Rabu, 13 Juni 2012

[FANFICTION] DON'T TOUCH MY GIRL








TITLE: DON’T TOUCH MY GIRL
AUTHOR: WULAN
GENRE: ROMANCE, SAD, ETC
CAST: NO MIN WOO, JO SUNG MIN, JO KWANG MIN, ETC

Semoga ceritanya bisa romance sama sad... J


      “Annyeong, chagi...” sapa Minwoo tiba-tiba.
                “Minwoo-ah...” Sungmin tersenyum manis pada Minwoo.
Minwoo memegang tangan Sungmin lembut dan mengecup tangannya itu. Minwoo dan Sungmin adalah sepasang kekasih. Mereka sangat cocok. Tapi belakangan ini ada sedikit perubahan yang terjadi pada Sungmin. Dia tidak sedekat dulu saat bersama Minwoo. Setiap bersama Minwoo dia selalu melamun. Pikirannya berlari entah kemana.
Kali ini saat Minwoo dan Sungmin makan bersama di kantin. Lagi-lagi Sungmin melamun, dia tidak mendengarkan ucapan Minwoo sejak tadi.
                “Sungmin-ah... Sungmin-ah... Waeyo?” Minwoo melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Sungmin. Sayangnya, pikiran Sungmin masih berlarian entah kemana.
                “Ehm.. Eh... Waeyo oppa?” ucap Sungmin tiba-tiba setelah tersadar di dunia nyatanya.
                “Kau melamun lagi ya?” tebak Minwoo.
                “Ah, anio oppa, ada yang sedang aku pikirkan,” sangkal Sungmin.
                “Mwo?” Minwoo penasaran.
                “Oppa...” Sungmin menjawabnya sambil tersenyum manis. Hal ini membuat pipi Minwoo memerah.
                “Kau ini...” Minwoo menundukkan wajahnya.
                “Ahaha, oppa, kau sungguh imut dengan pipi memerah seperti itu,” Sungmin mencubit pipi Minwoo.

***

Sungmin sedang tiduran di kamarnya, dia masih melamun lagi. Pikirannya kembali melayang pada seseorang. Sosok yang kini mulai ia sukai.
                “Kenapa kedua orangtuaku menjodohkanku dengan namja tinggi itu? Kenapa kini aku mulai menyukainya? Kenapa perasaanku pada Minwoo perlahan-lahan mulai terkikis dan tergantikan perasaanku pada Kwangmin? Kenapa Minwoo semakin baik padaku? Kenapa aku harus merasakan masa serumit ini?” ucap Sungmin pada dirinya sendiri.
Saat itu, orangtua Kwangmin bersama dengan Kwangmin mengunjungi rumah Sungmin. Kedua orangtua dari mereka membicarakan sesuatu yang sangat jelas membuat Sungmin terkejut. Dia harus bertunangan dengan Kwangmin setelah lulus nanti. Kwangmin memang namja baik. Sifatnya juga tidak jauh berbeda dengan Minwoo. Pada awalnya Sungmin sangat membenci Kwangmin, tapi perlahan dia mulai menyukainya.
                “Ah! Kenapa hidupku harus serumit ini?! Bagaimana aku bisa menolak Kwangmin? Aku tidak mau membuat kedua orangtuaku sedih. Bagaimana dengan Minwoo? Jika aku mengatakan padanya bahwa aku akan bertunangan dengan Kwangmin, dia pasti akan sangat sedih. Aku tau rasa cintanya padaku sangat besar. Lebih baik aku tidur saja,” Sungmin mulai memejamkan matanya dan tertidur pulas.

