Sabtu, 25 Januari 2014

[SUPER SHORT FANFICTION] I AM L



Light melangkahkan kakinya pulang. Ia sudah sangat lelah setelah selesai ujian akhir semester tadi. Ceklek! Tepat setelah ia membuka pintu rumahnya, muncullah sesosok makhluk yang biasa disebut manusia sedang menatapnya dengan tatapan puppy eyes.

"Mau roti?" L yang sudah duduk di sofa langsung menyodorkan roti ke arah Light.

"Huwaaa! Ngapain kamu di sini?!" Light langsung tersentak kaget.

"Ah, aku hanya ingin mengunjungimu. Aku jarang sekali datang ke sini."

"Nani? Kau selalu datang ke rumahku setiap 5 jam -_-" omel Light.

"Ah iya. Kau benar."

Light yang makin kesal akhirnya hanya bisa membiarkan L berada di tempatnya. Ia kembali berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat.

Tok... Tok... Tok...

"Sheehzs! Siapa sih! Ganggu banget!" gerutu Light.

Dengan malas, Light beringsut dari kasurnya dan membukakan pintu. Betapa kesalnya ia saat mendapati orang yang mengetuk pintu itu adalah... L.

"Bisakah kau pulang sekarang, makhluk satu huruf?!" Light mulai emosi.

"Ini yang menyebabkan aku selalu mengunjungimu, sepertinya."

"Nani?" Light menatap L dengan pandangan bingung.

"Itu karena kau selalu memanggilku dengan sebutan manusia satu huruf. Aku ingin kau menyebutku dengan namaku."

"Baiklah. L, LEBIH BAIK KAU PULANG SEKARANG!"

"Wakatta," L langsung menurut dan segera pulang.

"Dasar -_-"

Kamis, 23 Januari 2014

[FANFICTION] LOVE LIGHT PART. 1





Title: LOVE LIGHT
Author: *Wulan Sari
            *Junesito Widyo Pramesti
            *Ika Silviany
Genre: Romance, Comedy,  etc
Cast: *Jo Sung Min (Wulan Author)
         *Jo Kwang Min (BOYFRIEND)
         *Jung Yeon Mi (Junes Author)
         *Oh Se Hoon (EXO)
         *No Min Woo (BOYFRIEND)
         *Jung Yong Kyo (Ika Author)
         *Kim Jong In/Kai (EXO)
         *Woo Seung Hyun/Kevin (U-KISS)
Length: Chaptered (Part. 1)
Rating: T
Disclaimer: FF ini dibuat asli oleh para author yang kece ini. FF ini dibuat berdasarkan khayalan para author yang rada gaje ini. Para personil boyband yang ada di FF ini juga tidak dibayar sedikit pun (?)
Copyright: Dilarang plagiat or share ulang, karena melanggar UU RI No. 19 tahun 2002 TENTANG HAK CIPTA dan Pasal 72 KETENTUAN PIDANA SANKSI PELANGGARAN

The story is begin...
****************************************************************

