaknya.

"Donghyunnie!" yeoja yang kelihatannya sudah berumur setengah baya itu langsung berlari dan memeluknya erat.
"Eomma.." namja yang bernama Donghyun itu langsung balas memeluknya erat.
"Kau sudah dewasa sekarang. Eomma sangat merindukanmu. Kau pasti kembali karena disuruh appamu untuk menggantikan appamu di perusahaan yang berada di sini kan?" tebak eommanya.
"Ah eomma ini serba tahu," Donghyun hanya tersenyum.
"Hyung, kajja mogo. Kami sudah menyiapkan makanan favoritmu," ucap namja itu.
"Seunghyunie, biarkan hyungmu membersihkan dirinya dulu," titah sang eomma.
"Ne eomma. Hehe. Aku terlalu bersemangat," ucap namja yang bernama Seunghyun itu yang tidak lain adalah adik Donghyun.











:::ON RAINY DAYS PART. 3:::

Mobil yang dikendarai Donghyun memecah hiruk pikuk kota Seoul pada malam hari. Ya. Ia sangat merindukan tanah kelahirannya ini. Semilir angin menerpa wajah namja tampan itu. Mobilnya ia buka bagian atapnya.

Seorang yeoja sedang menyusuri trotoar sepi itu. Kakinya menendang-nendang sebuah batu yang dari tadi ia tendang sepanjang jalan dari tempat kuliahnya sampai di si
ni. Kaos dengan jaket hitamnya dan jeans tiga per empatnya membalut tubuh yeoja itu. Topi berwarna putih bertengger di kepalanya. Headphonenya pun ikut bertengger di lehernya. Sangat casual.

"Yeoja itu.. Kenapa aku merasa mengenalnya?" gumam Donghyun.

Donghyun menepikan mobilnya. Ia langsung keluar saat yeoja itu sudah berada di samping mobilnya. Tangan Donghyun menariknya.

"Eh? Nuguseyo?" tanya yeoja itu.
"Kau.. Kau.. Kau yeoja kecil itu?" tanya Donghyun, memori otaknya terkuak kembali.
"Yeoja kecil. Yeoja kecil yang mana?" yeoja itu menatap namja tinggi yang berada di hadapannya dengan heran.
"Kau.. Kau masih ingat peristiwa 18 tahun yang lalu?" tanya Donghyun lagi.
"Emm..." yeoja itu tampaknya mengingat-ingat kejadian yang dimaksud Donghyun.








:::ON RAINY DAYS PART. 4:::

Yeoja itu mengerutkan keningnya. Ya. Perlahan ingatan yang sama dengan yang dimiliki Donghyun ikut keluar dari dalam otaknya. Ia tersenyum sejenak kemudian menatap namja itu dalam.

"Kau..." ucap yeoja itu terputus.
"Ne. Aku namja kecil yang waktu itu kau tolong," Donghyun memotong ucapan yeoja itu.
"Jinjja? Kau.. Terlihat berbeda," ucap yeoja itu sambil memandangi 
Donghyun dari bawah ke atas.
"Begitu pula denganmu. Dulu kau feminim tapi sekarang err.. Terlihat berbeda," Donghyun balas melihat yeoja itu dari bawah ke atas.
"Ah kau ini," yeoja itu meninju kecil lengan Donghyun.
"Hehe. Ah ne. Kim Dong Hyun imnida. Bangapseumnida. Neo?" Donghyun membungkukkan badannya 90 derajat.
"Seo Min Young imnida. Bangapseumnida," yeoja bernama Minyoung itu ikut membungkukkan badannya.
"Baiklah nona Minyoung, apakah kau ingin pulang?"
"Aku malas pulang sebenarnya. Makanya aku sengaja berjalan kaki supaya lama sampai rumah."
"Waeyo?"
"Sedang tidak ada orang di rumah."
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan? Aku sudah lama tidak ke sini," Donghyun langsung menarik tangan Minyoung.
"Yaaa!" teriak Minyoung yang kaget karena tiba-tiba Donghyun menariknya.

Mereka tiba di sebuah tempat, taman air mancur yang dikelilingi oleh taman bunga. Sangat sepi di sana. Tapi ada beberapa orang yang lewat juga. Mereka duduk di bangku taman. Rambut Minyoung yang panjangnya sebahu melambai ketika semilir angin menerpanya.

"Di sini banyak perubahan ya," Donghyun membuka percakapan.
"Ne. Memangnya berapa lama kau tidak ke Seoul?"
"Cukup lama. Sudah 18 tahun."
"Mwo?! Selama itu?!" Minyoung tiba-tiba bangkit dari duduknya.
"Wae?"
"Semenjak pertemuan kita kau pergi?"
"Ne. Begitulah. Aku harus mengikuti appaku ke luar negeri dan bersekolah di sana. Ya. Appaku itu terlalu berambisi untuk beberapa perusahaannya. Dan saat ini aku harus mengurusi perusahaannya yang berada di Seoul."
"Kau keren!" Minyoung mengerjapkan matanya.
"Keren? Hahaha," Donghyun malah tertawa.









[FANFICTION] URI MINWOONIE (PART. 1- PART 8 *END*)





#TEASER#

Title: Uri Minwoonie
Author: Wulan Sari Zuno Nmw (*Sungmin*)
Genre: Family
Main cast:
*No Eun Bin (OC, Readers)
*No Min Woo
Cameo: akan ada sesuai jalannya cerita, kkk~
Rating: T

Length: Chaptered
Copyright: Dilarang mengcopas FF atau menshare FF saya. This FF just be mine. And the cast for all :) Copas ntar didatengin loh *datengin apaan coba(?)*
Summary:

karena dongsaeng kadang membuatku merasa seakan dewasa..

Karena dongsaeng aku merasakan kehangatan keluarga..

Karena dongsaeng aku merasakan bahagianya saling menyayangi..

Dan karena dongsaeng juga aku merasakan kebahagiaan yang berbeda..














:::URI MINWOONIE PART. 1:::

"Nuna..." tiba-tiba ada tangan yang memeluk leherku. Aku membalikkan tubuhku, ku dapati mata khas milik Minwoo, namdongsaengku.
"Ya! Darimana saja kau?" aku pura-pura marah, karena saat dimarahi ekspresinya akan sangat menggemaskan.
"Mianhae nuna, aku baru saja bermain," ucap Minwoo sambil menggerak-gerakkan jemarinya, ya ia saat dimarahi memang suka sekali bermain 
dengan jarinya.
"Dengan siapa? Dimana?" tanyaku sedikit menyelidik.
"Dengan nuna, di hatiku yang terdalam," Minwoo lagi lagi merayuku.
"Aish! Jangan bercanda!" aku menjitak kepalanya pelan.
"Hehe. Mianhae nuna, aku tadi barusan bermain dengan Jo twins dan namjachingu nuna," aish! Apalagi yang dia katakan?! Dia meledekku eoh?!
"Jangan bercanda Woonie!" aku cemberut.
"Aku tidak bercanda, nuna kan memang suka mengaku sebagai namjachingu Hyunseong hyung saat di buku," ucapnya dengan wajah seperti biasa, watados.
"Terserah kau saja," aku semakin memajukan bibirku, yah dia selalu mengejekku. Ingin rasanya aku menenggelamkan namja kecil ini ke laut atau bahkan ke segitiga bermuda.

Chu~

"Ya!" mataku sudah mendelik lebar.
"Nuna, tadi pagi kan aku belum dikasih ppoppo. Ppoppo lagi ya?"

Chu~

"Sudah! Tak ada ppoppo lagi. Nanti sebelum tidur kau tak akan mendapat ppoppo dari nuna lagi," aku terkekeh saat ia menekuk wajahnya.
"Nuna pelit."
"Aish! Badanmu bau sekali. Mandi sana!" aku memerintahkannya.
"Ne nuna. Ppai ppai," ucapnya lalu masuk ke kamar mandi.

Namdongsaengku satu-satunya. Masih berumur 4 tahun, tapi ia sudah lebih tinggi dariku. Cukup memalukan memang, masa nunanya kalah tinggi dengan dongsaengnya. Kebiasaannya setiap hari adalah meminta ppoppo dariku di setiap bangun tidur dan sebelum tidur saat malam hari. Aneh memang, tapi begitulah dia.











:::URI MINWOONIE PART. 2:::

Malam ini sangat dingin, aku hanya keluar rumah untuk lihat bungaku sudah tumbuh atau belum. Dan ternyata sudah mekar.

"Nuna~" panggilnya lagi.
"Hm," hanya itu yang keluar dari mulutku.
"Nuna, kau tidak tidur?"
"Anni. Kau sendiri kenapa belum tidur?"
"Masih menunggu eomma selesai membereskan tempat tidurku. Nuna, besok aku ulang tahun."
"Lalu?"
"Ya! Nuna! Kau jangan cuek begitu padaku!"
"Baiklah. Chukkae."
"Nuna!"

Grrep! Ya! Minwoo! Kau...!!?! Kau merusak bungaku!

"Nuna? Mi.. Mianhae..." ia menunduk.
"Kau! Ish! Sungguh! Kau tau! Dari awal aku tak pernah mengharapkan kehadiranmu di rumah ini! Bisakah kau tidak mengganggu kesenanganku untuk sekali saja?! Kau merebut semuanya dariku! Kau bahkan merusak bungaku! Sudah lama aku merawat bunga ini dan baru mau mekar sekarang kau sudah merusaknya! Kenapa kau sangat suka sekali mengganggu hidupku! Aku membencimu! Arra?! Sangat membencimu! Aku bukan nunamu! Bukan sampai kapanpun!"

Minwoo.. Ia menangis. Aku tak peduli. Jujur, dari awal semua yang ku katakan barusan itu semua ungkapan hatiku selama ini. Walaupun Minwoo menyayangiku, tapi aku tak pernah sepenuhnya menyayanginya. Setiap hari eomma dan appa selalu baik padanya. Sedangkan aku? Aku selalu diabaikan oleh mereka. Betapa sakit saat mengingat itu semua. Kamar Minwoo disusun dengan baik oleh appa dan eomma. Sedangkan aku? Aku bahkan harus menyusun sendiri kamarku.

*FLASHBACK POV*

Pagi ini aku dan Minwoo akan berangkat ke sekolah. Ini hari pertama Minwoo masuk ke sekolah barunya. Karena sekarang umurnya baru cukup untuk bersekolah.

"Minwoo.. Kajja berangkat dengan appa," ucap eomma dengan sangat lembut pada Minwoo.
"Ne eomma," ucap Minwoo lalu mengikuti appa.

Aku? Kenapa aku tidak ditanyai. Kenapa aku tidak diajak berangkat bersama? Aku harus berangkat sendiri bersama sahabatku, Shim Hyun Seong. Minwoo, kau berhasil merebut appa dan eomma dariku. Lalu apa lagi?