***

Sungmin sadar, dia tidak bisa menyembunyikan semua ini dari Minwoo. Dia akan mengatakan hal yang sebenarnya pada Minwoo.
                “Semoga Minwoo tidak membenciku setelah aku mengatakan hal yang sebenarnya ini,” batin Sungmin.
Tampak Minwoo yang sedang akan masuk ke mobilnya. Sungmin segera berlari menghampirinya di parkiran mobil.
                “Oppa! Wait!” teriak Sungmin dari kejauhan.
Minwoo membalikkan tubuhnya dan melihat sosok yeoja cantik yang sedang mengejarnya sambl berlari. Sungmin berhenti tepat di depan Minwoo dengan nafas terengah-engah.
                “Waeyo, chagiya?” tanya Minwoo sambil tersenyum sangat manis.
                “Oppa...” Sungmin menitikkan air matanya.
                “Kau menangis? Wae?” Minwoo kebingungan karena tiba-tiba Sungmin menangis tanpa sebab.
                “Mianhae oppa... Jeongmall mianhae...” tangisan Sungmin semakin menjadi-jadi. Minwoo segera memeluk tubuh mungil Sungmin. Membiarkan Sungmin menangis di dalam pelukannya.
                “Oppa... Hubungan kita cukup sampai di sini saja. Mianhae. Aku benar-benar tidak bisa melanjutkannya. Jeongmall mianhae oppa...” ucap Sungmin sambil menangis dan melepaskan pelukan Minwoo. Sungmin segera pergi meninggalkan Minwoo sendiri.
Senyuman Minwoo perlahan mulai menghilang dari wajahnya. Dia berjalan dengan langkah gontai menuju ke mobilnya.  Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan maksimum. Saat mobil yang dikendarainya menyalip mobil yang ada di depannya, dia tidak melihat jika di depannya ada truk. Minwoo langsung membanting setir. Nasib buruk menimpa Minwoo. Mobilnya menabrak pohon yang ada di pinggir jalan raya itu. Banyak orang berkerumun di sekitar mobilnya. Tubuh Minwoo penuh dengan darah yang terus mengucur. Tim medis segera membawanya menuju ke rumah sakit.

***
Sungmin masih mengingat kejadian tadi, Kwangmin yang ada di sebelahnya penasaran dengan apa yang dipikirkan calon tunangannya itu.
                “Apa yang sedang kau pikirkan, chagia?” tanya Kwangmin sambil menatap Sungmin penuh arti.
               “Anio, aku hanya sedang merasa bersalah pada seseorang. Aku melakukan sesuatu yang pasti melukai perasaannya. Aku benar-benar tidak bisa memaafkan diriku sendiri,” Sungmin menangis lagi.
Kwangmin mulai memeluk Sungmin. Tanpa mereka berdua sadari, Jeongmin yang juga sahabat baik Minwoo selain Sungmin melihat mereka. Dia benar-benar kaget melihat peristiwa itu.
                “Sungmin-ah... Kenapa dia berpelukan dengan namja lain? Bukankah dia masih berstatus sebagai yeojachingunya Minwoo? Aku harus memberitahukannya pada Minwoo,” ucap Jeongmin lalu pergi.