Semuanya telah berakhir saat itu. Kini keenam anak manusia itu sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Sungmin, ia tampak sibuk dengan dunia gamenya sambil termenung di atas kursi rodanya. Yeonmi, ia sedang sibuk mengipasi tubuhnya yang kepanasan. Sehun, ia bahkan sedang terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata pun sejak tadi. Minwoo, ia tak tahu harus berbuat apa hingga sejak tadi ia hanya memperhatikan Sungmin. Berbeda dengan Yongkyo dan Kwangmin yang sibuk memainkan pikachu kesayangan mereka.
                “Argh! Kau tahu? Ini sudah musim panas. Apa yang akan kita lakukan?” tanya Yeonmi yang masih saja sibuk dengan kipas di tangannya.
                “Bagaimana jika kita liburan? Kebetulan keluargaku memiliki sebuah villa di Jeju. Bukankah Jeju itu tujuan wisata yang terbaik saat musim panas?” usul Sehun.
                “Liburan? Asik! Yey! Aku ikut!” seru Yongkyo tiba-tiba.
                “Aku juga!” tambah Yeonmi.
                “Hyung! Aku ikut!” Kwangmin langsung mengacungkan tangannya.
                “Jangan lupakan aku!” seru Minwoo juga.
Sungmin tak menjawab. Ia masih terdiam dengan PSP di tangannya. Kelima bocah itu langsung menatap Sungmin bingung. Sungmin yang ditatap seperti itu pun akhirnya risih juga, kemudian ia mengangkat kepalanya seakan bersiap untuk memberi jawaban atas ucapan Sehun tadi.
                “Aku tidak ikut. Mian,” ucap Sungmin santai.
                “MWO?!” suara kelima bocah itu langsung membentuk koor panjang.
                “Kalian pergilah sendiri. Aku tidak ikut,” Sungmin mengulangi ucapannya.
                “Wae? Kau tidak bisa berbicara seperti itu. Kita harus liburan bersama,” ucap Yeonmi.
                “Sudah jam segini, aku ada urusan dengan seseorang. Aku pergi,” Sungmin melajukan kursi rodanya menjauh dari tempat itu.
Grep! Sehun segera menahannya. Mereka bersahabat, bagi Sehun jika mereka pergi dengan sahabat mereka harus lengkap. Sungmin menatap Sehun dengan pandangan seolah mengatakan ‘lepaskan tanganmu’. Tapi Sehun enggan melakukannya.
                “Aku harus terapi. Aku tidak mau cacat seperti ini. Bukankah tidak menyenangkan pergi dengan seseorang yang hanya merepotkanmu saja? Aku tahu diriku. Lagipula masih banyak yang harus segera ku kerjakan di sini,” Sungmin segera memberikan penjelasan tanpa ada yang memintanya.
                “Kami tak peduli kau cacat atau tidak. Yang kami pedulikan adalah kau sahabat kami,” ucap Sehun.
                “Sehun oppa benar. Jebal,” tambah Yeonmi.
                “Urusan perusahaan sudah diurus oleh Kim samchon. Kau tak perlu memikirkannya lagi. Baiklah. Keputusan Sungmin ada di tanganku. Kita pergi besok,” ucap Kwangmin yang tiba-tiba bangkit dari duduknya.
                “Tapi...”
                “Jebal...” ucap Kwangmin dengan ekspresi wajah memelas.
                “Aish! Baiklah.”
                “Yey!!!”
***
                “Hyung, kenapa kau lama sekali?” sembur Minwoo ketika Sehun baru keluar dari mobilnya selepas menjemput Yeonmi.
                “Aku menjemput yeojachingu ku, apa itu salah?” jawab Sehun santai.
                “Kau sudah pesan tiketnya, hyung?” tanya Kwangmin mengalihkan pembicaraan.
                “Aku tak memesannya,” jawab Sehun singkat.
Kelima orang lainnya, tentunya selain Sehun, serentak mendelik kaget mendengar ucapan dari bibir si namja telmi itu. Sungmin yang sejak awal memang tidak ingin ikut langsung memasang wajah normalnya kembali. Dalam hati sebenarnya ia berharap ia tidak akan ikut liburan ini.
                “Jangan menatapku seperti itu. Aku tau, aku ini memang tampan,” ucap Sehun percaya diri.
Empat orang selain Yeonmi langsung memalingkan wajah mereka. Tentu saja, jika ia terus ditatap seperti itu kadar percaya dirinya akan melebihi batas maksimum.
                “Bagaimana kau bisa berbicara seperti itu? Kenapa kau tak memesan tiketnya?” Yeonmi langsung memberondong Sehun dengan pertanyaannya.
                “Bagus sekali caramu mengendalikan emosi. Lihatlah, yang lain saja____”
                “Jangan mengalihkan pembicaraan, Oh Se Hoon. Kau hanya perlu menjawab pertanyaanku,” potong Yeonmi.
                “Ne, ne. Arraseo. Jangan pakai nada bicara yang seperti itu. Kau membuatku takut. Kita gunakan pesawat pribadiku saja. Mobil-mobil kita juga bisa dibawa.”
                “Kau yakin?” tanya Yeonmi lagi yang dibalas anggukan mantap dari Sehun.
                “Pesawatnya sedang dipersiapkan. Kita bisa berangkat sekitar am 11 siang nanti,” jelas Sehun yang langsung disambut dengan anggukan serta ‘oooh’ panjang dari kelima bocah itu.
***
                “Huahh... Akhirnya sampai juga,” ucap Yeonmi sembari meregangkan tubuhnya.
                “Itu mobil kita! Kajja!” seru Sehun sambil berjalan menuju mobilnya,
Yang lain segera mengikuti langkah Sehun menuju tempat parkir mobil mereka dan memasuki mobil masing-masing bersama couple mereka.
-skip-
Di villa...
Ceklek! Pintu ruangan itu terbuka, menampakkan suatu ruangan yang didesain minimalis namun tetap memiliki sifat mewah dan elegan.  Semua tampak sedikit terpesona dengan hiasan dan perabotan di villa itu.
                “Wah... Asri sekali villa ini,” kagum Yeonmi.
                “Tentu saja, memang dibuat begitu. Villa ini dibuat untuk tempat refreshing. Lihat saja ke belakang. Benar-benar dibuat untuk menjernihkan pikiran,” jelas Sehun.
Hun-Mi couple, Tikus couple, dan Kwang-Yong couple segera mengelilingi villa itu. Melihat keindahan dari setiap sisi villa milik keluarga Sehun itu.
Sungmin mendorong kursi rodanya menjauh dari Minwoo. Ia berniat untuk menaiki tangga dengan usahanya sendiri. Perlahan Sungmin melepaskan bobot tubuhnya pada kedua kakinya agar mampu menopang berat tubuhnya. Tapi... Grep! Untung saja Minwoo berhasil menangkap tubuh Sungmin hingga ia tak terjatuh.
                “Sudah ku bilang jika kau ingin turun panggil lah aku. Aku akan membantumu turun,” ucap Minwoo.
                “Aku tidak mau merusak liburanmu hanya karena kau selalu mengurusiku. Lagipula aku bisa melakukannya sendiri,” balas Sungmin.
                “Dengar, aku ini calon suamimu. Tentu saja menjaga dan mengurusimu merupakan kewajibanku juga. Otot kakimu itu masih lemah, kau tidak bisa sembarangan seperti itu,” ceramah Minwoo.
                “Mwo? Calon suami? Yak! Apa otakmu mengalami gangguan?!” protes Sungmin.
                “Anni. Kau ingin ke atas, kan? Aku akan membawamu ke sana,” Minwoo tersenyum sangat manis pada Sungmin.
Grep! Dengan sekali gerakan, tubuh Sungmin sudah berada dalam dekapan Minwoo. Minwoo membopong tubuh Sungmin ala bridal menuju tempat yang Sungmin inginkan. Sungmin tidak protes seperti biasanya. Mau bagaimana lagi? Jika ia menolak, akhirnya pun akan sama saja.
Berbeda dengan Kwang-Yong couple yang sedang menikmati pemandangan dari balkon villa. Mereka berdua terlihat seru membicarakan sesuatu yang sudah jelas pasti berhubungan dengan makhluk kuning yang mereka sebut pikachu. Sedangkan Yeonmi yang yang sedang bingung mau melakukan apa, akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti Sehun menuju lantai satu. Yeonmi celingukan mencari Sehun yang tadi sempat menghilang dari pandangannya. Tapi akhirnya tidak ia temukan. Yeonmi berjalan gontai menyusuri setiap sudut di lantai satu villa itu. Mulai dari balkon yang masih dihuni oleh Kwang-Yong couple dan beberapa ruangan kosong lainnya. Yeonmi  memasuki salah satu ruangan yang menarik perhatiannya.
Ceklek! Sebuah kamar bernuansa full color dengan tiga tempat tidur small size. Di bagian dindingnya terdapat gambar penguin yang imut. Terdapat TV flat, DVD Player, PS 3, meja nakas, dan lemari pakaian dengan gambar kartun Winnie the Pooh.
                “Seperti kamar anak-anak,” pikir Yeonmi setelah menutup pintu kamar itu.
Yeonmi berjalan lagi keluar, menuju kamar di sebelah kamar anak-anak tadi. Ceklek! Kamar lagi. Kali ini bernuansa sky blue dengan dua tempat tidur small size, lemari pakaian, TV flat, DVD player, meja kerja, dan meja nakas.
                “Lalu ini? Kamar siapa?” ucap Yeonmi pada dirinya sendiri.
Yeonmi kembali melanjutkan surveinya melihat-lihat ruangan yang ada di villa ini. Kali ini, suatu ruangan yang benar-benar menarik perhatiannya. Sebuah tempat tidur medium size, lemari pakaian, rak buku, meja belajar, TV flat, DVD Player, PS 3, tempat kaset dan meja nakas menempati ruangan yang biasa disebut kamar itu. Terlihat rapi dan tertata. Ck! Jangan lupa. Di kamar ini pun ada kamar mandinya. Yeonmi tertarik melihat rak buku yang terpajang di sana. Komik, novel, ensiklopedia, inspirational book, dan macam-macam buku lainnya yang memenuhi rak itu.
Ceklek! Yeonmi menoleh ke arah suara itu. Pintu kamar mandinya terbuka dan memuntahkan seonggok daging yang biasa disebut manusia bernama Oh Se Hoon. Hanya dengan bermodalkan celana boxer yang menutupi bagian bawah tubuhnya dan handuk yang masih ia gosok-gosokkan ke rambutnya yang basah, Sehun menatap Yeonmi datar.
                “Eh?” Yeonmi terlihat canggung sekaligus bingung.
                “Kau sedang apa?” tanya Sehun yang masih sibuk dengan aktivitasnya.
                “Sedang melihat-lihat,” entah kenapa suara Yeonmi kali ini terdengar polos.
                “Dasar yeoja maniak,” cibir Sehun.
                “Yak! Bukan itu maksudku!” seru Yeonmi tidak terima.
                “Lalu?” Sehun menaikkan sebelah alisnya.
                “Aku bosan. Tak ada yang bisa ku lakukan. Yongkyo sedang sibuk membahas kuning-kuning kesayangannya dengan Kwangmin. Sedangkan Sungmin dan Minwoo, entahlah mereka berdua menghilang kemana. Jadilah aku yang bingung menyurvei villa ini,” jelas Yeonmi.
                “Arra. Ah iya, lebih baik kau membuat makan malam. Aku lapar. Dan aku yakin kau dan yang lainnya pun juga lapar.”
                “Aish! Baiklah. Bahan-bahannya? Apa ada?”
                “Cek saja di lemari pendingin yang ada di lantai bawah. Kha. Aku akan memakai baju.”
                “Ne, ne. Arraseo.”
Tap tap tap. Yeonmi berjalan menuruni tangga menuju dapur dan berhenti di depan lemari pendingin berukuran besar. Yeonmi membukanya perlahan. Matanya terbelalak takjub menatap isi lemari pendingin itu.
                “Wah... Sangat lengkap! Kalau begitu aku akan memasak!” ucap Yeonmi girang.
Dengan segera ia mengambil celemek dan bersiap memasak. Ia sibuk mengeluarkan bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk menu malam ini. Tangannya dengan terampil memotong bahan-bahan itu seperti seorang koki. Sekitar 30 menit kemudian, bau harum khas masakan tercium memenuhi dapur. Yeonmi memasak beberapa jenis makanan Korea, Prancis, dan Italia lengkap dengan dessertnya seperti jus melon, jus jambu, dan jus alpukat. Ia menata semua itu dengan rapi di meja makan utama.
                “Wah... Sepertinya enak,” ucap Sehun yang tiba-tiba sudah berada di belakang Yeonmi.
                “Yah, mungkin. Waeyo? Kalau mau makan, makan saja duluan. Aku mau mandi,” balas Yeonmi.
                “Mwo? Anni. Kita makan dulu. Bersama. Kwangmin! Minwoo! Yongkyo! Sungmin! Kajjaaa kita makaaaan!” teriak Sehun dengan suara paling cetar membahana ulala.
Tanpa perlu menunggu waktu yang lama, keempat makhluk tersebut langsung muncul dengan cara yang berbeda-beda. Kwangmin muncul dari sebelah kiri ruangan itu dengan topi pikachu dan wajah belepotan tinta kuning. Minwoo bersama dengan Sungmin datang dari sisi kanan dengan wajah abstrak masing-masing atau lebih tepatnya ekspresi derp. Yongkyo sendiri muncul paling akhir dengan dandanan konyol ala pikachu. Hal ini membuat Sehun dan Yeonmi langsung melotot dan berusaha menahan emosinya masing-masing.
                “Yak! Kwangmin! Yongkyo! Apa yang baru saja kalian lakukan, eoh?!” omel Yeonmi.
                “Kami hanya bermain. Wae? Apa tidak boleh?” sahut Kwangmin.
                “Tapi tentu saja tidak sampai sebegitunya,” ucap Yeonmi yang mulai gemas dengan kedua anak manusia ini.
                “Wah... Daebak! Siapa yang memasak? Apa kau hyung?” Kwangmin langsung mengalihkan pembicaraan ketika melihat banyak makanan lezat tertata di atas meja makan.
                “Kau menghinaku, eoh? Tentu saja yeojachinguku! Kajja, kita makan!” perintah Sehun yang sudah duduk di salah satu kursi di sekeliling meja makan itu.
                “Anni, oppa. Aku mau mandi dulu,” tolak Yeonmi lembut.
                “Tapi__”
                “Hyung, biarkan dia mandi dulu,” potong Minwoo sebelum Sehun kembali berbicara.
                “Aish! Arraseo. Lima belas menit. Kajja ku antar kau ke kamarmu,” ucap Sehun akhirnya sambil bersiap menarik tangan Yeonmi.
                “Bukankah aku tidur dengan Sungmin dan Yongkyo?” Yeonmi melirik ke arah dua yeoja yang duduk berseberangan dengannya.
                “Anni. Aku punya kamar sendiri untukmu,” ucap Sehun yang langsung menariknya.
                “Lalu kamar dengan tiga tempat tidur itu?”
                “Itu kamar keponakanku. Kamar Yongkyo dan Sungmin ada di sebelah kamarmu. Nah ini dia kamarmu!” ucap Sehun setelah sampai di depan kamar dengan pintu berwarna putih susu itu.
Ceklek! Sehun membuka pintu kamar itu. Kamar bernuansa ice blue dengan satu ranjang medium size beserta lemari pakaian dan lain-lain yang benar-benar khusus untuk yeoja. Bahkan di dalam kamar itu pun juga terdapat kamar mandinya.
                “Eotteokhae?” tanya Sehun sambil menatap yeojanya penuh harap bahwa yeoja itu akan menyukai kamar ini.
                “Terlalu mewah,” komentar Yeonmi.
                “Wajar. Kau kan permaisuriku. Lihat, hampir sama dengan isi kamarku. Yah, walaupun sedikit berbeda,” ucap Sehun.
                “Arraseo. Gomawo ne. Kau turun lah. Aku akan segera selesai dan kembali ke ruang makan.”
                “Ne.”
Sepeninggal Sehun, Yeonmi langsung menutup pintu kamar itu dan merebahkan tubuhnya sejenak di ranjang berukuran medium size itu. Yeonmi menatap langit-langit kamar itu kemudian memejamkan matanya sebentar.
                “Permaisuri?” gumam Yeonmi.
Seulas senyum tercetak di wajahnya. Konyol, begitu pikirnya. Setelah itu ia bangkit kembali dan segera mandi karena ia tahu kelima bocah itu pasti akan mengamuk jika ia tidak segera turun.
Tepat pukul 07.30 PM KST, Hun-Mi couple, Min couple alias Mouse couple, dan Kwang-Yong couple menikmati makan malam dengan tenang. Menyantap seluruh makanan yang tadi dimasak Yeonmi dengan lahap. Hanya terdengar suara dentingan antara piring dan sendok selama acara makan malam itu berlangsung.
                “Mashitta!” puji Kwangmin dan Minwoo.
                “Tentu! Dia bahkan hampir menghabiskan seluruh persediaan makanan,” cibir Sehun.
                “Yak... Yak... Oh Se Hoon! Kau berlebihan! Persediaan makananmu di dalam lemari pendingin itu masih sangat banyak,” elak Yeonmi.
Kwangmin dan Minwoo hanya tertawa mendengar ucapan Yeonmi. Sedangkan Sungmin dan Yongkyo lebih memilih tersenyum daripada Yeonmi marah.
                “Jangan tertawa terus. Habiskan dulu makanan kalian,” Yongkyo mengingatkan.
***
Setelah makan malam itu berlangsung, mereka semua langsung menuju ruang santai untuk sekedar bercanda atau mengobrol. Tapi tidak dengan Sungmin, ia meraih ponsel yang ada di dalam saku celananya dan membaca sebuah pesan dari seseorang. Ia mendorong kursi rodanya menjauhi villa Sehun menuju sebuah tempat yang letaknya agak jauh dari sini.
Kelima bocah ini sibuk tertawa setelah mendengar lelucon yang diceritakan oleh Kwangmin. Mereka tiba-tiba langsung terdiam setelah mengetahui bahwa tidak ada sosok Sungmin di tempat ini. Minwoo sendiri bahkan tadi merasa bahwa Sungmin mengikutinya ternyata salah, tidak ada Sungmin di sini.
                “Dimana Sungmin?” tanya Yeonmi.
                “Ne, kau kan di belakang, Minwoo-ya. Dimana Sungmin?” tanya Kwangmin yang mulai cemas.
                “Molla. Entahlah, padahal tadi aku melihatnya di belakangku,” jawab Minwoo.
                “Sudahlah lebih baik kita cari Sungmin di dalam dan sekeliling villa ini,” ucap Sehun tegas.
                “Kau benar,” Yongkyo langsung menyetujui ucapan Sehun.
***
Hembusan angin pantai benar-benar cukup menusuk kulit walaupun saat ini musim panas. Suara ombak yang memecah pantai pun terdengar seperti alunan sebuah melodi cinta yang mendayu-dayu. Di pinggir ombak itu telah berdiri seorang namja dan seorang yeoja yang sedang duduk di kursi rodanya.
                “Aku merindukanmu,” ucap namja itu yang langsung berlutut di hadapan Sungmin, mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh yeoja itu.
                “Nado. Aku sudah lama tidak melihatmu. Sangat lama. Ternyata kau sudah dewasa, ya,” balas Sungmin.
                “Mianhae. Aku terlambat mengetahui keadaanmu yang seperti ini.”
                “Ini bukan salahmu. Kau tidak perlu meminta maaf hanya karena ini.”
                “Ah iya, bukankah kau pergi tanpa pamit? Sebaiknya kau beritahu Kwangmin hyung agar ia tidak kebingungan mencarimu.”
                “Eoh, arraseo.”
Sungmin segera menuliskan sebuah pesan singkat untuk Kwangmin dan segera mengirimnya pada namja itu. Ia sebenarnya tak peduli dengan sikap berlebihan Kwangmin yang terlalu mencemaskannya. Tapi mau bagaimana lagi, ia ingin melakukan apa yang namja di hadapannya ini inginkan seperti janjinya saat mereka berdua masih kecil dulu.

#FLASHBACK POV#
13 tahun yang lalu...
Sungmin masih duduk di bangku taman yang mulai dingin itu. Ia tak peduli. Ia tahu, seseorang yang berjanji padanya itu pasti akan datang. Kevin, ya, namja itu pasti akan datang. Mantel tebal milik Sungmin bahkan tak bisa menahan dinginnya hujan salju yang sejak tadi berjatuhan di atas tubuhnya. Wajah imutnya semakin memerah akibat kedinginan. Bibirnya bergetar memanggil nama Kevin.
                “Jo Sung Min!” seorang namja imut nan lucu itu berlari ke arah Sungmin.
Sungmin yang merasa dipanggil namanya langsung sumringah ketika mengetahui siapa yang datang. Ya, dia Kevin, Kevin Woo, sahabatnya. Sungmin segera turun dari bangku itu dan beranjak menemui Kevin yang baru saja terjatuh akibat jalan bersalju yang licin ini,
                “Apa kau bodoh?” ucap Kevin tak sabaran.
                “Mwo?! Kau mengataiku?! Aku sudah menunggumu selama ini dan kedinginan di sini tapi kau mengataiku?!” seru Sungmin kesal.
                “Kau seharusnya tidak menyiksa dirimu untuk menungguku.”
                “Tapi kau akan pergi begitu saja sebelum aku melihatmu kembali.”
                “Kau bisa melihatku kembali setelah appaku selesai bertugas di Amerika.”
                “Sampai berapa lama?”
                “Entahlah. Aku tidak tahu.”
                “Aku akan menunggu kau kembali. Kita sahabat.”
                “Aku pasti kembali asal kau berjanji akan melakukan semua keinginanku.”
                “Ne! Aku berjanji!” seru Sungmin semangat.
                “Kau harus semangat tanpa aku. Kau tidak boleh bersedih lagi karena kau masih memiliki haraboji dan Kwangmin hyung. Dan keinginanku yang terakhir untuk hari ini, jangan lupakan aku.”
                “Ne! Aku akan melakukannya!” janji Sungmin.
#FLASHBACK POV END#
                “Aku sudah melakukannya,” ucap Sungmin sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.
                “Sungmin-ah,” panggil Kevin.
                “Ne?” Sungmin mendongakkan kepalanya menatap Kevin.
                “Bolehkah... bolehkah aku memelukmu?” tanya Kevin meminta izin dari Sungmin.
                “Ne. Kau tentu saja boleh memelukku,” izin Sungmin dengan senyum manisnya.
                “Gomawo.”
Grep! Kevin langsung memeluk Sungmin erat. Ia menenggelamkan wajahnya di leher Sungmin. Dekapan namja itu terasa semakin erat. Basah. Sungmin merasakan basah di lehernya. Sungmin pun akhirnya membalas pelukan Kevin.
                “Kevin, kau menangis?” tanya Sungmin dengan suara yang hampir tak terdengar.
                “Kau tahu... Umurku hanya bertambah... Aku masih Kevin yang cengeng seperti dulu... Aku tidak pernah sedewasa itu...” suara Kevin terdengar serak karena tangisannya.
                “Ne... Kau memang tak pernah bisa berubah sepenuhnya,” Sungmin tersenyum kecil sambil mengusap kepala Kevin lembut.
                “Sungmin-ah...”
                “Mwo?”
Kedua mata tajam Kevin mengunci kedua mata Sungmin seakan tidak mengizinkan yeoja itu melihat selain kepada dirinya. Kevin mencengkeram erat kedua bahu Sungmin.  Ia terlihat seperti menahan sesuatu dari dalam tubuhnya.
                “Aku terlambat... Aku terlambat mengetahui semuanya...” ucap Kevin dengan tatapan seriusnya.
                “Apa maksudmu?” Sungmin menatap Kevin bingung.
                “Aku mendengar kau sudah memiliki kekasih.”
                “Mwo? Minwoo maksudmu?”
                “Ne. Namja itu.”
                “Aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya selain teman. Sungguh!”
                “Jinjja?” Kevin menatap Sungmin penuh harap.
                “Ne. Kami hanya teman dan tidak lebih. Ada apa memangnya?”
                “Syukurlah...”
                “Waeyo?”
                “Dangsineul saranghae, Jo Sung Min,” gumam Kevin yang hanya dapat didengar olehnya sendiri.
                “Mwo?”
                “Anni. Ini sudah sangat larut. Lebih baik kau pulang. Anni. Aku yang akan mengantarmu kembali ke villa tempatmu tinggal selama liburan ini.”
Sungmin hanya diam. Ia seperti merasa ada yang aneh dengan sahabat masa kecilnya ini. Kevin seperti mengatakan sesuatu untuk dirinya tadi, tetapi  ia tidak mendengarnya.
***
Cahaya matahari sudah bersinar memasuki tiap sudut kamar. Yeonmi mengerjapkan matanya kesilauan. Dengan mata yang masih setengah terbuka, Yeonmi melangkahkan kakinya keluar kamar. Ia menuruni tangga menuju dapur, membuka lemari es, mengambil gelas, mengambil botol minum yang ada di sana dan menuangkannya ke gelas, meminumnya untuk menyegarkan tenggorokannya yang kering.
                “Kau sudah bangun?” tanya sebuah suara.
Yeonmi langsung menoleh.
“Ne,” jawab Yeonmi singkat.
                “Hari ini acaranya apa?” tanya suara itu yang ternyata Sehun.
                “Terserah. Tapi... Aku sedang ingin ke pantai,” jawab Yeonmi.
                “Pantai di sini banyak, tapi aku tahu satu pantai terindah.”
                “Aku mau ke sana.”
                “Arraseo. Kau mandilah dulu.”
                “Shireo. Aku mau menyiapkan sarapan dulu. Kau bangunkan yang lain.”
                “Emm... Arraseo.”
Sehun pun akhirnya meninggalkan Yeonmi yang sudah mulai sibuk untuk menyiapkan sarapan.
***
                “Yak! Pemalas! Ayo bangun!” seru Sehun setelah memasuki kamar yang ditempati Kwangmin dan Minwoo.
                “Eungh... Yongie... Kita lanjutkan ronde kedua ne?” gumam Kwangmin di tidurnya.
                “Uwaah... Keracunan apa otak Kwangmin sampai jadi yadong begini,” ucap Sehun miris.
Sehun mengalihkan pandangannya ke ranjang yang lain. Minwoo masih berada di dalam selimutnya dengan posisi nyaman. Sehun mulai menatapnya kesal.
                “Ini lagi anak satu. Molor mulu, bikin peta,” ratap Sehun.
Cling! Tiba-tiba sebuah lampu alias ide muncul di kepala Sehun. Ia menyeringai jahil sambil menatap kedua manusia yang masih asyik dengan tidurnya masing-masing ini.
                “Huwaaaa!!! Kebakaran!!! Lontooooong!!! Lontooong!! Eh salah. Maksudnya.... Tolooooooooong!!!!!! Tooooloooooong!!! Kebakaraaaaaan!!!” teriak Sehun histeris.
                “Hah? Mana? Mana? Dimana kebakarannya?” teriak Kwangmin dengan mata yang belum sempurna untuk terbuka.
                “Huwaaaaaa! Hyuuuuung! Cepat panggil pemadam! Aku tidak mau jadi barbeque di tempat ini!” suruh  Minwoo masih dengan mata tertutup.
Pletak! Pletak! Dua jitakan masing-masing mendarat mulus di kepala Kwangmin dan Minwoo yang berlarian tak jelas di atas tempat tidur. Mereka langsung membuka kedua mata masing-masing dengan sempurna dan bengong. Sehun sendiri masih memandangi keduanya dengan tatapan super horor.
                “Kau! Kau mimpi yadong tadi?!” tanya Sehun dengan telunjuk mengacung tepat di depan hidung Kwangmin.
                “Mwo?! Y-yadong? Eummm... Sepertinya...” ucap Kwangmin watados.
                “Dasar kau ini! Cepat mandi! Kau juga anak kecil!” perintah Sehun mengarah pada Kwangmin dan Minwoo.
Kwangmin dan Minwoo menurut. Sehun pun membiarkan keduanya melakukan perintahnya dan keluar dari kamar mereka menuju ke kamar Yongkyo dan Sungmin.
Tok.... Tok.... Tok...
                “Yongkyo... Apa kau sudah bangun?” tanya Sehun.
                “Ne, mereka sudah bangun. Bukan hanya Yongkyo tapi Sungmin juga,” ucap sebuah suara.
Sehun menoleh. Dilihatnya Yeonmi dengan T-Shirt kelonggaran dan hotpants yang tertutup separuh karena T-Shirt sedang menggosokkan handuk di rambutnya yang masih terlihat basah sambil menatapnya datar.
                “Sungmin? Kapan dia pulang?”
                “Entahlah. Nanti kita tanyakan saja. Oppa, cepatlah mandi. Setelah itu kita sarapan bersama,” lanjut Yeonmi.
Sehun mengangguk, lalu ia berjalan menuju kamarnya untuk mandi. Dalam benaknya masih terngiang wajah Yeonmi yang tadi menyahutinya saat mengetuk pintu kamar dua yeoja aneh yang tidak lain tidak bukan adalah kamar Yongkyo dan Sungmin.
                “Siapa itu tadi? Yeonmi? Kenapa bisa cantik sekali?” batin Sehun.
***
Keenam anak manusia itu sudah berkumpul di sekeliling meja makan untuk sarapan. Sehun sudah terlihat rapi dengan pakaiannya karena ia sudah merencanakan sesuatu untuk Yeonmi.
                “Hyung, kau rapi sekali. Mau kemana?” celetuk Minwoo tiba-tiba.
Hening. Tak ada satu pun yang menjawab pertanyaan dari namja manis itu. Minwoo yang kesal karena merasa terabaikan mulai bersiap untuk mengeluarkan gerutuannya.
                “Hyung, aku tanya! Kenapa tidak dijawab?!” gerutu Minwoo.
                “Tikus got, yang kami pertanyakan di sini hanya satu. Kau ini bertanya pada siapa?” tanya Sungmin pada Minwoo dengan suara malasnya, yang lain mengangguk mengiyakan kecuali Minwoo.
                “Tentu saja Sehun hyung. Memangnya siapa lagi?” jawabnya kesal.
                “Yak! Kau pikir aku ini apa?! Aku juga lebih tua darimu!” sembur Kwangmin sebal.
                “Kalau mau bertengkar jangan di sini!” tegur Yongkyo ketika Minwoo mau membuka mulutnya lagi.
                “Yongkyo-ya, kau tahu tidak? Semalam Kwangmin mimpi yadong bersamamu,” celetuk Sehun tiba-tiba.
Mendengar perkataan Sehun, wajah Yongkyo berubah merah. Entah marah atau... malu? Hanya Yongkyo dan Tuhan lah yang tahu.
                “Hyung! Kau ini apa-apaan?! Yongkyo-ya, mianhae, itu... itu tidak sengaja!” protes Kwangmin pada Sehun yang dilanjut bujukan untuk Yongkyo, Yongkyo hanya menunduk sambil memainkan jari-jarinya.
                “Yongkyo-ya, ayolah...” bujuk Kwangmin.
Sehun dan Minwoo yang cengengesan langsung mendapat deathglare dari Yeonmi. Mereka berdua pun akhirnya langsung tunduk diam.
                “Yongkyo-ya, gwaenchana?” tanya Yeonmi lembut.
                “Gwaenchana, Yeonmi-ah...” jawab Yongkyo yang masih menunduk.
                “Yak! Oppa!” tegur Yeonmi.
                “Ehem! Mianhae, Yongkyo-ya. Aku... hanya asal bicara tadi,” Sehun langsung meminta maaf pada Yongkyo.
                “Gwaenchana. Otak Kwangmin oppa memang bermasalah,” jawab Yongkyo sambil cemberut setelah menghembuskan nafas beratnya.
                “Eh? Kau tak marah padaku?” tanya Sehun sambil memastikan Yongkyo menggelengkan kepalanya.
                “Ne...”
                “Wah... Gomawo Yongkyo-ya!”  Sehun langsung menampilkan wajah girangnya.
                “Hyung! Kau ini! Jahat sekali!  Yongkyo, mianhae. Aku juga tidak tahu kalau mimpi itu akan datang. Kalau aku tahu aku takkan tidur semalaman,” bujuk Kwangmin.
                “Eh, chakkaman,” Sehun menatap ke arah Sungmin yang sejak tadi hanya diam sambil memakan sarapan yang ada di hadapannya.
                “Ada sesuatu di wajahku? Kenapa menatapku seolah aku ini udon?” tanya Sungmin tanpa mengalihkan pandangannya dari piring yang ada di hadapannya.
                “Kemana kau pergi semalam?” Sehun memulai interogasinya.
                “Ke suatu tempat,” jawab Sungmin singkat.
Ya, semalam saat Sungmin mengatakan pada Kevin ia sudah memberi tahukan keberadaannya pada Kwangmin itu bohong. Ia tahu jika Kwangmin tahu ia pergi jauh dari villa Kwangmin pasti akan semakin bersikap berlebihan padanya. Baginya lebih baik Kwangmin tidak tahu.
                “Kemana? Kau sudah membuatku khawatir! Kau tahu? Bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan padamu?!” Kwangmin merasa kesal dengan sikap Sungmin yang satu ini, merahasiakan apapun darinya.
                “Ini tidak ada hubungannya denganmu. Jadi... jangan tanyakan lagi,” nada suara Sungmin yang sangat dingin dan menusuk berhasil membuat semuanya terdiam kecuali Kwangmin.
                “ Apa maksudmu?! Kau ini tanggung jawabku! Kau ini dongsaengku! Bagaimana bisa kau mengatakan ini semua tidak ada hubungannya denganku?!” bentak Kwangmin.
                “Aku selesai... Terimakasih atas makanannya,” Sungmin mengabaikan bentakan Kwangmin dan memilih untuk melajukan kursi rodanya meninggalkan ruang makan.
Grep! Tangan Kwangmin berhasil menghentikannya. Ia menatap Kwangmin dengan tatapan mata yang seolah mengatakan ‘cepatlah menyingkir dari hadapanku atau aku akan membawamu ke neraka saat ini juga’. Sedangkan Kwangmin masih menatapnya tajam, meminta jawaban sesungguhnya dari bibir Sungmin.
                “Kemana?”  pertanyaan Kwangmin masih sama.
                “Jika aku mengatakannya pun tidak akan menguntungkanmu.”
                “Memang tidak. Tapi katakan!”
                “Aku tidak pernah berharap mempunyai oppa yang suka mengambil hak privasiku.”
Semuanya kaget mendengar jawaban Sungmin. Ini tidak seperti Sungmin yang biasanya. Tatapan matanya pun berbeda. Kwangmin sendiri langsung terdiam.
                “Baiklah. Kapan kau pulang?” Kwangmin mengganti pertanyaannya.
                “Tidak akan penting bagimu menanyakan hal itu. Kau hanya membuang waktumu. Setidaknya aku masih utuh saat ini di hadapanmu. Dan menjauhlah dariku.”
Hening. Tak ada yang berbicara lagi. Semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka tidak menyangka Sungmin akan mengatakan hal itu. Walaupun dulunya ia sangat dingin, tapi ini pertama kalinya ia bersikap seperti ini.
                “Eh... Sudah jam setengah sepuluh. Kajja kita jalan-jalan, Yeonmi-ah,” ajak Sehun girang sekaligus mencairkan suasana yang sempat membeku selama beberapa menit ini.
                “Hyung! Kau mau kemana? Kenapa tak mengajakku?” tanya Minwoo pada Sehun.
                “Pantai,” jawab Sehun singkat.
                “Aku ikut,” ucap Yongkyo dan Minwoo berbarengan.
Sehun dan Yeonmi hanya saling pandang. Terutama Sehun, ia sangat keberatan karena sebenarnya ia hanya ingin berduaan dengan Yeonmi.
                “Tapi kami hanya ingin jalan-jalan sebentar,”  elak Sehun yang diikuti anggukan kepala Yeonmi.
                “Pokoknya ikut!” koor mereka berdua.
                “Ne, ne. Kalian boleh ikut. Cepat bersiap! Aku tunggu di luar!” ucap Sehun sambil melangkah keluar diikuti Yeonmi.
                “Oh iya, Kwangmin oppa dan Sungmin ikut juga ya?” Yeonmi menatap keduanya berusaha mencairkan suasana di antara sepasang kakak-beradik itu.

To Be Continued...

Gimanakah readerdeul? Silahkan berkomentar ria tentang FF ini, kkk~. Gomawo udah mau baca FF ini ^^