Waktu itu, aku minta dibelikan buku cerita. Tapi eomma dan appa tidak mau membelikannya. Sedangkan Minwoo ingin dibelikan PSP, appa langsung membelikannya. Bukankah harga PSP lebih mahal dari buku cerita?

*FLASHBACK END*

Aku tak peduli siapa pun. Aku tak punya siapa pun lagi di dunia ini. Hanya halabeoji dan halmeoni yang sayang padaku. Tapi saat ini mereka berdua sudah tenang di alam sana. Aku tak bisa mengganggunya lagi. Aku rasa, aku memang tak dibutuhkan di keluarga ini. Keluarga ini lebih membutuhkan Minwoo daripada aku.














:::URI MINWOONIE PART. 3:::

Tok.. Tok..
Terdengar suara ketukan pintu. Suara yang sangat kecil. Pasti itu Minwoo. Ahh! Untuk apa dia kemari?!

"Nuna.. Mianhae.. Apa kau mau memaafkanku?" ucap Minwoo dari balik pintu kamarku.
"BISAKAH KAU PERGI DARI SANA?!" suaraku meninggi.
"Nuna.. Jebal.."
"Dengar! Aku tak pernah mau melihatmu lagi! Arra?! Jangan pernah berani muncul di hadapanku! Lupakan se
mua tentangku! Aku bukan nunamu!" bentakku lalu mematikan lampu kamarku.

Pasti dia sudah pergi. Apa peduliku? Biarkan saja. Segera ku tarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhku.

Pagi harinya. 31 Agustus. Tanggal yang paling ku benci. Waeyo? Karena ini adalah tanggal peringatan kelahirannya alias ulang tahunnya. Rasanya aku malas untuk keluar dari kamar. Aku tak mau melihat wajahnya lagi. Aku sudah cukup lelah menjadi Eunbin yang selalu begini.

Ceklek! Ku buka pintu kamarku perlahan. Ku lihat Minwoo sedang tertidur di samping pintu dan saat ku buka kepalanya jatuh di kakiku. Sedikit iba saat melihatnya. Tidak! Tidak! Aku tidak mau seperti ini lagi. Aku bukan nunanya.

"Nuna..." panggilnya.

Aku hanya diam dan tak menjawabnya. Dengan perlahan ku geret kakiku untuk meninggalkannya. Hangat. Apa ini? Tangan kecil itu memeluk kakiku.

"Apa yang kau lakukan hah?! Cepat lepaskan!" bentakku.
"Sirheo! Aku ingin kau seperti kemarin nuna."
"Sudah ku bilang aku bukan nunamu!" suaraku semakin meninggi saja.
"Eunbin-ah!" suara itu.. Eomma?

Eomma berjalan mendekati kami. Membangunkan Minwoo agar berdiri berhadapan denganku. Eomma menatapku tajam. Apa?! Ingin memarahiku?

"Kau tidak boleh begitu pada dongsaengmu! Arra?!" omelnya.
"Dia bukan dongsaengku! Aku tak pernah memiliki dongsaeng!" ucapku tak kalah lantang dengan suara eomma.

Plakk! Eomma menamparku. Tak terasa air mata menetes dari kedua mataku. Minwoo.. Ia menatapku. Ia memelukku. Aku segera melepaskannya dan pergi meninggalkan rumah ini.

"Nuna!" panggil Minwoo.

Aku tak memperdulikan panggilannya. Yang aku inginkan hanyalah berlari. Menjauh. Hanya ingin menjauh dari rumah ini. Aku ingin pergi. Eomma selalu membelanya. Ia bahkan rela menamparku untuk membelanya. Tidak adil. Kau mendapatkan semuanya, Minwoo. Tapi aku tidak. Dongsaeng macam apa dirimu!














:::URI MINWOONIE PART. 4:::

Kakiku sudah cukup sakit. Aku berhenti di sebuah taman, di tengah taman itu ada kolam air mancurnya. Sungguh indah. Aku duduk di tepian kolam air mancur itu. Apa aku sudah jauh dari rumah? Apa peduliku?! Tak ada yang akan mengkhawatirkanku. Untuk apa aku peduli pada mereka jika mereka tak pernah memperdulikanku. Mereka lebih suka mengabaikanku. Ya. Aku memang bukan ana
k yang bisa dibanggakan jauh berbeda dengan Minwoo. Dia bahkan sudah membintangi banyak iklan dan drama televisi. Aku? Aku tak pernah seperti itu. Kedua orangtuaku mungkin sangat menyayanginya karena dia namja, dia penerus perusahaan appa. Itulah kenapa aku tak pernah dibutuhkan di keluarga ini. Aku tau itu. Apa sebaiknya aku pergi saja dari rumah ya? Ya. Itu lebih baik. Lagipula tak ada yang peduli padaku kan.

Aku berjalan lagi meninggalkan taman ini. Akan ku ikuti kemana kakiku membawaku. Aku tak peduli ucapan orang lain lagi. Tak ada yang benar-benar membutuhkanku di dunia ini.

"Eunbin-ah!" panggil seseorang, ku rasa aku mengenal suara ini. Seperti suara... Ah ne! Suara Hyunseong oppa.

Buru-buru aku membalikkan tubuhku. Ku tatap wajah tampan dan imutnya itu. Dia berjalan mendekatiku sambil tersenyum.

"Kau mau kemana?" tanyanya.
"Aku mau pergi."
"Kemana?"
"Mollayo."
"Tadi dongsaengmu mencarimu. Kau lebih baik pulang lah."
"Sirheo. Aku tidak mau. Dia bukan dongsaengku."
"Eunbin?"
"Ne. Waeyo?"
"Kajja pulang lah. Gajima ne?"
"Anniya. Aku mau pergi. Tak ada dongsaeng dalam hidupku dan juga tak ada keluarga dalam hidupku."
"Tapi dongsaengmu..."
"Dia bukan dongsaengku. Jangan pernah mengucapkan kata dongsaengmu lagi padaku!" potongku dengan suara tinggi sambil memberikan penekanan pada kata 'dongsaengmu'.
"Baiklah. Ayo lah pulang. Kau harus pulang," Hyunseong oppa langsung menarik tangan mungilku.

Aku tak bisa menolaknya. Dengan senyuman manisnya, aku tak bisa menolaknya. Aku berjalan mengikutinya. Dia menggandeng tanganku sangat erat. Ya. Aku semakin menyukainya.








:::URI MINWOONIE PART. 5:::

Kami berdua berhenti di depan rumahku. Hyunseong melepaskan genggaman tangannya. Ia menatapku dalam.

"Nah, sekarang masuklah. Oh ya sekarang ulang tahun Minwoo kan? Sampaikan ucapanku padanya ya? Sebagai sahabatku kau mau kan?" tanya Hyunseong sambil tersenyum sangat manis padaku.

Huh. Sebenarnya aku ingin sekali menolaknya. Tapi, dia.. Ah. Demi dia terpaksa aku tida
k menolaknya.

"N-ne.. Oppa," jawabku akhirnya.

Aku masuk ke kamarku. Aku hanya terdiam di atas ranjangku. Apa yang harus ku lakukan? Aku harus mengucapkannya demi Hyunseong oppa. Tapi aku malas melihat wajahnya. Aish! Baiklah. Sekali ini saja.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Aku masih saja belum menemuinya. Rasa benciku masih membuncah. Baiklah. Aku pergi.

Ku buka pintu kamar Minwoo perlahan. Ia belum tidur rupanya. Ia masih memainkan kadonya yang belum dibuka. Ada banyak sekali. Pasti saat perayaan tadi. Aku malas untuk ikut merayakannya. Ada satu buah kado yang besar. Apa itu? Pasti dari appa. Huh dasar.

"Nuna?" tiba-tiba Minwoo membalikkan tubuhnya dan langsung berlari ke arahku.

Grep! Ia memelukku. Setelah kau merebut appa dan eomma, bahkan semuanya kau masih bisa memelukku. Dongsaeng yang sangat menjijikan! Mwo?! Ia menangis. Tanpa ku sadari tanganku mengelus puncak kepalanya yah walaupun aku harus berjinjit karena aku kalah tinggi dengannya.

"Ada ucapan selamat ulang tahun untukmu dari Hyunseong oppa," ucapanku masih saja ketus.
"Nuna.. Aku menyayangimu. Kenapa kau tak mau mengucapkannya untukku? Kenapa harus dari Hyunseong hyung?"
"Aku tidak perlu mengucapkannya. Aku membencimu."
"Nuna. Aku tak mau semua ini. Aku menyayangimu. Aku tak mau appa dan eomma sangat memanjakanku daripada nuna. Aku tak suka. Aku juga tak tahu kenapa. Aku sangat menyayangi nuna. Mianhae, kemarin aku merusak bungamu. Mianhae. Kau bisa memukulku atau membentakku nuna," tangisan Minwoo semakin menjadi.
"Kau bohong."
"Aku tak bohong nuna. Tunggu sebentar," Minwoo mengambil kado besar itu dan meletakkanya di hadapanku.
"Ige mwoya?" tanyaku.
"Pengganti bunga yang waktu itu nuna. Aku harap nuna menyukainya."

Aku langsung membukanya. Benar, sebuah pot berisi bunga mawar berwarna biru itu sangat cantik. Ia memberikannya untukku? Apa itu tulus?











:::URI MINWOONIE PART. 6:::

"Apa kau tulus memberikannya?" tanyaku.
"Ne nuna. Aku sangat tulus memberikannya untukmu. Apa nuna suka?"
"Ne."

Setelah menerimanya aku langsung memainkan jemariku pada bunga itu. Sungguh cantik. Minwoo ikut-ikutan dan ia duduk di sampingku. Hari ini sangat dingin. Malam juga semakin larut. Lebih baik aku kembali ke kamarku.

"Nuna.. Kau mau kemana?" tanyanya.
"M
au tidur."
"Nuna.. Aku kedinginan. Maukah kau tidur bersamaku?"
"Emmm..."

Aku berpikir sejenak. Aku kan membencinya. Tapi melihatnya kedinginan rasanya sangat kasihan. Baiklah sembunyikan egoku dulu. Bagaimanapun juga ia dongsaengku. Aku tidak bisa menghindari fakta itu.

"Baiklah. Aku akan menemanimu," ucapku.

Malam ini kami berdua tidur bersama. Ia memelukku dengan sangat erat. Bukannya aku yang menghangatkannya, tapi ia malah yang menghangatkan tubuhku. Di hari ulang tahun Minwoo yang sangat dingin ini, aku memutuskan untuk kembali menjadi nunanya. Yah. Menjadi seorang nuna memang cukup berat untukku. Tapi kehadiran Minwoo di duniaku memang mengubah segalanya ia membuatku seperti dewasa. Gomawo Minwoonie..

............................

"Hoaaaam," aku menguap.

Aku edarkan pandanganku. Minwoo, ia masih tidur. Wajahnya sangat imut ketika tidur. Huh, dia semakin tinggi saja. Saengil chukkae hamnida di umurmu yang sudah 17 tahun ini. Mulai saat ini nuna akan selalu menyayangimu nae dongsaeng. Hanya kau yang aku punya di dunia ini. Kau segalanya untukku Minwoonie.

Aku terus menatapnya, mengelus puncak kepalanya lembut. Wajahnya begitu tentram.

"Nuna? Kau sudah bangun?" tanya Minwoo.
"Ne. Saengil chukkae hamnida Minwoonie," ucapku sambil tersenyum.
"Gomawo nuna. Kau selalu jadi yang pertama mengucapkannya padaku. Ah, nuna aku menyayangimu," Minwoo langsung memelukku erat.
"Ya! Minwoonie! Kau mau membunuh nunamu eoh?"
"Hehe. Mianhae nuna. Ah ne, jadi apa hadiahmu untukku?" tanya Minwoo.

Aish! Dia ini.. Selalu saja yang ditanyakan hadiah. Aku lupa belum menyiapkannya kemarin. Ah nanti sore saja aku carikan hadiah untuknya.

"Nanti sore ya. Nuna lupa kemarin," ucapku.
"Aku tak meminta hadiah benda nuna. Aku ingin sesuatu. Tapi harus dikabulkan," ucap Minwoo sambil tersenyum.














:::URI MINWOONIE PART. 7:::

"Mwo? Awas jangan yang aneh-aneh," aku mendelik ke arahnya.
"Anniya. Aku hanya minta ppoppo nuna. Sudah lama kau tak memberiku ppoppo lagi, hehehe," aish! Dia tertawa.
"Sirheo. Kau kan sudah besar. Sudah se dewasa ini Minwoonie. Kau mau nunamu ditendang fansmu atau kekasihmu?" aku mendengus kesal ke arahnya.
"Anniya. Fansku tak akan marah jika kau yang menciumku. L
agi pula aku juga tak punya kekasih. Atau jangan-jangan nuna sendiri yang sudah memiliki kekasih?"
"MWO?! Tentu saja tidak."
"Ehee.. Kau masih menyukai Hyunseong hyung ya nuna? Aigoo, nunaku setia sekali," dia meledekku!

Pletak! Aku menjitak kepalanya pelan. Haha, dia meringis kesakitan sekarang. Rasakan itu.

"Nuna, appoyo," ucapnya sambil mengelus kepalanya.
"Makanya jangan berbicara yang tidak tidak," omelku.

Chuuu~

Omona! Ia mengambil kesempatan saat aku lengah. Bibirnya masih menempel di bibirku. Dia ini!!!

Malam ini aku pakai baju apa ya? Aku harus hadir di perayaan ulang tahun dongsaengku. Aku tidak punya gaun. Bagaimana ini?

"Nunaa~" panggilnya.

Aish! Kenapa dia bahagia sekali saat menggangguku? Heh dasar! Mau apa lagi dia?

"Nuna, waeyo? Kau akan datang kan?" tanyanya sambil berguling-guling di ranjangku.
"Ne. Tapi..."
"Tapi apa nuna?" ia bangkit dari guling-gulingnya, ku pikir ia akan jadi kambing guling saat itu juga.
"Lihatlah, aku bahkan tak punya gaun," aku menutup lemariku dan menghempaskan tubuhku di sampingnya.
"Kalau begitu kajja kita berangkat sekarang," ia langsung menarikku.

Entah dia akan membawaku kemana. Saat ku tanya ia terus bilang 'tentu saja akan ke pesta ulang tahunku. Memangnya nuna mau kemana?' Ia berhenti di sebuah tempat, seperti toko pakaian, boutique. Minwoo menarikku masuk.

Doeeeng~ semuanya gaun di sini. Wah itu bagus! Itu juga! Banyak yang bagus. Tapi untuk apa dia mengajakku kemari?

"Nuna!" dia memanggil seorang asisten toko di sini.
"Ne, ada apa Tuan?" tanyanya ramah.
"Emm, tolong bawakan gaun pesananku kemarin ne?" ia tersenyum penuh arti.

Gaun pesanan kemarin? Jadi ia sudah merencanakannya. Kalau begini untuk apa aku pusing memikirkan pakaianku =="

Asisten toko itu datang sambil membawakan gaun yang err.. Sangat menawan. Warnanya merah ada sedikit campuran hitam di bagian lengannya juga ada sedikit kerlap-kerlip di bagian pinggang. Warna favoritnya. Tapi gaun itu sangat pendek menurutku. Karena pasti saat aku pakai hanya sampai bagian lutut naik 2 cm sedikit. Tapi lumayan lah, daripada tidak ada.











:::URI MINWOONIE PART. 8 (END):::

Yap, selesai sudah. Kini aku sudah tampil beda. Kami berdua pergi ke gedung tempat Minwoo akan merayakan ulang tahunnya. Sudah banyak fans yang hadir. Saat aku dan Minwoo masuk, banyak yang meneriaki namanya bahkan ada yang meneriaki namaku. Wah, ternyata aku tak kalah terkenal dengan Minwoo. Saat aku masuk ke gedung itu semua member menatap ke arahku. Apa aku te
rlihat aneh?

"Minwoo-ah, dia Eunbin nunamu?" tanya Donghyun oppa.
"Ne hyung. Waeyo? Kau menyukainya?" tanya Minwoo.
"Ah, dia sangat cantik malam ini."

Semua member dan orang-orang yang hadir bersorak riuh menyanyikan lagu ulang tahun untuk Minwoo, hingga Minwoo memotong kuenya dan memberikannya padaku.

"Baiklah. Minwoo, apa harapanmu di hari ulang tahunmu ini?" tanya Donghyun oppa selaku MC di sini, setidaknya itu pemikiranku.
"Apa ya? Aku hanya ingin appaku dan eommaku memperlakukan Eunbin nuna sama sepertiku. Aku ingin Eunbin nuna semakin sayang padaku. Aku ingin Boyfriend akan selalu sukses. Dan... Aku ingin mengucapkan sesuatu untuk Hyunseong hyung," jawab Minwoo.
"Mwo?" tanya Donghyun.
"Hyunseong hyung! Nunaku menyukaimu! Dia bahkan pernah mengaku bahwa ia yeojachingumu!" Minwoo mengeraskan suaranya.

Pletak! Aku menjitaknya pelan. Semuanya hanya tertawa. Ini lucu eoh? Memalukan sekali. Uri Minwoonie?!?!

2 tahun berlalu, kini aku telah menikah dengan seorang namja yang sangat aku cintai dari dulu. Ya, aku tak berusaha mendapatkannya. Ini semua karena si anak kecil itu. Minwoonie. Dongsaengku itu yang membuat hidupku bahagia sekarang. Ia mewujudkan semua impianku. Aku bahagia memiliki dongsaeng seperti dia walaupun awalnya aku sangat membencinya. Aku bahkan dulu pernah tidak mengakuinya sebagai dongsaengku. Dia begitu sabar menghadapi seorang nuna sepertiku. Uri Minwoonie saranghaeyo.

Namja tinggi itu sudah berdiri di sampingku. Menggenggam tanganku erat dan di hadapanku berdirilah si kecil itu. Aku selalu menganggapnya masih kecil, karena tingkahnya tak pernah menunjukkan bahwa ia sudah dewasa. Ia masih kecil sampai saat ini. Ada apa dengannya? Kenapa wajahnya seperti kain yang sudah 50 tahun tak disetrika?

"Minwoonie? Waeyo?" tanyaku sambil mengelus rambutnya pelan.
"Ya! Hyung! Kau sudah merebut nunaku tersayang sekarang! Aku tak akan bisa merebutnya lagi. Kau sekarang memilikinya hyung," ucap Minwoo pada Hyunseong oppa.
"Haha. Kau kan dongsaengku Minwoonie. Aku tetap milikmu juga, " aku tertawa melihat wajahnya.
"Emm.. Kalau begitu.. Nuna, ppoppo aku ne?" Minwoo tersenyum lagi.
"Yaaa!!! Dia istriku! Jangan turuti kemauannya itu chagi!" Hyunseong oppa langsung mengerucutkan bibirnya.

Aku hanya tertawa-tawa saja melihat tingkah mereka berdua. Haha. Masih seperti anak TK.

END

Sabtu, 15 Desember 2012

[FANFICTION] SONG OF THE SUN (TEASER)




Title: Song of the Sun
Author: http://wulanmind.blogspot.com/
Genre: Sad, Romance

Cast: *Choi Sun Hee (OC, Readers)
*Cho Kyu Hyun
Cameo: Choi's Parent, Kim Jong In, Choi Jun Hee, etc
Length: Chaptered
Rating: T
Disclaimer: FF ini asli dari pemikiran otak saya, dilarang mengcopas atau pun me-re-share, FF ini terinspirasi oleh salah satu film yang tadi malem saya tonton, lupa judulnya apaan, Cast dan yang lainnya milik semua
Copyright: Dilarang plagiat yah
Summary:

I wanted to meet you now, so I've decided..

This song in my pocket..

I want you to listen to it..

Raising the soft volume..

To make sure it's just right..

Oh Goodbye Days..

Now, there's a feeling of change..

Up until yesterday, so long..

Because there's an uncool kindness beside me...

With you..

Passing you one side of my earphones..

Slowly, in that moment when the music starts flowing..

Do I have the ability to love you?

But sometimes I'll get lost..

Oh Goodbye Days..

Now my heart starts canging, it's all right..

Because there's an uncool kindness beside me...

With you..

If possible, I'd want not..

To think any sad thoughts..

But you'll be there, right?

That time, with a smile..

You said, "Yeah, hello my friend"..

That was nice..

When we're humming the same song..

I wish to be next to you..

I'm glad I met an uncool kindness..

Goodbye Days..

Rabu, 12 Desember 2012

[FANFICTION] SUNGLASSES PART. 11 - PART. 20 *END*)




:::SUNGLASSES PART. 11:::

Soomin pagi ini sudah berangkat ke sekolah menggunakan bus. Sialnya, Youngmin juga naik bus dan duduk di samping yeoja itu. Yeoja itu tetap tak mengalihkan pandangannya dari depan. Ia tak menyapa ataupun melihat orang yang duduk di sampingnya yaitu Youngmin.

"Sebenci itukah dia padaku? Padahal kan aku tidak ikut campur," batin Youngmin.

Ciiit! Bus itu mengerem mendada
k dan kepala yeoja itu hampir mencium besi di hadapannya, beruntung Youngmin menarik yeoja itu ke bahunya agar tidak terjadi apa-apa.

"Gomawo. Mohon lepaskan aku," ucap Soomin datar, Youngmin langsung melepaskan tangannya yang masih memegangi kepala Soomin.

Yeoja itu langsung turun dan masuk ke sekolahnya. Diikuti Youngmin di belakangnya. Youngmin merasakan perubahan pada yeoja itu. Walaupun dulu ia galak, tapi ia tetap masih bisa beramah tamah pada orang lain. Sekarang menatap orang lain pun ia enggan. Sifatnya begitu dingin.

"Soomin nuna kenapa? Ia begitu tak memperdulikan orang lain sekarang. Sungguh berbeda dari biasanya," gumam Youngmin.

Di kelas, Jiwon langsung menyambut kedatangan Soomin. Ia heran kenapa Minwoo tak bersamanya saat ini. Wajah Soomin pun terlihat err.. Sangat tidak mengekspresikan apapun.

"Soomin-ah, kau baik-baik saja kan? Dimana Minwoo? Aku tak melihatnya bersamamu tadi?" tanya Jiwon.
"Baik. Sudah putus," hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Soomin.
"Soomin-ah kau kenapa? Kau berbeda sekali."
"Aku baik-baik saja."

Saat istirahat Minwoo langsung menemui Soomin. Terlihat Soomin yang masih terdiam di kursinya. Ia terus membaca buku pelajaran tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun ke arah lain.

"Nuna-ya, aku.. Aku ingin menjelaskannya. Kemarin itu hanya kesalaha pahaman," Minwoo menggenggam tangan Soomin.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan. Aku sibuk," Soomin melepaskan genggaman Minwoo dan ia langsung meninggalkan namja itu.

"Aku tak akan pernah berhenti untuk meminta maaf. Aku harus melakukannya," batin Minwoo.

Apapun ia lakukan demi mendapatkan ucapan 'aku memaafkanmu' dari Soomin. Sudah 2 minggu lebih ia terus mengucapkan kata maaf dan menjelaskan semuanya. Ia bahkan terus-terusan mengatakan 'saranghae' untuk Soomin. Ia melakukan apapun demi yeoja itu mau memaafkannya. Tapi selalu saja ia gagal. Hati beku Soomin tidak mudah ditaklukkan. Hati Soomin yang terlanjur beku adalah titik akhir dari semua yang ada pada dirinya.

"Nuna-ya. Jebal. Maafkan aku. Mianhae. Aku tau aku salah. Aku sudah setiap hari menjelaskan semuanya nuna-ya. Jebal. Mianhae," ucap Minwoo sambil mengikuti Soomin.

Soomin. Ia terus diam. Berjalan menuju gudang. Ia tak memperdulikan ucapan Minwoo. Ia ingin masuk ke gudang karena ia tak ingin mendengarkan ucapan Minwoo yang menurutnya adalah jebakan agar ia jatuh di lubang yang sama.














:::SUNGLASSES PART. 12:::

Soomin tak menghiraukan ucapan Minwoo. Ia langsung masuk ke gudang dan akan menutup pintu gudang itu. Tangan kekar Minwoo menghadangnya. Tatapan keduanya saling berpadu. Mata tajam Soomin seakan menghunuskan pedang ke arah mata Minwoo.

"Lepaskan tanganmu," ucap Soomin datar.
"Nuna-ya.. Jebal.. Dengarkan aku," Minwoo semakin melembutkan nada suaranya.
"Lepaskan," Soom
in mengulang kalimatnya.
"Sirheo. Aku tak akan melepasnya sebelum kau mendengarkanku nuna."

Soomin yang dalam hatinya sudah marah ia langsung berlari masuk ke gudang itu. Ia tak ingin menatap namja imut itu lagi. Karena dengan melihat wajahnya saja mampu membuat hati Soomin perih. Minwoo tak tinggal diam ia mengejar yeoja itu. Hingga tak ada yang menyadari pintu itu ditutup dan kemudian dikunci oleh si penjaga sekolah.

"Aish! Siapa yang masuk dan tak mengunci pintunya. Dasar anak-anak," ucap petugas itu lalu pergi.

Soomin tersadar akan sesuatu. Ya. Pintu itu kenapa terlihat sangat rapat. Ia berlari menuju pintu itu.

"Omo! Tak bisa dibuka!" gumam Soomin sambil terus mencoba membuka pintu itu.
"Nuna dengarkan aku..." Minwoo langsung mendekati Soomin.
"Ini semua gara-gara kau," ucap Soomin datar.
"Aku? Memangnya aku kenapa?" tanya Minwoo.

Soomin hanya diam. Ia tak menjawabnya. Yeoja itu terduduk di bawah papan tulis yang sudah tak terpakai lagi. Ia memeluk lututnya. Ya, gudang itu terasa dingin. Mungkin karena di luar hujan. Minwoo duduk di sampingnya. Matanya terus menuju pada yeoja di sampingnya.

"Kau kedinginan nuna?" tanya Minwoo.
"Menjauhlah," ucap Soomin yang lagi-lagi datar.

"Ia begitu membenciku sekarang. Kenapa sifatnya berubah seperti ini. Aku suka Soomin nuna yang dulu. Ia begitu galak namun masih memiliki ekspresi dalam wajahnya. Ia masih bisa tersenyum. Nuna, aku ingin kau kembali seperti dulu. Aku tau ini semua kesalahanku. Jika aku boleh memilih, kau boleh membunuhku sekarang juga daripada kau mendiamkanku seperti ini. Aku lebih suka mati karenamu dari pada kesepian karenamu nuna. Setidaknya jika kau membenciku kau bisa menghajarku seperti saat pertama kita bertemu. Aku lebih suka kau seperti itu nuna. Kau tau sejujurnya aku mencintaimu. Kau tau? Aku melakukan taruhan itu awalnya hanya karena main-main. Tapi setelah mengenalmu aku jadi menyukaimu bahkan mencintaimu. Aku bersyukur bisa mendekatimu walau dengan cara yang salah," batin Minwoo.











:::SUNGLASSES PART. 13:::

Minwoo terus menatap yeoja itu. Yeoja itu semakin mengeratkan pelukannya pada lututnya. Ya, cuaca semakin dingin sekarang. Minwoo tak tega melihatnya, ia rela melepas blazer dan jaketnya dan ia pakaikan pada Soomin. Soomin terkejut, ia memandangi Minwoo yang masih memakaikan jaket dan blazernya padanya. Minwoo hanya tersenyum.

"Untuk apa?" hanya kalimat itu yang terlon
tar dari mulut Soomin.
"Supaya kau hangat nuna. Kau kedinginan."
"Itu tidak perlu. Ambillah lagi."
"Sirheo."

Soomin hanya mendengus. Lumayan mendapatkan kehangatan dari jaket dan blazer miliknya. Minwoo sepertinya juga mulai kedinginan. Tapi ia menahannya.

"Aku rela mati kedinginan untuknya," batin Minwoo.

Krek! Krek!

Minwoo mendengar sesuatu yang bergerak. Ia menatap langit-langit gudang itu. Omo! Benda seperti triplek berukuran besar akan jatuh mengenai Soomin. Minwoo langsung memeluk Soomin hingga menindihnya. Soomin hanya membelalakkan matanya. Minwoo langsung memegangi kepala Soomin dengan tangan kekarnya. Hingga.. Bruk! Benda besar itu jatuh mengenai tubuh Minwoo. Itu bukan triplek ternyata. Itu seperti potongan kayu lebih tepatnya hanya berukuran lebar.

"Gwaenchanayo nuna?" tanya Minwoo.
"K-k-kau.."

Minwoo sudah pingsan di atas tubuh Soomin. Soomin, ia kaget. Ia tak menyangka Minwoo akan menyelamatkannya. Soomin berusaha menarik Minwoo dari kayu besar itu. Soomin menatapnya dengan pandangan berbeda.

"Minwoo-ssi.. Ireona. Ppali.." ucap Soomin lembut.

Minwoo tak menjawab. Ia masih pingsan.

"Ya! Ireona ppali! Ya! Dengarkan aku! Aku sudah memaafkanmu! Itu kan yang kau harapkan dariku! Makanya bangun! Jangan membuatku cemas seperti ini!" Soomin langsung memeluknya.

Tes tes. Air mata Soomin tumpah. Terjatuh di wajah putih Minwoo. Soomin menangis. Ia memeluk Minwoo erat. Ia tertidur sambil memeluk Minwoo erat.











:::SUNGLASSES PART. 14:::

Minwoo tersadar dari pingsannya. Ia menengok ke atas, didapatinya wajah yeoja cantik yang sedang memeluknya itu. Sejenak ia tersenyum. Ia mencoba berdiri, tapi..

"Arggh.." rintihan Minwoo berhasil membangunkan Soomin.
"Minwoo-ssi... Gwaenchanayo?" saat ini nada suara Soomin terdengar berbeda, ada nada kecemasan di setiap katanya.
"Nan gwaenchana," Minwoo mencoba berd
iri lagi, tapi rasa sakit itu tidak berhasil membuatnya berdiri.
"Minwoo-ssi, kau tidak terlihat baik-baik saja saat ini. Chakkaman ne. Aku akan mencari bantuan," Soomin berlari ke arah pintu.

Ia langsung mendobrak pintu itu tapi tak berhasil. Ia terus mengetok-ketok pintu itu.

"Ya! Siapa saja di luar?! Tolong kami! Kami terkunci di dalam!" teriak Soomin dengan nada lantangnya.

Tap.. Tapp..

"Nuguya?! Ada yang di dalam?!" teriak seseorang dari luar.
"Ne! Aku Soomin dan Minwoo! Jebal! Bukakan pintu ini!" teriak Soomin.
"Soomin nuna? Ne. Chakkaman," teriaknya lagi.

Brakkk! Dorongan kelima namja tampan itu berhasil membukakan pintu gudang itu. Mereka kaget saat melihat wajah Soomin yang sangat pucat. Lebih tepatnya terlihat seperti mayat hidup sekarang.

"Nuna, gwaenchanayo?" tanya Youngmin.
"Nan gwaenchana. Tolonglah Minwoo. Dia tidak bisa berdiri," nada cemas kembali terlontar dari mulut Soomin.
"Ne. Kajja."

Donghyun dan Hyunseong langsung membantu membawa Minwoo. Sedangkan Kwangmin membawa Soomin yang kondisinya tidak membaik itu. Ya. Soomin sedang demam saat itu. Ia butuh pertolongan. Kwangmin membawa yeoja itu ke rumahnya.














:::SUNGLASSES PART. 15:::

"Nuna, lebih baik kau istirahat di rumahku dulu. Kalau kau sudah baikan aku akan mengantarmu pulang. Ehm, dan soal taruhan itu..." ucapan Kwangmin terhenti ia takut pada Soomin yang terus menatapnya.
"Mwo?" tanya Soomin.
"Nan jeongmal mianhaeyo. Itu hyungdeul yang membuatnya karena mereka penasaran ingin dekat dengan nuna. Tapi nuna sangat susah didekati. Kami semua m
enyuruh Minwoo yang mendekati nuna karena Minwoo lah yang paling populer di antara kami. Kami sangat menyesal nuna. Mianhae," lanjut Kwangmin sambil menunduk.
"Kalian tidak perlu seperti itu. Yah, ini juga salahku yang terlalu sinis pada orang lain. Tapi itu memang tabiat burukku dan sangat sulit diubah. Jujur sampai saat ini aku masih membenci kalian terutama Minwoo."
"Aku tau nuna. Mianhae. Istirahatlah di sini," Kwangmin membaringkan yeoja itu dan menyelimutinya.

Kwangmin mengkompres yeoja itu dengan kelembutannya. Ya, Kwangmin sangat tertarik dengan Soomin. Dia sudah tertarik saat mereka masih SMP. Kwangmin menyayangi Soomin, ia ingin yeoja itu menjadi nunanya. Tapi ia malah membuatnya membencinya.

Sementara di sisi lain, deru nafas keempat namja itu memenuhi ruangan kerja dokter yang tadi menangani Minwoo. Mereka berempat menatap dokter berkacamata itu dengan tatapan khas masing-masing.

"Jadi, uisa-nim, bagaimana keadaannya?" tanya Hyunseong.
"Apakah Tuan No pernah mengalami cedera pada punggung sebelumnya?" kalimat itulah yang terlontar pada mulut sang uisa.
"Anniya. Aku tidak tau," jawab Donghyun.
"Ah, chakkaman. Minwoo, dia pernah jatuh dari pohon saat kami masih TK, dan kata Minwoo punggungnya masih sering sakit sejak saat itu," Youngmin membuat yang lainnya menatapnya.
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi uisa-nim?" tanya Jeongmin.











:::SUNGLASSES PART. 16:::

"Saraf motoriknya terhimpit oleh tulang belakangnya yang retak. Ia seharusnya tak tertimpa benda berat pada bagian punggungnya," jawab uisa.
"Maksud uisa-nim?" Youngmin menatapnya dengan intens.
"Hal buruk telah menimpanya. Ia lumpuh sekarang."
"Mwo?!" serentak keempat namja itu kaget.
"Ne. Tulang belakangnya yang retak menghimpit saraf motoriknya. Ini sangat sulit
disembuhkan. Tenaga medis di sini belum bisa menyembuhkannya. Dan kemungkinan besar Tuan No akan lumpuh selamanya," lanjut uisa.
"Uisa-nim, jebal jangan bercanda," Jeongmin meyakinkannya.
"Anniya. Aku tak bercanda. Mianhae aku tak bisa melakukan yang terbaik untuk Tuan No."

Keempat namja itu menghampiri Minwoo yang sedang terkulai lemas di ranjang rumah sakit. Ketika mereka berempat datang, Minwoo tersenyum melihatnya.

"Apa yang terjadi padaku? Aku baik-baik saja kan?" tanya Minwoo.

Semuanya diam. Hening. Tak ada yang berani mengeluarkan kalimat saat Minwoo menanyakan hal itu. Ya, jika mereka memberitahu hal yang sebenarnya pada namja imut ini. Dia pasti akan err.. Susah dijelaskan. Ini semua menghancurkan impiannya untuk menjadi dancer terbaik di dunia. Itulah yang paling Minwoo inginkan. Tanpa kedua kakinya, ia tak mungkin meraihnya.

"Yak! Jawab aku," suara Minwoo semakin meninggi.
"Minwoo-ah.. Neo.." Donghyun tak mampu melanjutkan kalimat selanjutnya.
"Mwo? Kenapa wajah kalian seperti ditekuk begitu? Aku baik-baik saja kan?" Minwoo mengulang pertanyaannya.
"Minwoo-ah.. Kau tidak baik-baik saja.." ucap Youngmin kemudian.
"Mwo? Apa maksudmu hyung?"
"Kau..." ucap Jeongmin yang lagi-lagi terputus.
"Aku? Wae?"
"Kau lumpuh Minwoo-ya.." Hyunseong melanjutkan kalimat Jeongmin yang tadi terputus.

Hening. Tak ada yang berani bersuara lagi. Semuanya menunduk kecuali Minwoo. Mereka tak berani menatap Minwoo. Mengucapkan hal ini berarti memaksa mengubur impian seorang namja yang sudah dipupuk sejak kecil. Minwoo ia hanya menatap semuanya dengan tatapan nanar. Ia tak mampu berbicara lagi.

"Aku sudah melakukan yang terbaik. Semua ku lakukan untuknya. Aku tidak salah melakukan hal itu. Aku akan baik-baik saja walaupun impianku harus terkubur dalam-dalam. Aku ingin dia selamat. Aku lebih baik begini daripada dia yang harus kenapa kenapa," batin Minwoo.











:::SUNGLASSES PART. 17:::

"Gomawo sudah memberitahu keadaanku," ucapan Minwoo barusan memecah keheningan yang sedang terjadi.
"Minwoo-ah.. Kau baik-baik saja kan?" tanya Jeongmin.
"Maksud hyung?"
"Ne. Bukannya keinginanmu..." ucapan Jeongmin langsung dipotong oleh Minwoo.
"Keinganku sudah ku pendam dalam-dalam hyung," Minwoo tersenyum saat mengucapkannya.
"Kau benar-benar menyukainya?" tany
a Youngmin.
"Ne. Aku tidak bisa melakukan apapun selain menyelamatkannya. Itu bukti perasaanku padanya. Hyung, bisakah kau membantuku?"
"Mwo?" tanya Hyunseong.
"Jangan biarkan Soomin nuna tahu keadaanku. Jebal. Aku akan homeschooling saja."
"Tapi Woo.."
"Jebal hyung.."
"Baiklah," ucap mereka akhirnya.

Di kamar Kwangmin, Soomin terbangun dari tidurnya. Kwangmin sudah tak ada di sampingnya.

"Aww.. Kepalaku," Soomin berjalan menuju kenop pintu sambil memegangi kepalanya.

Ceklek! Pintu itu pun terbuka. Soomin berjalan perlahan sambil merambat di tembok supaya tidak jatuh.




:::SUNGLASSES PART. 18:::

Soomin melihat Kwangmin yang masih tertidur di sofa. Ia memandangi Kwangmin lekat-lekat. Tiba-tiba mata Kwangmin terbuka, dilihatnya sosok Soomin.

"Eh? Nuna? Kau sudah bangun?" Kwangmin bangkit dari tidurnya.
"Sudah, gomawo Kwangmin-ssi atas pertolonganmu."
"N-ne nuna.." Kwangmin menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Kwangmin-ssi, apakah kau tau keadaan Minwoo sekar
ang?" pertanyaan Soomin berhasil membuat Kwangmin terdiam cukup lama.
"Kwangmin-ssi?" Soomin menatap Kwangmin intens.
"A-anniya nuna. Aku tidak tau keadaannya," Kwangmin akhirnya berbohong.

"Aku tak mungkin memberitahu yang sebenarnya nuna. Mianhae. Ini permintaan Minwoo sendiri. Jeongmal mianhae nuna," batin Kwangmin.

"Jebal, selama aku tidak berada di samping Soomin-nuna tolong jagalah dia hyungdeul. Aku tak mau terjadi sesuatu padanya. Gomawo," ucap Minwoo sebelum pergi entah kemana.

Keempat namja itu hanya memandang kepergian Minwoo dengan tatapan khas masing-masing. Mereka berjanji akan menepati semua keinginan Minwoo itu.

Sudah hampir setahun Minwoo meninggalkan semuanya. Tidak ada yang tahu Minwoo dimana. Bahkan kelima sahabatnya pun tidak tahu. Soomin masih belum tahu apa yang terjadi pada Minwoo. Rahasia itu masih tersimpan dengan baik oleh kelima sahabat Minwoo.
:::SUNGLASSES PART. 19:::

Hari ini adalah hari wisuda Soomin, Donghyun, Hyunseong, dan Jeongmin. Soomin terlihat sangat manis hari ini. Dengan riang ia turun dari panggung setelah berpidato. Ya. Soomin memang mendapat nilai tertinggi dan sekaligus sempurna. Semuanya bersorak riang. Kedua orangtua Soomin ikut hadir, dan sekarang Soomin akhirnya mau kembali ke rumah lamanya. Tanpa ada yang mengetah
ui, sepasang mata sedang memandangi Soomin. Ia tersenyum sejenak, setelah itu pergi meninggalkan acara itu. Jiwon berlari mendekati Soomin dan langsung memeluknya.

"Huwaa.. Akhirnya kau mau kembali! Aku tak menyangka akan begini!" Jiwon semakin erat memeluknya.
"Ya! Jiwon-ah! Kau mau membunuhku eoh?!" gerutu Soomin.
"Kekeke. Anniya. Aku hanya terlalu bahagia. Chukkae untuk keberhasilanmu," ucap Jiwon sambil tersenyum.
"Kalian tak ingin berbagi kebahagiaan bersama kami?" ucap salah seorang dari kelima namja tersebut.
"Ya! Donghyun oppa, kau tampan saat ini," puji Jiwon.
"Ehehe. Gomawo Jiwon-ssi."
"Nuna ku, chukkae," Kwangmin langsung memeluk Soomin tiba-tiba.
"Yak! Kwangmin-ah! Kalau dia nuna mu, lalu aku siapa?" omel Youngmin.
"Ne. Soomin nunaku tersayang. Kau hyungku tersayang," Kwangmin masih belum melepaskan pelukannya.
"Kalian berdua sejak kapan meresmikan hubungan dongsaeng-nuna?" tanya Hyunseong.
"Mwo?! Sudah setahun hyung," jawab Kwangmin.
"Aish! Baiklah. Soomin itu dongsaengku terpintar," ucap Jeongmin.

Pagi ini Soomin sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Karena ia sedang libur kuliah, ia memutuskan untuk kembali menjalani tugasnya sebagai Presdir perusahaan appanya. Soomin tak membawa mobilnya, ia terpaksa harus berjalan ke rumahnya karena tak ada bus yang lewat. Apalagi malam ini sudah semakin larut.

"Hey agashi. Neomu yeppo," salah tujuh namja menghadangnya.
"Mau apa kalian hah?!"
"Hanya sekedar ingin mengajakmu bermain bersama kami agashi. Ikutlah dengan kami," ucap yang lainnya.

Bough! Soomin melancarkan jurus hapkidonya. Bruk! Soomin terjatuh, salah satu dari mereka mendorongnya. Kaki dan tangan Soomin telah diikat. Ya, itu adalah titik lemah Soomin.

"Hentikan! Jangan sakiti nunaku!" bentak seseorang.
"Mau apa kau bocah tengik!"
"Mau membunuh kalian!"
"Mwo?! Hahaha. Ya! Bukankah dia ini anak orang kaya itu?" tanya salah satu namja tersebut pada namja lainnya.
"Ah ne! Kajja kita hajar namja sok pahlawan itu!"

Semuanya menyerbu Kwangmin. Ya, Kwangmin hanya seorang diri. Ia pasti akan kalah jika begini. Tiba-tiba, muncullah keempat namja lainnya. Ya, kalian pasti sudah tahu siapa. Tak beberapa lama, namja namja yang mengganggu Soomin sudah terkapar.

"Nuna? Gwaenchanayo?" tanya Youngmin.
"Ne, Youngmin-ah. Nan gwaenchana. Gomawo sudah menolongku," Soomin membungkukkan badannya.
:::SUNGLASSES PART. 20 (END):::

Hembusan angin menerpa wajah putih mulus Soomin, menerbangkan helaian rambutnya bagaikan selembar kain sutera. Yeoja itu terdiam cukup lama di kursi taman. Ia terus menatap kosong sekeliling hamparan bunga di taman itu. Begitu sepi memang. Tak ada seorang pun di sana kecuali dirinya dan.. Sesosok namja yang sedang terduduk di kursi roda. Ya. Namja itu terus memanda
ngi Soomin, ia terus tersenyum sambil memandangnya.

"Minwoo-ssi?" ucapan Soomin barusan membuat namja itu tersadar, ia langsung berbalik dan pergi bersama kursi rodanya.

Grep! Tangan yeoja itu berhasil memberhentikan gerakan Minwoo terhadap kursi rodanya. Minwoo hanya tertunduk.

"Minwoo-ssi? Ini kau? Kemana saja kau?" tak terasa Soomin menitikkan buliran air mata.

Kedua ibu jari Minwoo menghapus air mata di kedua pipi Soomin. Soomin tak ingin kedua tangan Minwoo terlepas dari pipi Soomin. Soomin memandangi namja itu dalam.

"Kenapa kau menghindar dariku? Bukankah aku sudah memaafkanmu? Apa kau membenciku?" tanya Soomin.
"A-aaku.. Aku hanya.. Takut," jawab Minwoo.
"Takut kenapa?"
"Aku takut kau menjauhiku nuna, aku cacat sekarang. Aku takut kau tak akan menyukaimu. Aku takut hatiku terluka karena ketika di sampingmu aku semakin mencintaimu."
"Minwoo-ssi.. Kau?"
"Ne, aku mencintaimu nuna. Sejak saat kita bertemu."
"Nado."
"Maksud nuna?"
"Jangan tinggalkan aku lagi. Aku tak mau kau pergi lagi. Aku juga mencintaimu Minwoo-ssi."
"Tapi aku sudah cacat nuna. Aku tak pantas untukmu. Aku bahkan tak bisa menolongmu saat kau dihadang preman. Aku juga tak bisa berdiri di sampingmu. Masih banyak namja lain yang pantas untukmu nuna."

Seketika itu tangan Soomin meraih benda yang menutupi mata Minwoo. Kacamata. Ya, kacamata itu ia lepaskan dari wajah namja imut itu.

"Kau tak perlu melihat semuanya dari kacamata ini. Realita bukan terlihat dari sesuatu yang dihalangi. Kau tak perlu menjadi namja yang seperti dulu lagi. Kau juga tak perlu berdiri di sampingku. Hanya karena ada dirimu di sisiku kau sudah seperti berdiri di sampingku. Cinta tak memandang fisik," ucap Soomin.
"Nuna, would you marry me?" tanya Minwoo tiba-tiba.
"Yes, I would. But you must to finished your education for first."
"Ne nuna. Aku akan lakukan itu semua," Minwoo memajukan wajahnya.

Bibir Minwoo mulai menempel pada bibir Soomin. Menciumnya lembut. Ya, semua tak bisa dilihat oleh kacamata. Karena cinta tak memandang batas penglihatan.

END

[FANFICTION] SUNGLASSES (PART. 1 - PART. 10)



:::TEASER:::

Title: SUNGLASSES
Author: http://wulanmind.blogspot.com
Genre: Romance, Sad, etc
Main Cast: No Min Woo and Choi Soo Min
Other Cast: Akan muncul dengan sendirinya
Length: Chaptered
Copyrigth: FF ini murni dari pikiran saya. Dilarang mengCOPAS (plagiat) ataupun me re share. Cast milik semua.
Summary:


Ucapan kadang tak sama dengan pikiran..
Pikiran juga kadang tak sama dengan hati..

Walaupun kau menginginkan cinta..
Karena luka itu kau tak akan bisa..
Walaupun kau tak sendirian..
Karena luka itu kau akan tetap sendirian..
Walaupun di bawah sinar matahari..
Kau meras dalam kegelapan malam..

Kesedihan adalah cinta..
Benci adalah cinta..
Rasa sakit juga cinta..
Karena cinta kita sedih..
Karena cinta juga kita kecewa dan sakit..








:::SUNGLASSES PART. 1:::

"Yak! Ahjussi! Berhentikan busnya!" teriak seorang yeoja sambil berlari mengejar bus yang sudah penuh itu.

Si sopir bus yang sudah tau baik dengan yeoja itu langsung menghentikan busnya. Ia mendengus. Ya, kalo bukan yeoja ini yang menyuruhnya, ia tak akan berhenti. Yeoja ini begitu menakutkan. Dulu saat sopir bus itu sengaja meninggalkannya karena bus sudah penuh, yeoja
 itu malah marah-marah di hadapannya. Hebatnya, sopir itu langsung sakit. Takut terjadi hal yang sama, karena si sopir bus itu menganggap yeoja ini yeoja berunsur mistik, ia sengaja memberhentikan busnya.

"Aish! Kau tak lihat bus ini sudah penuh?" tanya si sopir.
"Arra. Aku lihat. Tapi aku akan telat jika tidak naik bus ini. Ijinkan aku ne," belum sempat si sopir menjawab, yeoja itu sudah masuk di antara kerumunan orang itu.

"Jeosonghamnida," ucap yeoja itu ketika menyenggol atau menginjak kaki orang lain. Choi Soo Min. Ya, nama yeoja itu adalah Soomin.

Tak beberapa lama, bus itu sudah berhenti di depan sekolahnya. Seoul International High School, sekolah termewah dan terbaik se Korea Selatan. Soomin, ia masuk sekolah ini karena beasiswa. Bukan karena ia dari kalangan orang tidak mampu, ia justru berasal dari keluarga konglomerat. Ia masuk sekolah ini karena beasiswa kecerdasannya. Ia sengaja kabur dari rumahnya yang besar, hanya karena ia bosan hidup diatur dan terlalu kekanakan. Ia ingin hidup seperti orang pada umumnya. Ia tinggal sendiri di rumahnya yang err... Sangat sederhana. Ia hidup berdasarkan uang hasil keringatnya, ia bekerja sebagai pelayan restaurant. Ya, itu dilakukannya setiap malam.

Saat sedang berlari, ia terburu-buru menuju ke kelasnya, tiba-tiba ia menabrak seseorang. Bruk! Bukannya orang yang ditabrak yang jatuh, tapi malah dirinya sendiri yang terjatuh.

"Aish! Kau tidak punya mata ya?!" bentak Soomin yang kemudian langsung melanjutkan larinya.
"Mwo?! Kau yang menabrakku nona?! Jangan salahkan seenaknya!" gerutu orang itu.








:::SUNGLASSES PART. 2:::

"Huh, untung belum masuk," batin Soomin.
"Ya! Soomin-ah! Tumben sekali kau baru datang?" tanya Jiwon, sahabatnya, sambil duduk di samping yeoja itu.
"Ne, ini gara-gara orangtuaku. Aku tadi malam dikejar tau. Aku tidak mau pulang," jawab Soomin.
"Mau sampai kapan kau terus begini? Kau tak kasihan pada eommamu? Kau itu anak tunggal," Jiwon mulai berceramah ala pak ustad
z di masjid.
"Aish! Teruslah kau membela mereka," gerutu Soomin.

Bel pulang sudah berbunyi, ya tepat pukul 8 pm. Soomin langsung keluar dari kelasnya. Saat sedang terburu-buru, seorang namja mencegatnya.

"Annyeong nuna," ucapnya sambil tersenyum sangat manis pada Soomin.
"Hm," balas Soomin datar.
"Apa kabarmu nuna?" tanyanya sambil membenarkan letak kacamatanya.
"Jeosonghamnida, kalau kau tak mengenalku ataupun tak punya urusan denganku, lebih baik kau menyingkir dari sana. Aku mau lewat," ucap Soomin ketus.
"Aku ada keperluan denganmu, Soomin nuna."
"Mwo?"
"Aku ingin berkenalan denganmu."
"Bukankah kau sudah tau namaku? Baiklah, aku pergi," Soomin hendak pergi, tapi tangan kekar itu mencengkeram lengannya kuat. Soomin hanya meringis kesakitan.

Bug! Soomin melancarkan jurus hapkidonya pada namja itu. Prang! Kacamatanya terjatuh hingga pecah. Soomin menatap pecahan kacamata itu dengan tatapan horor.

"Aduh! Mati aku! Bisa-bisa aku disuruh menggantinya. Eottohke?" Soomin berlutut di hadapan namja itu yang sedang membereskan pecahan kacamatanya.

"Eh? Mianhae. Aku.. Aku tidak sengaja. Sungguh. Jeongmal mianhae," ucap Soomin sambil membantu membereskan pecahan kacamata itu.
"Gwaenchana. Aw!" namja itu berteriak ketika tangannya tergores pecahan kacamata itu.
"Aigoo, tanganmu berdarah! Akan ku obati," Soomin langsung menarik namja itu ke UKS sekolah.

Hanya ada mereka berdua di sana. Soomin dengan telaten mengobati jari namja itu. Namja itu terus memperhatikan setiap lekuk wajah Soomin.

"Mianhae.. Nuguseyo?" tanya Soomin.
"Mwo?! Yeoja ini tak mengenalku? Padahal aku sendiri mengenalnya. Dan aku juga namja paling populer di sekoah ini. Masa ia tak mengenalku? Sekuper itukah dia?" batin namja itu.
"Joneun No Min Woo imnida."
"Ah ne, Minwoo-ssi. Mianhae. Aku janji aku akan menggantinya."
"Tidak perlu nuna."
"Itu kesalahanku. Aku harus menggantinya. Mm, pandanganmu jadi tidak jelas ya? Ini semua karena aku."
"Ah, gwaenchana. Aku bisa melihat dengan baik walau sedikit kurang jelas."
"Mwo? Baiklah, aku akan mengantarmu pulang. Berbahaya jika kau pulang sendiri."








:::SUNGLASSES PART. 3:::

"Tapi nuna, apa aku tak merepotkanmu?" tanya Minwoo.
"Ehm.." Soomin berpikir sebentar, ia melihat jam tangannya sebentar.
"Waeyo nuna?"
"Anni, aku bisa mengantarmu. Kajja. Ehm tunggu. Kau naik kendaraan atau bus atau berjalan kaki?" tanya Soomin.
"Aku hari ini naik bus," jawab Minwoo.
"Baiklah kajja," Soomin langsung menarik tangan Minwoo.

Ya, ia harus bertanggung 
jawab atas kesalahannya. Minwoo tersenyum ketika tangannya digenggam Soomin. Bus berhenti di sebuah halte yang dekat dengan rumah Minwoo. Minwoo menunjukkan rumahnya.

"Nuna, ini rumahku. Gomawo sudah mengantarku," ucap Minwoo sambil membungkukkan badannya.
"Ne," balas Soomin.
"Wow, rumah Minwoo sangat besar. Dia anak orang kaya," batin Soomin lalu pergi meninggalkan Minwoo.
"Ehm, nuna! Chakkaman!" panggil Minwoo seketika Soomin langsung berbalik.
"Wae?" tanya Soomin.
"Nuna, kau tak perlu mengganti kacamata ku. Aku bisa membelinya lagi," ucap Minwoo sambil tersenyum super cute.
"Ta.. Tapi kan.. Aku bersalah padamu. Bagaimana caranya aku meminta maaf padamu Minwoo-ssi?"
"Nuna, kalau kau ingin menebus kesalahanmu padaku, emm.. Aku ingin mengikutimu. Boleh kan?"
"Mwo???" Soomin membulatkan matanya, ya ia paling tidak suka diikuti.
"Bagaimana nuna? Kalau tidak juga tidak apa sih."
"Baiklah. Aku mengijinkanmu mengikutiku. Tapi seminggu saja ne?"
"Ne, itu memang yang ku inginkan," batin Minwoo.
"Baiklah nuna," ucap Minwoo sambil memberikan senyum khasnya.

Soomin berbalik, ia harus menuju ke tempat kerjanya kalau tidak mau dipecat. Minwoo segera berlari untuk mengambil softlens dan mobilnya. Ia mengikuti Soomin.

"Annyeong ^^" ucap Soomin.
"Kau sudah terlambat berapa menit hah?!" omel si bos.
"Bos, mianhae. Kau boleh hukum aku sesukamu. Jangan pecat aku. Jebal," mohon Soomin.
"Aku butuh alasanmu datang terlambat."
"Aku tertinggal bus jadi aku terlambat," Soomin berbohong.
"Jangan berbohong!"
"Ah ne baiklah. Tadi aku habis menghajar namja. Ya, karena aku merasa bersalah aku mengantarnya pulang," Soomin menjelaskan yang sebenarnya.
"Kenapa sifat burukmu itu selalu keluar? Dasar kau ini. Setelah jam kerjamu selesai, kau yang harus bereskan semuanya. Itu hukumanmu," ucap si bos lalu pergi.
"Aish! Ne ne ne!" Soomin meniup poninya.











:::SUNGLASSES PART.4:::

Soomin sibuk melayani para pelanggan yang terus berdatangan. Semakin lama semakin banyak pengunjung. Mata Minwoo tak lepas dari memandangi gerak Soomin.

"Sebentar lagi aku akan mendapatkannya hyung. Tunggu beberapa hari lagi," ucap Minwoo di ponselnya.
'Jangan bercanda, ia itu susah didekati. Aku bahkan ingin mengenalnya saja susah,' ucap Donghyun dalam sambungan telepo
nnya.
"Kau tak percaya hyung? Lihat saja 2 hari lagi," Minwoo melancarkan smirk khasnya.
'Baik. Akan kami tunggu janjimu Woo,' ucap Donghyun sambil terkekeh.

Minwoo mematikan sambungan teleponnya. Ia memandangi yeoja itu lagi.

"Jangan pernah menganggapku remeh hyung," gumam Minwoo.

Akhirnya pelanggan terakhir pulang. Dengan tubuh yang sudah sangat lelah, ia membereskan semua pekerjaannya. Ya, mengepel dan sebagainya. Itu hukumannya, padahal biasanya itu dilakukan bersama.

"Hooaaaam... Akhirnya selesai juga," Soomin meliukkan tubuhnya yang sudah pegal-pegal itu.











:::SUNGLASSES PART. 5:::

Soomin langsung berlari menuju halte. Di tengah dinginnya malam, ia menunggu bus yang tak kunjung datang. Setiap 5 menit, ia terus melihat jamnya.

"Ya! Bus! Cepatlah datang," gumam Soomin.

Minwoo yang melihatnya dari jauh jadi merasa sedikit tak tega. Ia ingin turun dari mobilnya dan menghangatkan tubuh yeoja itu. Tapi kalau ia turun dari mobil sama dengan cari mati. S
oomin bisa tau kalau dari tadi ia mengikutinya.

"Ah! Itu busnya!" Soomin menatap bus itu dengan sumringah.

Dengan cepat, ia langsung naik. Di dalam bus, ia menyandarkan kepalanya pada kaca bus. Minwoo yang melihatnya langsung mengikutinya lagi. Bus itu berhenti di depan pertigaan, Soomin langsung turun. Ia lalu berlari menuju rumahnya. Minwoo terus memandanginya sampai yeoja itu masuk dan menutup rumahnya.

"Jadi ini rumah yeoja itu?" ucap Minwoo sambil memotret rumah di hadapannya.

Pagi-pagi Minwoo sudah berdiri di depan rumah Soomin. Tampilan Minwoo hari ini tidak sekeren biasanya. Ia malah memakai kacamata lagi. Hal ini dia lakukan demi mendapatkan hati Soomin.

Ceklek!
Soomin keluar dari rumahnya. Ia kaget saat melihat deretan gigi yang sedang meringis ke arahnya.

"Minwoo-ssi?" Soomin mengerutkan keningnya.
"Ne. Ini aku. Kajja kita berangkat," Minwoo langsung menarik Soomin masuk ke dalam mobil mewahnya.
"Tapi Minwoo-ssi..."
"Kau kan sudah mengijinkanku untuk mengikutimu selama seminggu nuna? Kau lupa?" tanya Minwoo.
"Eh? Ne," ucap Soomin akhirnya.

"Mwo?! Dia belum lupa? Aish! Padahal sudah ku harapkan ia lupa. Lagipula apa untungnya dia mengikutiku? Kenapa wajahnya begitu manis hari ini? Sudahlah. Stop. Jangan membahasnya lagi," batin Soomin.











:::SUNGLASSES PART. 6:::

"Yap! Sudah sampai, kajja nuna," Minwoo langsung berlari ke arah pintu Soomin, ia membukakan pintu untuk yeoja itu.
"Gomawo, Minwoo-ssi," ucap Soomin.
"Ne, nuna. Biar ku bawakan bukumu," Minwoo langsung menarik banyak buku yang dipegang yeoja itu.
"Eh, Minwoo-ssi. Tidak perlu."
"Gwaenchana nuna-ya. Kajja," Minwoo langsung menggenggam erat tangan Soomin dan yang satun
ya menggenggam buku Soomin.

"Sudah ku katakan kalian tak bisa meremehkanku hyung. Lihatlah ini," batin Minwoo, ia berbalik ke kanan dan mendapati para hyungdeulnya yang memandanginya kagum, Minwoo melancarkan smirknya sebentar.

Tatapan-tatapan sinis terluncur dari wajah para yeoja yang dilewati oleh Minwoo dan Soomin. Mereka tak percaya dengan penglihatan mereka sendiri.

"Ya! Lihatlah! Apa yang dia gunakan hingga bisa mengambil hati Minwoo oppa?" bisik salah seorang yeoja pada temannya.
"Entahlah, jangan-jangan yeoja itu memasang guna-guna pada Minwoo oppa," jawab temannya.
"Tidak bisa dipercaya Minwoo oppa menyukai tipe yeoja rendahan seperti dia. Ya aku tau dia itu cerdas, tapi sayang dia tidak selevel dengan kita," ucap temannya yang lain dengan tatapan sinisnya mengunci pemandangan itu.

Mereka berdua masuk ke kelas Soomin. Tatapan aneh terpancar dari wajah Jung Ji Won, sahabatnya. Kemudian digantikan oleh senyum bahagia dari sahabat Soomin itu.

"Baiklah nuna. Ini bukumu. Selamat belajar, aku akan kembali ke kelasku," Minwoo memasang tampang cutenya untuk Soomin.
"Ne, gomawo Minwoo-ssi," ucap Soomin.

Jiwon langsung mendekati sahabatnya. Ia tersenyum penuh curiga ke arah Soomin. Hal ini membuat Soomin risih.

"Ya! Bisakah kau tak memandangiku seperti itu?" tanya Soomin.
"Hehe, mianhae. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan," jawab Jiwon yang jelas-jelas tidak nyambung dengan pertanyaan Soomin.
"Maksudmu?"
"Aku bersyukur akhirnya sahabatku memiliki namja," Jiwon tersenyum.
"Namja? Nugu?"
"Ya! Minwoo! Siapa lagi kalau bukan dia?!" Jiwon gemas memandangi sahabatnya yang kadang suka eror kalau diajak bercerita apalagi yang masalah tentang hubungan cinta.
"Minwoo? Adik kelas itu? Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya kok."
"Jangan berbohong Soomin-ah. Kau itu benar-benar yeoja yang beruntung ya. Kau bisa mendapatkan namja paling tampan dan populer di sekolah ini."














:::SUNGLASSES PART. 7:::

"Namja paling tampan dan populer?" Soomin malah bingung, ya yeoja ini memang yeoja yang kuper.
"Mwo?! Kau tidak tau? Minwoo itu maknae di group Boyfriend. Boyfriend itu adalah perkumpulan keenam sahabat itu. Mereka berenam sangat terkenal di sini. Selain karena cerdas, mereka juga tampan dan keren. Kau ini kemana saja selama bersekolah di sini? Masa bisa tidak mengenal 
mereka dan Minwoo tentunya."
"Aish! Kau seperti tak mengenalku saja. Aku memang tak pernah mau mengurusi hal semacam itu. Mau mereka populer atau tidak bukan urusanku. Dan aku juga bukan siapa-siapa Minwoo. Kami tidak mempunyai hubungan khusus," ucap Soomin santai.
"Tapi saat ini kau harus menjadi siapa-siapa ku dan menjalin hubungan khusus denganku, nuna," terdengar suara cute khas Minwoo.

Sontak Jiwon dan Soomin berbalik. Mata Minwoo memandang tajam mata Soomin. Mereka saling bertatapan.

"K-k-kau.. Bukankah tadi kau sudah kembali ke kelasmu?" tanya Soomin.
"Nuna, ikut aku sekarang," Minwoo langsung menarik tangan Soomin.
"Y-ya! Minwoo-ssi! Aku bisa dimarahi guru jika pergi sekarang dari kelasku!" omel Soomin.
"Tidak akan. Jika kau pergi bersamaku."

Minwoo membawa Soomin ke dekat gudang. Ya, memang cukup sepi di sana. Jarang ada yang berlalu lalang. Minwoo semakin memajukan tubuhnya. Soomin yang ketakutan karena pandangan Minwoo langsung mundur. Tapi usahanya gagal, tembok di belakangnya tidak mengijinkannya untuk kabur dari namja cute ini. Kedua tangan Minwoo ia letakkan di sisi kanan dan kiri kepala yeoja itu. Membuat yeoja itu semakin ketakutan. Minwoo semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Soomin hingga deru nafas Minwoo terasa di wajah yeoja itu.

"Aish! Apa yang akan dia lakukan?! Kenapa jantungku jadi deg degan begini? Ada apa denganku?" batin Soomin.

Minwoo semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Soomin. Membunuh jarak di antara keduanya. Hidung mereka saling bertemu.

Chuu~

Bibir Minwoo menempel pada bibir Soomin. Cukup dalam. Matanya menutup seakan ia menikmati apa yang terjadi. Sedangkan Soomin? Ia membelalakkan matanya, ia tak percaya hal ini akan terjadi. Perlahan Minwoo melepaskan ciuman itu. Ia tersenyum ketika melihat guratan merah terpancar di pipi yeoja yang berada di hadapannya.








:::SUNGLASSES PART. 8:::

"Aish! Apa yang barusan ku lakukan?! Omo! Aku menciumnya. Ah, ada apa denganku?! Apa aku mulai mencintainya sekarang? Aigoo, bagaimana ini? Aku kan mendekatinya hanya untuk menaklukkannya saja tidak lebih. Lagi pula aku juga masih berada dalam lingkaran permainan ini. Ah entahlah," batin Minwoo.

"K-kau..."
"Nuna-ya.. Mianhae aku menciummu tadi," ucap Minwoo.
"Kau.."
"Ini pertama kalinya kau dicium namja ya, hem? Nuna?" tanya Minwoo.

Soomin hanya menundukkan kepalanya. Guratan merah itu semakin terlihat jelas. Minwoo semakin tersenyum melihatnya.

"Jadi benar nuna?"
"Eh.."
"Nuna, jadilah yeojachinguku," ucap Minwoo tiba-tiba.
"Minwoo-ssi.."
"Waeyo? Aku tidak romantis ya? Sudah ku duga. Aku memang tidak bisa seromantis namja lainnya."
"A-anni."
"Kau mau kan nuna?"

Soomin yang malu hanya menunduk. Ya, ia sangat malu. Dan resmilah saat itu juga hubungan Soomin dan Minwoo.

Sudah 4 hari mereka berpacaran. Hubungan mereka berdua semakin terlihat mesra saja. Membuat Jiwon ikut bahagia melihatnya. Ya, Jiwon sangat menginginkan Soomin mempunyai namja. Agar sikapnya tidak membosankan saja sih.

"Aku bahagia sekarang," ucap Jiwon.
"Mwo? Waeyo?"
"Karena melihatmu berubah. Hehe."
"Loh?"
"Ne, kau berubah menjadi yeoja menggembirakan sejak berpacaran dengan Minwoo. Aku bahagia."
"Ah kau ini."

"Nuna-ya.." panggil seseorang dan berhasil membuat kedua yeoja itu berbalik.
"M-minwoo?"
"Kajja kita pulang," ajak Minwoo.
"Tapi.. Tapi aku akan.."
"Sudahlah Soomin-ah. Kau pulang saja dengan namjachingumu. Aku akan ke toko buku setelah ini. Minwoo-ssi, antar Soomin pulang ya? Jaga dia. Annyeong," Jiwon langsung berlari meninggalkan mereka.
"Kajja chagi," Minwoo menarik tangan Soomin.

"Chagi? A-apa dia memanggilku chagi? Kenapa rasanya jadi aneh begini?" batin Soomin, jalannya terhenti ketika mendengar panggilan sayang dari Minwoo.
"Waeyo? Kau tak suka ku panggil chagi nuna?"
"A-anni. Hanya saja.."
"Baiklah kalau menurutmu terdengar aneh. Aku akan memanggilmu nuna lagi," ucap Minwoo lantas tersenyum, senyum yang meneduhkan.

Minwoo mengantar Soomin sampai di rumahnya. Sebelum Soomin masuk, Minwoo mendekapnya sebentar.








:::SUNGLASSES PART. 9:::

Minwoo sedang berkumpul dengan kelima hyungnya. Yah, mereka membicarakan Soomin. Entah kenapa, ada rasa aneh yang menggerogoti hati Minwoo. Ia seakan tidak rela mengatakan hal ini pada para hyungnya. Ya, apa yang ia ucapkan saat ini bukan dari hatinya.

"Ya, kau menang Minwoo-ya," ucap Donghyun.
"Sudah ku katakan kan hyung, jangan meremehkanku," ucap Minwoo.
"Wah, daeb
ak kau Woo. Kau berhasil mendapat first kiss nya. Padahal aku sangat berharap bahwa aku yang mendapatkannya. Hahhaa," tawa Jeongmin pecah.
"Kau ini hyung."
"Sudahlah. 5 juta won. Ige," ucap Hyunseong sambil memberikan koper yang sudah diduga isinya pasti uang sebanyak 5 juta won, tapi Minwoo menolaknya.
"Aku tidak membutuhkannya hyung. Ambillah lagi."
"Kau? Yang benar saja Woo?" Kwangmin seakan tak percaya.
"Ne. Menaklukkannya saja aku sudah merasa menang."
"Woo, jangan-jangan kau benar-benar mencintainya?" selidik Youngmin.
"Mwo? Anniya. Aku tak akan menyukai yeoja sekuper itu."
"Haha. Kau benar. Tapi dia cantik," sergah Kwangmin.
"Dasar kau ini," Youngmin menyenggol bahu dongsaengnya itu.

Brak! Buku itu berjatuhan dari tangan Soomin. Keenam namja itu menatap Soomin was was. Waeyo? Karena ada banyak kemungkinan yang akan terjadi jika Soomin berada di situ. Pertama, mereka takut Soomin akan berteriak-teriak seperti orang kesurupan. Kedua, mereka takut jika Soomin akan memakannya secara hidup-hidup. Ketiga, mereka takut jika tiba-tiba Soomin menghajarnya dengan jurus hapkidonya. Dan masih banyak kemungkinan lainnya.

"Brengsek! Namja itu brengsek! Aku tertipu oleh tampang tak berdosanya itu! Aku tertipu oleh senyumannya yang cute! Aku tertipu oleh semua perhatiannya padaku! Aku tertipu pada segalanya yang ia berikan padaku! Kau yeoja pabo Soomin-ah! Mereka hanya membuatmu menjadi bahan permainannya!" batin Soomin.

Soomin berjalan perlahan mendekati keenam namja itu. Tatapannya yang tajam seakan bisa menembus apapun yang menghalanginya. Tapi di balik itu semua, matanya ingin sekali mengeluarkan buliran air mata. Tapi yeoja itu menahannya. Keenam namja itu tampak ketakutan. Apalagi Minwoo, ia seperti telah merasa berdosa padanya.










:::SUNGLASSES PART. 10:::

Soomin terus mendekat. Ia hanya mendekati Minwoo. Mereka berenam sudah takut jika Minwoo akan dibuat babak belur atau bahkan meninggal sekalian oleh Soomin. Tapi ternyata jauh dari yang mereka pikirkan, Soomin pun tidak menampar Minwoo.

"Minwoo-ssi, gomawo. Gomawo untuk semuanya. Gomawo saat kau berpura-pura menyukaiku. Gomawo kau sudah menjadikanku bahan permainan kal

ian. Gomawo sudah membuatku seperti yeoja murahan. Gomawo sudah mengajarkan aku tentang cinta. Cinta yang begitu menyakitkan. Cinta itu tidak ada di dunia ini. Gomawo sudah mengajarkan padaku bahwa cinta itu fiksi. Cinta itu tidak nyata. Cinta itu tidak pernah didasari ketulusan. Gomawo sudah memberitahuku tentang bagaimana namja itu. Namja itu tidak berharga sekalipun dari pada sebutir pasir. Namja itu terlalu rendahan. Gomawo," ucap Soomin kemudian berjalan pergi meninggalkan mereka berenam.

Ucapan Soomin tadi terasa seperti sebuah tamparan bagi Minwoo. Ia tidak tahu akan jadi seperti ini. Sementara kelima hyungnya hanya bisa bernafas lega karena tidak jadi diapa-apakan. Tiba-tiba Minwoo langsung berlari. Ia mengejar Soomin.

"Minwoo-ya!" panggil Donghyun, tapi seruan namja itu tak didengar oleh Minwoo.

Soomin kali ini begitu hancur. Rasanya sakit. Sangat sakit lebih tepatnya. Bagaimana tidak? Coba saja rasakan, ketika kau disukai namja dan dicintainya ternyata hanya tipuan, ada sesuatu dibalik itu semua. Apa itu yang dinamakan cinta? Cinta sekarang bagi Soomin tidak berharga lagi. Ia sudah tak bisa memiliki cinta dalam hatinya. Ia mulai memasang pagar kokoh di hatinya agar tak merasakan cinta lagi.

"Soomin-ssi! Soomin nuna!" panggil Minwoo.

Tangan kekar namja itu langsung memeluk Soomin dari belakang. Tes. Namja itu menangis saat ia memeluk Soomin. Entah karena rasa bersalah atau karena ia benar-benar mencintai yeoja yang saat ini sedang dipeluknya itu. Soomin. Ia hanya diam. Dengan sedikit kasar ia melepas pelukan erat Minwoo.

"Jangan berani menyentuh sunbaemu," ucap Soomin dengan tatapan datar kemudian meninggalkan Minwoo yang sedang menangis.

Minwoo menatap punggung yeoja itu dengan tatapan pilu. Ia berusaha mengejarnya, tapi tubuhnya seperti sudah tak kuat menyangga. Ia terus terjatuh. Inikah cinta? Rasa sakit, kecewa, ini cinta? Entahlah.

"Minwoo-ya!" panggil seorang namja yang tak lain adalah Kwangmin, ia menggenggam erat tangan Minwoo agar tidak melakukan tindakan nekat.
"Lepaskan aku! Aku harus menjelaskan semuanya pada nuna!" Minwoo mencoba bangkit tapi ia terjatuh lagi.
"Minwoo-ya! Kau tidak mungkin bisa mengejarnya! Dengarkan aku!"
"Untuk apa? Aku terlihat seperti namja pabo sekarang!"
"Minwoo-ya! Kau mencintainya, hem?"

Deg. Jantung Minwoo berhenti berdetak. Ya, ucapan Kwangmin benar. Tapi ia tak mampu mengatakannya.