***

Minwoo sudah lumayan baikan. Walaupun dia masih harus menginap beberapa hari di rumah sakit. Pikirannya terus melayang pada Sungmin. Dia mengingat beberapa kisah saat bersama dengan Sungmin.
                “Sungmin-ah... Kenapa kau tega pergi begitu saja? Meninggalkanku tanpa sebuah alasan...” ucap Minwoo pada dirinya sendiri.
Saat itu, saat liburan Minwoo mengajak Sungmin berjalan-jalan ke taman yang sangat luas. Taman itu sepi karena sudah disewa Minwoo untuk berduaan dengan Sungmin. Canda tawa di antara mereka berdua membuat suasana taman menjadi semakin romantis. Saat hari sudah mau gelap, Minwoo memasangkan sebuah cincin yang sangat indah di jari manis Sungmin. Sungmin mengecup pipi Minwoo. Pipi Minwoo mulai memerah.
                “Minwoo-ah!” panggil seseorang, yang ternyata dia Jeongmin.
                “Jeongmin-ah! Kau tau aku di sini?” tanya Minwoo.
                “Ne. Saat aku ke rumahmu, pesuruhmu mengatakan kalo kau ada di sini,” jawab Jeongmin.
                “Oh,” Minwoo kembali terdiam.
                “Minwoo-ah, waeyo?” tanya Jeongmin.
                “Ah, anio,” jawab Minwoo sambil tersenyum.
                “Minwoo-ah, aku membawa berita buruk untukmu.”
                “Mwo?”
                “Ini tentang Sungmin-ah.”
                “Ada apa dengannya?” Minwoo penasaran.
                “Aku kemarin melihatnya berpelukan dengan namja lain. Mianhae kalo berita ini merusak moodmu,” ucap Jeongmin sambil tertunduk.
                “Mwo?!” Minwoo membelalakkan matanya seakan dia tak percaya apa yang dia dengar barusan.
                “Setelah putus denganku kau bersama namja lain?! Kau tega sekali padaku! Apa kau tidak pernah berpikir bahwa aku lah namja yang sangat mencintaimu! Kenapa kau malah seperti itu! Meninggalkanku demi namja lain!” batin Minwoo.
Hati Minwoo saat ini benar-benar hancur. Dia tidak bisa menerima perlakuan Sungmin yang tega memutuskannya demi namja lain. Sungmin sendiri belum memberitahukan apa yang terjadi sebenarnya pada Minwoo.
Minwoo kembali teringat pada masa lalunya. Saat itu, saat Minwoo sedang marah dengan orangtuanya yang memperlakukannya sesukanya sendiri. Saat dia beradu dengan ring basket dan menembakkan bola hingga masuk ke ring dengan tepat dan keras. Sungmin lah yeoja baik yang saat bola itu tidak masuk ke ring dan malah mental, dia yang menangkapnya.
                ‘Seharusnya kau lebih pelan dan berperasaan saat menembakkan bola ini,’ ucap Sungmin saat itu sambil berjalan mendekati Minwoo dan melemparkan bola itu ke ring, daan, masuk.
                ‘Nugu? Apa aku mengenalmu?’ tanya Minwoo heran.
                ‘Anio,’ jawab Sungmin.
                ‘Kenapa kau sok akrab denganku?’
                ‘Wae? Apa itu tidak boleh?’ tanya Sungmin yang masih asyik bermain dengan bola basketnya itu.
                ‘Ya! Aku juga bisa seperti yang kau bilang tadi,’ Minwoo mengalihkan pembicaraan.
                ‘Hm. Bagaimana jika kita bersaing memperoleh angka untuk pertandingan basket 1 lawan 1?’ tantang Sungmin.
                ‘Kau dan aku?’
                ‘Ne. Jika aku yang menang, kau harus menjadi sahabatku. Ottoke?’ Sungmin tersenyum pada Minwoo, yang saat itu berhasil membuat hati Minwoo lumer.
                ‘Baiklah.’
Saat Minwoo dan Sungmin bertanding basket semua murid melihat pertandingan yang sangat menegangkan itu. Bagaimana tidak? Seorang Minwoo, sang bintang basket sekolah melawan yeoja yang keras kepala seperti Sungmin. Tapi, Sungmin lah yang menang. Semua murid merasa heran dengan hal itu. Bagaimana bisa seorang murid yang biasanya sangat malas ikut olahraga bisa mengalahkan sang bintang basket sekolah? Sungguh ajaib.
                “Anio! Aku harus merebut Sungmin kembali dari namja itu! Jeongmin-ah dimana mereka sekarang?” ucap Minwoo setelah sadar dari lamunannya.
                “Menurut asistenku, mereka sedang makan bersama di restaurant yang ada di pinggir taman milikmu,” kata Jeongmin.
Minwoo segera melepaskan infus yang tertanam di tangannya. Walaupun dia masih sulit untuk berjalan, dia tetap berusaha lari. Jeongmin ikut mengejarnya. Setelah sampai di parkiran rumah sakit, Jeongmin mengambil mobilnya dan pergi bersama Minwoo ke restauran yang dimaksud Jeongmin.
Beberapa saat kemudian, Jeongmin dan Minwoo sudah sampai di restauran itu. Benar saja, di sana sudah ada Sungmin dan namja lain, Kwangmin. Tanpa menunggu lama, Minwoo segera berlari dengan kesusahan karena kakinya kurang sehat untuk berjalan.
                “Sungmin-ah!” teriak Minwoo.
                “Oppa..” Sungmin membalikkan tubuhnya dan melihat Minwoo mendekat.
                “Siapa dia?” tanya Kwangmin.
                “Siapa aku?! Hah! Aku adalah namjachingunya! Jangan dekati dia lagi! Atau aku akan menghancurkan hidupmu!” bentak Minwoo.
                “Namjachingumu? Jinjja?” tanya Kwangmin.
                “Ne, oppa.”
                “Tapi kan kau akan bertunangan denganku,” ucap Kwangmin.
                “Oppa, sebenarnya, aku tidak mencintaimu selama ini. Aku terpaksa melakukan ini karena keinginan kedua orangtuaku,” Sungmin kembali menangis.
                “Jadi kau...” ucapan Kwangmin terputus. Kwangmin tidak bisa menahan dirinya, dia langsung pergi dari tempat itu.
                “Oppa!” panggil Sungmin.
Kwangmin tidak mendengar panggilan Sungmin. Dia langsung pergi mengendarai mobilnya dengan cepat. Minwoo perlahan berjalan mendekati Sungmin walaupun dengan tertatih.
                “Sungmin-ah...” ucap Minwoo sambil memegang kedua bahu Sungmin.
                “Wae oppa?” tanya Sungmin.
                “Aku tidak akan pernah melepaskanmu untuk namja lain selain diriku. Kau harus tau itu,” Minwoo langsung menarik tubuh Sungmin dan memeluknya erat.
                “Mianhae oppa,” ucap Sungmin.
Mereka berpelukan semakin erat. Jeongmin ikut senang atas kebahagiaan kedua sahabatnya itu. Dia menatap mereka dari jauh sambil tersenyum senang.

***

Kwangmin sadar, dia tidak bisa merebut Sungmin dari Minwoo. Dia berusaha untuk memutuskan pertunangan yang akan terjadi di antaranya dan Sungmin. Dia tau, jika ia bertunangan dengannya Sungmin akan sangat terpukul. Maka dari itu Kwangmin berbicara kepada kedua orangtuanya untuk membatalkan acara itu.
                “Mianhae, eomma, appa,” ucap Kwangmin.
                “Kau itu sudah nekat ya!” Eommanya marah.
                “Eomma, jebal, aku tidak bisa bertunangan dengannya. Dan aku tidak mau,” mohon Kwangmin.
                “Bukankah kau dulu yang bilang kalau kau ingin memilikinya! Kenapa kau malah tidak mau?! Apa kau berniat akan merusak nama keluarga kita!”
                “Sudahlah, eomma. Kalo Kwangmin memang tidak mau ya mau bagaimana lagi. Dibuat seperti apapun juga tidak bisa. Appa setuju untuk membatalkan pertunangan kalian,” ucap appanya bijaksana.
                “Gomawo appa. Gomawo,” Kwangmin sampai bersujud di kaki appanya.

***

Kwangmin meminta Sungmin dan Minwoo untuk datang ke sebuah taman. Kwangmin sudah menunggu cukup lama.  Beberapa saat kemudian, Sungmin dan Minwoo sudah berdiri di depannya.
                “Kenapa kau menyuruh kami untuk bertemu denganmu? Jangan-jangan kau akan merebutnya dariku! Tidak akan ku biarkan kau merebutnya!” ucap Minwoo.
                “Anio, aku tidak akan merebutnya. Sungmin-ah, aku sudah membatalkan pertunangan kita. Semoga kau bahagia bersama dengannya,” Kwangmin tersenyum gembira.
                “Bagaimana dengan eomma dan appamu?” tanya Sungmin.
                “Sudahlah. Mereka sudah mengerti denganku. Baiklah, aku harus pergi. Semoga kalian bahagia selamanya,” Kwangmin langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
Setelah Kwangmin mengatakan itu, Minwoo dan Sungmin segera menuju ke pantai untuk melihat matahari terbenam.
                “Dulu sudah pernah ku katakan, bahwa kau hanya untukku,” ucap Minwoo sambil tersenyum.
                “Hm. Iya aku percaya padamu, oppa.”
Tepat saat matahari terbenam, Minwoo menarik tubuh Sungmin dan memeluknya dengan sangat erat bahkan lebih erat dari biasanya. Mungkin karena dia tidak ingin Sungmin direbut lagi oleh namja lain.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar