
Title:
BLACKOUT
Author:
*Wulan Sari
*Junesito Widyo Pramesti
*Ika Silviany
Genre:
Action, Romance, Sad, School Life, etc
Cast:
*Jo Sung Min (Wulan Author)
*Jo Kwang Min (BOYFRIEND)
*Jung Yeon Mi (Junes Author)
*Oh Se Hoon (EXO)
*No Min Woo (BOYFRIEND)
*Jung
Yong Kyo (Ika Author)
*Jo
Hyun Woo (OC)
*Woo
Young So (OC)
*Woo
Seung Hyun/Kevin Woo (U-KISS)
*Han Jae
Man (OC)
*Oh Soo
Young (OC)
*Oh Jong
Hyuk (Click-B)
*Lee Jin
Ki (SHINee)
*Kim
Jong In/Kai (EXO)
Length:
Chaptered (PART. 3)
Rating:
T
Disclaimer:
FF ini dibuat asli oleh para author yang kece ini. FF ini dibuat berdasarkan
khayalan para author yang rada gaje ini. Para personil boyband yang ada di FF
ini juga tidak dibayar sedikit pun (?)
Copyright:
Dilarang plagiat or share ulang, karena melanggar UU RI No. 19 tahun 2002
TENTANG HAK CIPTA dan Pasal 72 KETENTUAN PIDANA SANKSI PELANGGARAN
The
story is begin...
****************************************************************
Sungmin kini sudah duduk manis di samping harabojinya. Gaun
berwarna baby blue selutut membuatnya terlihat anggun. Bagian bahunya terekspos
hingga menampilkan bahu indahnya. Rambutnya yang dibiarkan terurai membuatnya
semakin terlihat cantik.
“Mianhae,
Tuan Jo Hyun Woo-ssi. Kami ada sedikit masalah tadi,” ucap seseorang tiba-tiba.
“Gwaenchana
Tuan Woo Young So-ssi, kami juga baru menunggu sebentar,” balas haraboji
Sungmin.
“Sebentar
apanya? Ini sudah lima belas menit,” gumam Sungmin yang langsung mendapat
injakan di kakinya dan deathglare dari harabojinya.
“Kajja
duduklah Tuan Woo,” ajak Hyunwoo haraboji.
“Gamsa
hamnida Tuan Jo,” balas Youngsoo ahjussi.
Seorang namja tampan kini sudah duduk di hadapan Sungmin. Ia
tersenyum sekilas saat menatap wajah Sungmin. Sungmin mengalihkan pandangannya
ke bawah, bukan karena malu tapi karena ia sedang bermain game. Di suasana
apapun ketika sedang bosan ia pasti akan mengeluarkan senjata ampuhnya yaitu
PSP. Harabojinya dan kedua orangtua namja itu tampak sedang mengobrol obrolan
khas orangtua. Bahkan Sungmin sampai meninggalkan dunia realnya dan sibuk
dengan dunia virtualnya dalam game.
“Bagaimana
kalau hari Minggu saja kita mengadakan pertunangan mereka. Setelah selesai
lulus, kita tinggal menikahkan mereka,” ucap yeoja yang umurnya sekitar
setengah baya itu, dan bisa ditebak pasti itu eomma namja itu.
“Ye.
Saya sangat setuju. Sungmin akan dijaga oleh namja tampan dan baik ini,” puji
Hyunwoo haraboji.
Namja itu hanya tersenyum mendapat pujian dari Hyunwoo
haraboji. Sungmin sendiri masih belum sadar dengan dunia realnya. Sebegitu
asyikkah berada di dunia virtual sampai lupa diri. Mata harabojinya langsung
tertuju dengan apa yang sedang dimainkan cucunya. Grep! Dengan sigap tangan
harabojinya langsung merebut PSP itu.
“PSPku!”
teriak Sungmin tiba-tiba.
Semua mata langsung tertuju ke arah Sungmin. Harabojinya
langsung menampakkan deathglarenya. Sungmin hanya bisa menundukkan kepalanya.
Namja itu hampir tertawa melihat tingkah kekanakan yeoja di hadapannya.
“Mianhae
atas kelakuan cucuku ini. Dia memang suka begini ketika bosan. Mianhae,” ucap
Hyunwoo haraboji.
“Gwaenchana.
Kevin, anak kami juga sering seperti itu,” ucap eomma namja itu.
Percakapan mereka terus berlanjut. Sungmin dengan malas
terpaksa mendengarkan ucapan mereka. Matanya langsung membulat saat mendengar
kalimat ‘kau harus tampil secantik mungkin untuk hari Minggu besok. Kau akan
bertunangan dengan namja itu. Jangan kecewakan haraboji. Dan mungkin hari
Minggu besok kau juga akan menikah dengannya’. Sungguh demi apapun saat itu
juga Sungmin ingin menghilang tiba-tiba, ia benar-benar tidak ingin dijodohkan.
***
Blam! Bola itu masuk dengan sedikit kasar ke ring. Sungmin
terus memantulkan bola basket itu dengan sedikit brutal. Blam! Lagi-lagi bola
itu masuk.
“Sesange
nae mamdaero an doendago hwaman naemyeon andwae. (Dunia tidak sesuai
keinginanku, kalau hanya marah, begitu tidak baik),” ucap Sungmin pada dirinya
sendiri.
“Sungmin-ah...”
Minwoo sudah berdiri di samping Sungmin.
Sungmin menatapnya dingin. Dung! Bola itu terlepas dari
tangan Sungmin. Sungmin melangkahkan kakinya meninggalkan Minwoo. Grep! Tangan
Minwoo menahannya. Tanpa sepatah kata pun, Sungmin langsung menghempaskan
tangan Minwoo dengan kasar. Yeoja itu nampak berlari pergi.
“Mianhae...”
gumam Minwoo lemah.
***
Sungmin dan Kevin (calon suaminya) sudah asyik
berjalan-jalan di Lotte World. Mereka tampak bahagia. Sebenarnya Sungmin
menutupi perasaannya. Ia tahu Kevin memang tampan, tapi hatinya tidak bergetar
saat berada di sampingnya. Grep! Tiba-tiba Kevin memojokkannya ke dinding yang
sepi tanpa orang.
“Apa
yang kau lakukan?” Sungmin memandang takut ke arah Kevin, ia takut melakukan
kesalahan yang bisa membuat namja di hadapannya marah, karena jika namja ini
marah harabojinya akan lebih marah lagi.
“Melakukan
sedikit ritual seperti kekasih lainnya,” ucap Kevin sambil tersenyum.
Kevin mulai mendekatkan wajahnya ke arah Sungmin. Sungmin
langsung memejamkan matanya karena takut. Chu~
Bibir
Kevin mendarat mulus di bibir Sungmin. Hanya sekedar menempel tapi bisa membuat
Kevin merasakan Electrick Shock. Kevin melepaskan tautannya. Ia langsung
memeluk Sungmin dengan erat.
“Jebal.
Jangan pernah tinggalkan aku,” ucap Kevin sambil memeluk Sungmin erat.
“Kau... Kau
menangis?” tanya Sungmin ketika buliran bening membasahi bahu kanannya.
“Anni.”
“Jangan
berbohong padaku.”
“Aku hanya
menangis bahagia.”
“Ada apa
denganmu? Kenapa kau jadi aneh begini? Kau tidak seperti biasanya, Kevin-ah.”
“Apa tidak
masalah aku menceritakan masa laluku padamu?”
“Anni.
Ceritakan saja,” Sungmin melepaskan pelukan Kevin dan tersenyum manis padanya.
“Dulu, aku
selalu dikhianati oleh yeoja. Sudah cukup banyak yeoja yang mengkhianatiku.
Mereka hanya menginginkan apa yang aku miliki. Sejak saat itu aku tidak pernah
mau berhubungan dengan yeoja sedikit pun. Hal itu lah yang membuat perjodohan
ini terlaksana. Dan akhirnya aku menemuimu. Kau berbeda dengan yang lainnya.
Aku tak ingin kau meninggalkanku. Hanya kau yang bisa membuat hatiku bergetar,”
cerita Kevin.
Sungmin terdiam. Dipermainkan yeoja. Sungguh itu bagaikan petir
yang menyambar hatinya. Ia sering mempermainkan namja saat bosan. Tapi ia tidak
pernah mengambil apapun yang dimiliki namja yang pernah menjadi permainannya.
Ia hanya menggoda, tak lebih dari itu. Ia sadar hal itu salah. Dan bahkan bisa
membuat seorang namja trauma. Sungmin mulai menyadari kesalahannya.
“Sungmin-ah,
gwaenchanayo? Kenapa kau melamun? Jangan perdulikan ucapanku tadi,” ucap Kevin
yang kini kembali tersenyum.
“Ah, anni.
Aku hanya teringat sesuatu. Mau main bianglala? Mungkin dengan menaikinya bisa
membuat hatimu lebih tenang,” ajak Sungmin,
“Gomawo
Sungmin-ah,” Kevin mengecup singkat pipi Sungmin yang langsung membuatnya
memerah.
***
Kwangmin membagi-bagikan undangan pernikahan dongsaengnya pada
teman-temannya. Ia sedikit tak enak hati saat akan memberikannya pada Minwoo.
Kai sudah diundang, tapi dia mengatakan tak bisa datang. Kai juga tampak shock,
bagaimana dengan Minwoo? Begitu pula dengan Sehun, Yeonmi, dan Yongkyo.
“Kevin Woo?
Kau yakin sunbae, Sungmin menerima perjodohan itu?” tanya Yeonmi pada Kwangmin.
“Dia begitu
bahagia menerima perjodohan ini. Aku sendiri heran. Tidak biasanya ia seceria
itu. Ku rasa dia benar-benar menyukai Kevin. Kevin sendiri sepertinya juga
sangat mencintai Sungmin,” jawab Kwangmin.
“Aku tidak
yakin,” ucap Yongkyo tiba-tiba.
“Aku juga.
Aku ragu Sungmin berbahagia menerima perjodohan ini. Padahal kita semua tau kan
dia itu si keras kepala,” ucap Sehun juga.
“Entahlah.
Aku juga heran. Tapi dia juga sudah berciuman dengannya. Mungkin first
kissnya,” Kwangmin tersenyum.
Semua memandang Kwangmin tak percaya. Cerita Kwangmin tidak
menggambarkan Sungmin yang biasanya. Terasa ganjil di telinga.
“Bukan
namja itu first kissnya. Tapi aku!” suara itu langsung membuat keempat orang
itu membalikkan tubuhnya.
“Minwoo?!”
teriak mereka semua berbarengan.
“Tapi...
Sejak kapan kau bisa melakukan itu?” tanya Sehun kepo.
“Yak!
Jangan menanyakan hal bodoh seperti itu!” omel Yeonmi.
“Ne,
chagi. Hehehe, aku lupa,” ucap Sehun.
“Apa
ini?” Minwoo langsung menarik undangan yang ada di tangan Kwangmin.
“Itu
undangan pernikahan dongsaengku,” ucap Kwangmin lemah.
“Bastard!”
Minwoo langsung berlari pergi meninggalkan mereka semua setelah melihat dan
meremas undangan itu.
“Sudah
ku duga akan begini,” gumam Kwangmin.
Semuanya akhirnya kembali ke kelas masing-masing. Sementara
Minwoo langsung melajukan mobilnya meninggalkan sekolahnya. Ia menyetir
mobilnya ugal-ugalan hingga membuat kemacetan dimana pun. Ia tidak perduli.
Yang ia pikirkan hanya Sungmin.
Grep! Ia langsung menarik Sungmin yang sedang duduk
termenung di pinggir jalan yang tak jauh dari rumahnya. Sungmin yang biasanya
meronta kini hanya diam saja. Minwoo membawanya menuju ke taman.
“Kenapa
kau menyetujui perjodohan itu?” ucap Minwoo setelah Sungmin duduk di salah satu
bangku taman.
“Aku
mencintainya. Wae?”
“Aku
tak percaya. Aku tau kau mencintaiku. Berhentilah berpura-pura membenciku! Aku
tak suka kau melakukannya!” bentak Minwoo.
“Aku
bukan milikmu. Sudah ku katakan kau tak berhak mengaturku.”
“Oh,
jadi itu maumu? Baiklah cepat ikut aku!” Minwoo langsung menarik tangan
Sungmin.
“Yak!
Kau mau membawamu kemana hah?!” Sungmin kesusahan mengikuti langkah panjang
Minwoo.
“Ke
gereja! Kita akan menikah saat ini juga hingga pernikahanmu dengannya batal!”
“Neo
micheoso!”
“Nan
jeongmal micheoso! Ini karenamu!”
“Berhentilah
mengejarku Minwoo-ah. Aku tidak ingin melanjutkannya. Jebal, berhentilah. Aku
ingin berbahagia dengan namja pilihan keluargaku.”
Buliran bening terus membanjiri kedua pipi Sungmin. Sungmin
menangis. Ia benar-benar menangis. Minwoo menghentikan langkahnya. Ia menatap
Sungmin. Grep! Minwoo memeluknya erat. Benar-benar erat.
“Kau
menyukaiku Sungmin-ah. Aku tahu itu. Kau tak mencintai namja itu kan? Aku tau
Sungmin-ah. Jebal, uljima,” ucap Minwoo.
“Aku
akan terus berusaha mencintainya. Apapun yang akan terjadi. Lepaskan aku.
Biarkan aku bersandar padanya.”
“Aku
tak bisa melepasmu. Demi apapun aku tak akan pernah bisa melakukannya.”
Seorang namja menatap keduanya dengan tatapan nanar. Hatinya
benar-benar tersayat mendengar percakapan kedua sejoli itu. Ia langsung
melajukan mobilnya dan pergi dari tempat itu.
***
Acara pernikahan belum berlangsung. Tapi Kevin terus saja
meminta berfoto dengan Sungmin dan juga terus memotretnya. Entah apa maksudnya.
Sungmin hanya menurut. Ia ingin membuat Kevin bahagia. Kini, seluruh undangan
telah hadir. Bahkan Minwoo yang diprediksikan tidak akan hadir ternyata tetap
hadir. Wajahnya nampak lesu. Kevin memandang ke arah Minwoo sebentar. Kemudian
ia tersenyum kepada Sungmin.
Kevin sudah berdiri di depan altar. Ia sendiri, tak ada
Sungmin di sampingnya. Saat Sungmin akan mendekat, Kevin menghentikannya dan
menyuruhnya tetap di pinggir. Para undangan langsung terpaku pada Kevin.
“Gamsa
hamnida untuk para undangan yang telah meluangkan waktunya untuk hadir di sini.
Mianhae. Jeongmal mianhae sebelumnya. Tapi aku harus mengatakan ini. Acara
pernikahan ini aku batalkan,” ucap Kevin yang langsung membuat para undangan
riuh.
“KEVIN!”
suara berat milik Tuan Woo Young So terdengar marah.
“Mianhae
appa, eomma, haraboji, dan semuanya. Aku benar-benar tidak bisa melanjutkan ini
semua. Aku tidak bisa merusak hubungan orang lain demi keinginanku sendiri,”
ucap Kevin dengan lantang.
“Yak!
Anak bodoh! Apa yang kau lakukan?!” kini Tuan Woo Young So sudah benar-benar
marah.
“Mianhae
appa!” Kevin langsung menarik Sungmin dan Minwoo pergi dari tempat itu.
Yeonmi, Yongkyo, Sehun, dan Kwangmin langsung menatap heran
ke arah mereka bertiga. Kwangmin sendiri langsung mendapat tatapan tajam dari
harabojinya. Kwangmin yang merasa mendapat deathglare dari harabojinya langsung
menarik Yongkyo, Yeonmi, dan Sehun untuk pergi.
***
Yongkyo sedang bersantai sambil memainkan pianonya di ruang
musik pribadinya di rumah. Bosan. Biasanya ia akan ke rumah Sungmin untuk
mengajak Kwangmin bermain pikachu bersama. Tapi, sejak kejadian beberapa hari
yang lalu Sungmin dan Kwangmin langsung dibawa ke luar negeri oleh sang
haraboji.
“Yongkyo!”
panggilan itu tak membuat Yongkyo membalikkan tubuhnya untuk melihat si
pemanggil.
“Yongkyo!
Eomma ingin bicara padamu!”
“Ne
eomma,” dengan malas Yongkyo membalikkan tubuhnya untuk menatap eommanya.
“Kau
tau Gongchan yang saat itu kemari bersamamu?”
“Ne.
Arra. Wae eomma? Eomma ingin menggodanya lagi?”
“Anni.
Eomma dan kedua orangtua Gongchan sepakat menjodohkan kalian berdua,” ucap
eomma Yongkyo sambil tersenyum.
“Mwo?!
Kenapa tidak menjodohkanku dengan pikachu saja eomma?!” teriak Yongkyo.
“Yak!
Berhentilah dengan pikachumu. Kau itu habis makan apa sih sampai begitu
tergila-gilanya dengan pikachu?”
“Yang
pasti aku tidak mau. Gongchan sepertinya juga sudah memiliki yeojachingu.
Jangan ganggu dia eomma.”
“Ah,
baiklah nanti eomma pikirkan. Tapi berkencanlah dulu dengan Gongchan hari ini.
Sebentar lagi dia akan datang,” eomma Yongkyo langsung senyum-senyum tidak
jelas.
“EOMMMAAAA!!!”
***
Yeonmi dan Sehun sedang berjalan-jalan berdua. Terasa sepi,
biasanya di saat mereka berdua sedang berjalan-jalan seperti ini. Pasti para
perusuh akan datang dan menghancurkan date mereka berdua.
“Setelah
Sungmin, Yongkyo juga dijodohkan dengan Gongchan,” ucap Yeonmi tiba-tiba.
“Ku
harap kau tak dijodohkan dengan siapapun dan hanya menjadi milikku,” balas
Sehun.
“Anni
oppa. Aku sebenarnya juga telah dijodohkan dengan Sungjae,” ucap Yeonmi lemah.
“MWO?!
Aku akan mendatangi orangtuamu untuk membatalkannya!”
“Tidak
perlu oppa. Sungjae orang yang baik. Ia sudah membatalkannya. Oppa tenang
saja.”
“Baguslah.
Semenjak kejadian Sungmin itu kita tidak bisa berkumpul untuk membahas L lagi.
Kwangmin dan Sungmin dibawa ke New York kan? Kapan mereka kembali?”
“Molla.
Di sana Sungmin bahkan dikurung dan tak boleh pergi. Sungguh malang nasib
Minnie Mouse itu.”
“Menurutku
Mickey Mouse lah yang lebih bernasib malang.”
“Aish.
Sudahlah oppa, kenapa kita jadi membicarakan orang?”
“Hehehe.
Molla,” Sehun tertawa garing.
Seharian Sehun dan Yeonmi bermain di Lotte World. Keduanya
sibuk tertawa-tawa sambil memakan makanan ringan di bawah pohon. Sehun duduk di
samping Yeonmi. Keduanya nampak canggung. Mereka sama-sama diam. Hanya bunyi
gesekan daun dan ranting yang menjadi irama malam ini.
“Ehm,
Yeonmi-ah, kau ingat saat awal kita bertemu?” tanya Sehun.
“Ne.
Sungminnie Mouse yang membawamu padaku,” jawab Yeonmi.
“Sahabatmu
itu baik.”
“Maksudmu
oppa?”
“Kau
tau? Aku sudah menyukaimu sejak lama. Sejak aku berteman dengan yeoja tidak
sopan itu, aku mulai mengenalmu lewat ceritanya. Saat kau bersekolah di sini,
aku jadi semakin menyukaimu bahkan aku mencintaimu.”
“Lalu?”
“Kau
mau jadi yeojachinguku kan?”
“Oppa,
apa kau tak bisa bersikap romantis sedikit padaku?”
“Jadi
kau mau kan?” Sehun mengabaikan ucapan Yeonmi barusan.
Yeonmi hanya mengangguk. Sehun tersenyum bahagia. Ia menatap
Yeonmi dalam. Memajukan tubuhnya. Satu yang ia tuju, bibir Yeonmi. Sehun
menghentikan gerakannya, begitu pula dengan Yeonmi. Mereka berdua menatap tajam
dengan deathglare khas masing-masing pada sosok penampakan, anni lebih tepatnya
sosok manusia evil bernama Jo Sung Min.
“Hey!
Kenapa tidak diteruskan? Kajja, lanjutkan! Sudah bagus tadi. Ppali,” Sungmin
menatap handycam yang ada di tangannya sambil tertawa geli.
“Yak!
Tikus got!” teriak Yeonmi dan Sehun kompak.
Sungmin tertawa geli menatap Hun-Mi couple yang masih dengan
wajah memerah itu. Ia langsung beranjak kabur. Tangan Yeonmi langsung
menariknya.
“Hehe,
lepaskan aku ya. Aku janji tidak mengganggu kalian lagi. Ciyus deh,” ucap
Sungmin.
“Sejak
kapan kau berhasil kabur dari mansionmu di New York?” tanya Yeonmi.
“Aku
pintar, Yeonmi-ah. Aku mengajak haraboji ke mall. Aku tau aku dijaga, tapi
ternyata mereka mudah dikelabui. Hehehe. Aku pergi ya, annyeong,” kali ini
Sungmin benar-benar kabur dan entah kemana perginya, Sehun dan Yeonmi hanya
menatap manusia evil itu dengan kesal.
***
Ngek... Ngok... Kring... Ngek... Ngok... Kring... Ngek...
Ngok... Kring...
Yongkyo melajukan sepeda ontanya (?) dengan kecepatan
10km/jam. Dengan santainya ia melajukan sepeda tersebut sambil mendengarkan
musik menggunakan MP3 Player dan earphone. Yongkyo mengangguk-anggukkan
kepalanya seraya menikmati musiknya.
“Yak!
Hey kau minggir!” teriak Yongkyo kepada seorang namja yaitu Sehun yang sedang
berjalan melamun di tengah jalan.
Yongkyo tidak bisa menghentikan laju sepedanya karena remnya
rusak. *lain kali pake sepeda yang waras dong -,-* Dan akhirnya Yongkyo sukses
menyerempet Sehun dan membuatnya terguling ke jurang (?). Yongkyo dengan
watadosnya meninggalkan Sehun begitu saja seraya mengibaskan rambutnya ala
iklan shampoo. Tak lama kemudian Kwangmin datang bagai pahlawan kesiangan.
“Yak!
Yeoja pianika! Kau harus bertanggung jawab!” teriak Kwangmin kepada Yongkyo,
namun punggung yeoja gaje tersebut mulai menjauh dan menghilang ke semak-semak
(?).
Kwangmin yang panik pun langsung berlari dan menghampiri
Sehun yang masih terguling-guling ria itu(?). Kwangmin menatap Sehun sekilas
dengan sedikit alaynya.
“Hyung,
apa kau baik-baik saja?” tanya Kwangmin seraya membantu Sehun berdiri.
“Kondisiku
begini, kau masih bertanya?” gertak Sehun.
“Omona!
Kau terluka hyung! Sebaiknya kita ke rumah sakit terdekat sebelum lukanya
semakin parah,” Kwangmin melompat-lompat dengan lebaynya.
“Mwo?
Ppali antarkan aku!” perintah Sehun pada Kwangmin.
Mereka berdua segera masuk ke mobil Kwangmin. Setelah
menyetarter mobilnya, Kwangmin langsung menancapkan gas 100km/jam.
***
Drrrttt... Drrrtt... Drrttt...
Ponsel Yeonmi berbunyi. Ia langsung merogoh saku celananya.
Jo Kwang Min. Itulah nama yang tertulis di ponsel Yeonmi. Ia mengangkat
panggilan tersebut. Pip.
‘Yeoboseyo~’
‘Yeoboseyo~ Yeonmi-ah?’
‘Ne. Ada apa
Kwangmin oppa?’
‘Sehun
hyung... Sehun hyung kecelakaan dan sekarang dia sedang dirawat di rumah
sakit.’
‘Mwo? Sehun
oppa kecelakaan?’ Yeonmi shock mendengar berita itu.
‘La... Lalu
bagaimana keadaannya?’ lanjut Yeonmi.
Tut~ Tut~
Tut~
Pembicaraan tersebut terputus begitu saja. Kwangmin belum sempat
menjawab pertanyaan Yeonmi. Yeonmi terlihat begitu shock dan khawatir. Saking
shocknya, ia sampai tidak makan selama 3 hari 3 malam(?).
***
Tok... Tok... Tok...
“Silahkan
masuk!” ucap Kwangmin yang berada di dalam ruangan Sehun.
Yongkyo menghembuskan nafasnya sebentar. Sungmin dengan wajah
sangat datarnya menatap ruangan itu. Akhirnya mereka berdua pun segera masuk.
“Eoh, kau
yeoja pianika! Mengapa kau ke sini?” ucap Kwangmin lantang.
“Aku? Aku
ingin menjenguknya,” jawab Yongkyo seraya menunjuk Sehun.
“Kau ingin
menjengukku? Heh, bukankah tadi kau yang membuatku masuk rumah sakit?” sahut
Sehun.
“Siapa juga yang
menyuruhmu melamun di jalan?” ujar Yongkyo sinis.
“Tidak ada,”
jawab Sehun dengan watadosnya.
“Aigoo. Lagi
pula luka sekecil itu sampai dilarikan ke rumah sakit segala?” sahut Sungmin.
Sehun hanya bisa menampakkan wajah datarnya dan menunjuk ke arah
Kwangmin (namja alay :D). Sungmin mengikuti arah tangan Sehun.
“Jadi ini
ulah Pikachu pabo,” kata Sungmin seraya menahan tawanya agar tidak meledak,
sementara Kwangmin bersembunyi di balik gorden rumah sakit.
“Oh iya,
kalian tidak datang bersama Yeonmi?” tanya Sehun yang sedari tadi terlihat
mencari seseorang.
“Ne, dia
sedang shock dan frustasi sampai tak mau makan 3 hari 3 malam seperti iklan di
televisi. Sejak mendengar kau kecelakaan,” jelas Yongkyo panjang lebar.
“Yeoja
hyperaktif pabo, ini baru beberapa jam. 3 hari 3 malam dari sebelah mananya?”
ucap Sungmin seraya menjitak kepala Yongkyo, Yongkyo hanya bisa tersenyum dan
memonyongkan (?) bibirnya :3
“Lalu,
sekarang bagaimana keadaan Yeonmi?” tanya Sehun lagi.
“Ah, kau tak
usah khawatir, biar kami yang memberitahu Yeonmi tentang bagaimana keadaanmu
sebenarnya,” jawab Sungmin.
“Baiklah.
Tolong sebarkan undangan syukuran ya.”
“Syukuran?
Syukuran apa?” tanya Yongkyo.
“Syukuran tak
jadi mati. Kita kan harus bersyukur kepada Tuhan akan semua yang Ia berikan,”
jawab Sehun.
“B-baiklah,
nanti kami sebarkan,” jawab Yongkyo dan Sungmin dengan senyum yang tidak
ikhlas, mereka berdua langsung meninggalkan ruangan tersebut.
“Hey~ Kwangmin, sedang apa kau disitu?” teriak Sehun seraya mendekati
gorden.
Sehun membuka gorden tersebut dan ternyata Kwangmin sedang bermain
dengan boneka pikachu kesayangannya. Kwangmin hanya tersenyum gaje ke arah
Sehun.
“Hyung, ingin
ikut bermain?” tawar Kwangmin, dan akhirnya mereka berdua bermain boneka
pikachu bersama -,-
***
Tok... Tok... Tok...
“Yeonmi-ah!”
panggil Yongkyo seraya mengetuk pintu kamar Yeonmi.
Tak ada jawaban. Yeonmi juga tak mau keluar. Yongkyo memandang
kesal pintu kamar itu, dalam hati kecilnya ia ingin menendang pintu itu.
“Sudahlah
buka saja!” usul Sungmin.
Ceklek! Pintu tersebut dibuka oleh Sungmin. Terpampang lah kamar
Yeonmi yang sedikit berantakan dengan Yeonmi yang sedang duduk menghadap
jendela.
“Yak! Minnie
Mouse! Yeoja hyper! Beraninya kalian masuk kamarku seenaknya!” teriak Yeonmi
setelah melihat batang hidung Sungmin dan Yongkyo.
“Eits,
tenanglah! Kami ke sini membawa berita gembira untukmu,” jelas Yongkyo.
“Tentang
Sehun oppa maksudmu?” tanya Yeonmi.
“Betul
sekali,” ucap Yongkyo sambil menampakkan aegyonya.
“Lalu
bagaimana?” tanya Yeonmi lagi.
“Ini ulah si
Pikachu pabo. Dia telah melebih-lebihkan informasi tentang Sehun. Setelah kami
jenguk ternyata dia hanya lecet saja,” jelas Sungmin.
“Syukurlah,”
Yeonmi langsung bernapas lega.
“Dan satu
lagi. Kita semua diundang oleh Sehun untuk acara syukurannya nanti malam,”
sahut Yongkyo.
“Mwo?
Syukuran apa? Syukuran pernikahan maksudmu? Sehun oppa jahat sekali. Berita
tersebut kau sebut berita gembira?” ucap Yeonmi seraya memukuli Yongkyo dengan
bantal.
“Anniyo!
Hanya syukuran tak jadi mati, Jung Yeon Mi!” jelas Yongkyo.
“Oh,
baguslah,” Yeonmi menghentikan pukulannya, sedangkan Yongkyo merapikan tatanan
rambutnya yang tadi berantakan.
“Ya sudah.
Kami pulang dulu ya. Pai. Annyeong!” ucap Sungmin seraya meninggalkan kamar
Yeonmi bersama Yongkyo.
***
Malam harinya, rumah Sehun tampak ramai. Ribuan manusia telah
memadati rumah Sehun #alaymodeon. Sungmin, Yeonmi, Yongkyo, Kwangmin, dan
Minwoo datang bersama. Sedangkan teman-teman Sehun datang silih berganti
memenuhi tempat acara. Kenapa penuh? Karena orangtua Sehun sedang melakukan
perjalanan bisnis ke Paris. Jadi hanya Sehun seorang bersama beberapa pelayan
yang ada di rumahnya dengan jumlah berjibun.
“Baiklah.
Hadirin sekalian, gamsa hamnida atas kehadirannya di Syukuran Tidak Jadi Mati
saya ini. Silahkan menikmati,” ucap Sehun ala-ala MC.
“Oppa,
eommoni dan abeoji kemana? Kenapa tidak terlihat?” ujar Yeonmi sembari
mengedarkan pandangannya.
“Eomma dan
appa sedang ke Paris,” jawab Sehun sambil menggandeng tangan Yeonmi.
“Mwo? Jauh
sekali? Kenapa kau tidak ikut?” tanya Yeonmi kepo.
“Hehe. Sudah
biasa. Buat apa ikut? Aku harus sekolah. Lagipula aku tak mau jauh darimu,”
jawab Sehun sambil tersenyum manis pada Yeonmi.
Yeonmi menatap Sehun dalam lalu tersenyum. Wajahnya sedikit
memerah, begitu pula dengan Sehun. Ah mereka berdua selalu so sweet dimanapun
dan kapanpun.
“Hyung, aku
mau bicara sesuatu,” ujar Kwangmin yang langsung membuat Sehun menolehkan
kepalanya.
“Ne?” tanya
Sehun.
Kwangmin berbisik di telinga Sehun, sedetik kemudian mata Sehun
mendelik. Ia menatap Kwangmin seolah tak percaya. Yeonmi terlihat khawatir
melihat ekspresi Sehun.
“Waeyo oppa?”
tanya Yeonmi.
“Mata itu
milik Sungmin,” bisik Sehun lirih ketika mendekatkan bibirnya di telinga
Yeonmi.
“Mwo? Tapi
apa oppa yakin? Banyak yang memiliki mata itu, lagipula dia seorang namja,”
ujar Yeonmi spontan.
“Sshh... Pelankan suaramu Yeonmi-ah. Aku bicara seperti itu karena
berdasarkan fakta. Aku menemukan semua barang yang dipakai oleh ‘L’, si
pelaku,” balas Kwangmin.
“Baiklah, sepertinya
kita harus membicarakan ini,” ucap Sehun kemudian.
Yeonmi menatap Sehun dengan tatapan yang sulit diartikan. Sehun
merangkul pinggang ramping Yeonmi lalu memeluknya. Kwangmin langsung
mengalihkan perhatiannya ke arah lain.
“Tenanglah.
Semua akan baik-baik saja,” ujar Sehun menenangkan.
Yeonmi balas memeluk Sehun dengan erat. Yeoja itu mulai
menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik namja tinggi itu. Sehun melepaskan
pelukannya. Ia merapikan poni Yeonmi yang sedikit berantakan lalu mencium
keningnya. Yeonmi hanya menatapnya dengan tatapan innocent.
“Jangan
khawatir lagi ne?” bujuk Sehun.
Yeonmi hanya mengangguk polos, ia lalu memeluk Sehun lagi sebentar
lalu melepasnya.
“Yak! Kalian
lupa aku masih di sini?!” seru Kwangmin sambil berusaha mengalihkan
pandangannya.
Hun-Mi couple langsung menoleh lalu tertawa. Sedangkan Kwangmin
masih berpura-pura mengalihkan pandangannya sambil memajukan bibirnya.
***
Yeonmi, Sehun, dan Kwangmin sudah berkumpul di markas mereka tepat
pukul 9:00 KST. Mereka tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing.
“Mana
Yongkyo? Belum datang?” tanya Sehun heran.
“Anni. Aku
menyuruh Yeonmi untuk tidak memberitahu Yongkyo, hyung,” jawab Kwangmin.
“Mwo? Wae?”
Sehun menatap Kwangmin heran.
“Oppa, kalau
ada Yongkyo kita tak akan pernah berhasil mengungkap si pelaku,” jawab Yeonmi.
Kwangmin hanya mengangguk
pertanda mengiyakan ucapan Yeonmi barusan. Sehun terdiam. Ia nampak berpikir
sejenak.
“Kau benar!
Sejak awal kita menyelidiki hal ini bersama Yongkyo, kita selalu dipersulit,”
ucap Sehun kemudian.
***
“Yak! Kau tak
berkumpul bersama yang lain?” tanya Sungmin pada Yongkyo yang kini sedang duduk
di hadapannya.
Yongkyo menyesap capucinnonya. Ia menatap Sungmin sekilas lalu
mengendikkan bahunya. Sungmin malah menatapnya heran.
“Entahlah. Ku
rasa mereka semua sudah mulai putus asa. Terakhir kita hanya berkumpul saja,
beberapa hari sebelum insiden Sehun,” jawab Yongkyo santai.
“Jangan
lengah! Mereka bisa melakukan apa saja. Terlebih Kwangmin si Pikachu jelek dan
pabo itu. Aku khawatir padanya. Aku pernah memergokinya sedang berada di
kamarku,” jelas Sungmin.
Yongkyo hanya diam sambil memandangi cangkir yang ada di
tangannya. Sungmin juga hanya menghembuskan nafas pelan.
***
“Lihat ini...
Ini... Dan ini... Cocokkan waktunya,” perintah Kwangmin.
“Darimana
Minnie Mouse itu mendapatkan ini semua?” tanya Yeonmi.
Masker hitam, jaket hitam, kaos hitam, celana jeans hitam dan
semua yang pernah dipakai oleh ‘L’ saat melakukan aksinya benar-benar mirip
dengan semua benda yang kini sudah ada di hadapannya. Kwangmin yang memotret
itu semua lalu mencetaknya.
“Kwangmin-ah,
kau ingat tidak? Hari dimana No Myung Soo meninggal? Apa saat itu Sungmin
berada di rumah?” tanya Sehun tiba-tiba.
“Anni. Dia
ada meeting di kantor,” jawab Kwangmin setelah berpikir cukup lama, kemudian ia
kembali melanjutkan aktivitasnya mengamati data-data yang berserakan di
depannya.
“Jika ia
sedang meeting... Ah ini sulit!” Sehun memijat keningnya.
“Tapi oppa!
Pagi setelah No Myung Soo meninggal. Sungmin datang ke sekolah dengan wajah
yang sedikit pucat. Waktu itu aku tak sengaja memegang lengan kanan Sungmin
dan...” penjelasan Yeonmi menggantung, dan wajahnya nampak memperlihatkan
keraguan.
“Dan apa
Yeonmi-ah? Katakan saja!” bujuk Kwangmin, selain itu Sehun juga menatap Yeonmi
dalam.
“Dan Sungmin
terlihat... kesakitan,” lanjut Yeonmi sambil menunduk.
Kwangmin membulatkan matanya sempurna. Sedangkan Sehun menggenggam
tanga Yeonmi erat, berusaha menenangkan yeoja itu.
“Hyung, aku
dengar ‘L’ juga sempat terkena sabetan samurai oleh salah satu pengawal No
Myung Soo,” jelas Kwangmin tanpa berkedip.
“Darimana kau
tau?” tanya Sehun.
“No Min Woo,
ia menceritakannya padaku 2 hari setelahnya. Ia terlihat kalut. Dia juga
mengatakan padaku kalau dia akan meminta tolong Sungmin memecahkan masalah itu.
Dan 3% Minwoo yakin bahwa Sungmin adalah sosok ‘L’ karena ia pernah tak sengaja
melihat bekas pisau di pelipis Sungmin yang juga saat ‘L’ berusaha melawan
pelipisnya juga terkena pisau,” jawab Kwangmin panjang lebar.
Yeonmi dan Sehun saling bertatapan heran. Sedetik kemudian raut
wajah mereka sudah berubah. Hun-Mi couple melayangkan pandangan
‘apa-No-Myung-Soo-itu-ayah-Minwoo?’ ke arah Kwangmin. Dan itu hanya dijawab
dengan anggukkan singkat Kwangmin. Sontak keduanya terlihat shock dan frustasi.
“Ini semakin
sulit!” batin mereka.
***
“Yeonmi-ah!”
panggil Yongkyo.
“Ne?” Yeonmi menolehkan kepalanya ke arah Yongkyo.
“Kemarin kau
kemana?”
“Kemarin?
Hehe. Aku kencan dengan Sehun oppa,” jawab Yeonmi bohong.
“Eoh, ya
sudah. Pai!” ucap Yongkyo sambil berlalu.
“Huuuh...
Hampir saja,” Yeonmi menghela nafas lega.
Drrrttt.... Drrttt...
Yeonmi segera mengambil benda persegi panjang itu dari saku
blazzernya. Ia tersenyum sesaat ketika melihat nama seseorang muncul di layar
ponselnya.
1 New Message
Yeonmi langsung mengetuk gambar pesan di layar ponselnya. Dan
pesan itu langsung terbuka.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
From: Sehun oppa ^^
Kwangmin menyuruh kita berkumpul sepulang sekolah
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Yeonmi hanya menatap layar ponselnya itu dengan heran, lalu
memasukkan kembali ke saku blazzernya tadi.
***
“Kau
menemukan sesuatu hyung?” tanya Kwangmin pada namja yang sedang terfokus pada
beberapa foto yang ada di hadapannya, alisnya berkerut, bingung.
“Sepertinya
begitu. Kasus kematian keempat orang itu kemungkinan besar terkait dengan No
Myung Soo. Lalu... Han... Jae... Man? Kemana orang itu?” jawab Sehun seakan
berbicara pada dirinya sendiri.
“Han Jae Man?
Nan mollayo. Ku dengar, terakhir dia diketahui berada di salah satu night club
bersama seorang wanita errr... sexy,”
ujar Kwangmin seraya bergidik jijik.
“Night club?
Kau tau nama night clubnya?”
“Kalau tidak
salah V-Ka Bar.”
“V-Ka Bar?
Bukankah night club itu sudah bangkrut? Kita harus mencari tahu dimana pemilik
night club itu.”
“Mwo? Hyung!
Yak! Yang benar saja? Pemiliknya sudah pindah ke luar negeri entah negara apa.
Masa kita mau keliling dunia hanya untuk itu? Ah, neo micheosso?” cibir
Kwangmin dengan deathglarenya.
“Darimana kau
tau, hm?” selidik Sehun.
“Ye?”
“Darimana kau
tau kalau pemilik V-Ka Bar sudah pindah ke luar negeri?”
“Eoh. Aku
hanya iseng-iseng mencari tahu. Kadang aku diajak ke sana oleh teman-temanku,”
jawab Kwangmin seadanya.
“Dasar! Ya
sudah! Kita lanjutkan besok bersama Yeonmi. Tumben sekali dia tidak ikut
berkumpul,” ucap Sehun.
Kwangmin hanya mengendikkan bahunya dan berlalu meninggalkan
markas itu. Grep! Tangan Sehun tiba-tiba menahan lengan Kwangmin.
“Waeyo
hyung?” tanya Kwangmin bingung.
“Kenapa kau
menghubungkan semuanya dengan dongsaengmu sendiri? Apa kau begitu membenci
dongsaengmu?”
“Itu... Itu
karena aku terlalu khawatir padanya. Aku terlalu menyayanginya. Dulu, ia pernah
mengatakan akan melakukan apapun pada orang yang dulu pernah membuat appa kami
meninggal dengan cara yang mengenaskan. Ia bilang rela mengorbankan nyawanya
untuk melakukan itu. Sejak saat itu aku semakin mengkhawatirkannya, hyung.
Belum lagi ia jadi membenciku dan jarang pulang ke rumah,” jelas Kwangmin.
“Begitu
ya...” Sehun menatap Kwangmin sambil tersenyum.
“Kajja hyung,
kita pulang,” Kwangmin membalas senyuman Sehun.
Tap... Tap... Tap... ceklek!
“Samchon
sedang apa?” tanya seorang yeoja yeppo, Jung Yeon Mi.
Srak!
“Anni. Tidak
sedang apa-apa, hanya memeriksa beberapa berkas,” jawab sang samchon.
“Kenapa
samchon terlihat gugup? Berkas apa itu? Aku harus mencari tau,” batin Yeonmi
curiga.
“Yeonmi-ah?
Kau melamun?” tanya samchon itu sambil mengibaskan tangannya di depan wajah
Yeonmi.
“Ah, mian
samchon. Aku lapar, hehe,” jawab Yeonmi asal.
“Oh, geurae,
ini sudah waktunya jam makan malam. Kalau begitu samchon belikan makan dulu
ne?” usul samchon itu.
“Ne samchon.
Gomawo,” balas Yeonmi girang.
“Kena kau Han
Jae Man samchon!” batin Yeonmi senang.
Srek!
“Mwo? Berkas?
Agresi Militer 2001,” gumam Yeonmi sambil berjalan menuju mesin fotocopy dan
mulai mengcopy berkas-berkas itu.
Yeonmi sudah duduk manis di salah satu sofa di sana seraya
memainkan ponselnya. Copyan berkas-berkas itu sudah dimasukkan ke tasnya.
Ceklek!
“Yeonmi-ah!
Ige. Samchon belikan kimbab dan ramyun. Makanlah,” ucap Han Jae Man samchon.
Yeonmi hanya tersenyum manis dan segera memakan makanan yang sudah
dibelikan Han Jae Man samchon itu. Sang samchon hanya menatap keponakannya yang
terlihat sangat kelaparan itu.
***
3 bulan kemudian...
“Huwaah...
Sepertinya bukti-bukti ini sudah hampir lengkap. Aku lelah sekali,” ujar Sehun.
“Bagaimana
pun kerja keras kita tidak sia-sia hyung,” tambah Kwangmin.
“Yongkyo-ah,
itu kertas apa?” tanya Yeonmi sambil menatap kertas yang ada di genggaman
Yongkyo.
Yongkyo menatap Yeonmi dengan pandangan yang sulit diartikan.
Sedangkan Yeonmi memandang yeoja itu dengan pandangan ingin tau. Begitu pula
Kwangmin dan Sehun. Perlahan Yongkyo membuka lipatan kertas itu dan membuat
mereka bertiga semakin kepo.
Deg! Kertas berukuran 100cm x 30cm itu membuat Yeonmi, Kwangmin,
dan Sehun tercengang. 1 foto bertuliskan LEE JIN KI dan 1 foto lainnya
bertuliskan... OH JONG HYUK.
“Lee Jin Ki
adalah target kelima Sungmin. Dan Oh Jong Hyuk adalah pelaku utama Agresi
Militer 2001 itu,” jelas Yongkyo.
“Apa
maksudmu? Jadi Sungmin itu...” ucapan Sehun tergantung.
“Seperti yang
kalian tahu. Sungmin itu adalah sosok ‘L’ yang kalian cari,” lanjut Yongkyo.
“Mwo?!” ucap
Sehun dan Kwangmin bersamaan.
“Jadi benar,
Sungmin...” Kwangmin menundukkan kepalanya.
“Dua orang
itu berkaitan dengan keempat target Sungmin lainnya. No Myung Soo, Jin Soo Man,
Jin Song Man, dan yang terakhir Yang Min Hyun. Han Jae Man, naui samchon, juga
berkaitan dengan mereka. Hanya saja, Han Jae Man hanya menyimpan berkas-berkas
Agresi Militer 2001. Aku tau itu semua dari Yongkyo,” tambah Yeonmi.
Kwangmin kaget. Sedangkan Sehun menggeram menahan marah. Yongkyo
sendiri hanya menampilkan senyum tak jelasnya pada Yeonmi.
“Apa
maksudnya ini Jung Yong Kyo?!” ucapan Sehun terdengar bergetar.
“Oppa...”
panggil Yeonmi khawatir.
“Mianhae,
Sehun sunbae. Aku tak bermaksud apa-apa. Ige! Dengar dan lihatlah baik-baik,”
ujar Yongkyo sembari menyerahkan sebuah benda kecil yang biasa disebut cip.
Sehun langsung merebutnya dari tangan Yongkyo. Ia menatap cip itu
dengan pandangan nanar, ragu, sedih, dan marah. Semuanya bercampur menjadi
satu.
“Oppa...”
panggil Yeonmi lagi tapi Sehun tak menggubrisnya, ia membawa cip itu pergi.
“Sebenarnya
ada apa ini? Kenapa kau menyuruhku mengucapkan hal tadi?” tanya Yeonmi minta
penjelasan.
“Apa kau tak
tau?” tanya Yongkyo balik.
“Ck! Tau apa?
Kalau bicara itu yang jelas,” desak Yeonmi.
“Oh Jong Hyuk
adalah ayah Sehun,” Kwangmin lah yang angkat bicara.
Yeonmi menatapnya tak percaya. Ia mencari kebohongan tapi yang ada
malah suatu kebenaran. Yeonmi menutup mulutnya menahan isakan yang akan keluar.
Buliran bening itu telah menggenang di matanya dan akan meluncur dengan bebas
di kedua pipinya. Yeonmi segera beranjak dari duduknya dan berlari mencari
Sehun.
“Dimana
Sungmin? Apa ia tak masuk hari ini?” tanya Kwangmin tiba-tiba.
“Sungmin...
Ia sedang dalam bahaya. Dia ada di cengkeraman Lee Jin Ki,” jawab Yongkyo.
“Mwo?”
“Kau tenang
saja. Lee Jin Ki tak akan melakukan apapun kalau Sungmin tak berbuat nekat.”
“Dimana dia
sekarang?”
“Molla. Dia
tak memberitahuku dimana letak posisinya.”
“Bagaimana
kau bisa tidak tau sih?”
“Kau tidak
usah berisik. Kalau aku bilang tidak tau berarti aku memang tidak tau. Aku
sedang berusaha mencari tau dimana ia berada lewat gps ini,” jawab Yongkyo
garang.
“Kau ini
bagaimana sih?! Kau kan temannya. Kau juga yang selalu membantunya,” sungut
Kwangmin.
“Cih! Tapi
kau oppanya! Dan kau bahkan tak pernah memperhatikannya!” balas Yongkyo sengit
dan itu langsung membuat Kwangmin terdiam.
“Yak! Itu
bukan urusanmu!” bentak Kwangmin.
Para murid yang ada di sekitar mereka berdua serentak menoleh dan
saling berbisik. Bisa ditebak mereka sedang membisikkan tentang kedua manusia
aneh ini.
“Yak! Kau...
Kau... Kau membentakku?! Tentu saja itu jadi urusanku. Kau dan Sungmin. Aku
sama seperti kalian juga Yeonmi. Apa kau tak punya otak, hah?!” bentak Yongkyo
diakhir perkataannya lalu beranjak pergi, mengabaikan tatapan heran penghuni
kantin, sedangkan Kwangmin hanya terdiam.
***
Yeonmi berkeliling hampir ke seluruh penjuru sekolah hanya untuk
mencari Sehun. Pencariannya berhenti di atap sekolah, ketika dilihatnya namja
tinggi itu duduk manis di sana. Yeonmi berjalan mendekati Sehun dan duduk di
sebelah kirinya, memeluk tangan kiri Sehun.
“Mianhaeyo,
Yeonmi-ah,” ucap Sehun lirih.
“Tak usah
minta maaf, oppa. Kau tak salah,” balas Yeonmi.
“Tapi appaku
sudah membunuh oppamu. Oppa yang kau bilang bisa membuatmu tersenyum,” Sehun
melepaskan tangan kirinya dari pelukan Yeonmi dan menggantinya dengan merangkul
bahu Yeonmi, mendekapnya erat.
“Itu masa
lalu. Oppaku sudah cukup tenang di alam sana,” ucap Yeonmi seraya tersenyum.
“Aku akan
menyelidikinya lebih lanjut.”
“Kau yakin?”
“Ne. Kau mau
dengar isi cip ini?”
“Anni! Han
samchon sudah memberitahuku.”
“Han samchon?
Han Jae Man maksudmu?”
“Ne. Seperti
yang ku katakan tadi, dia adalah samchonku. Kau mau tahu kenapa samchonku bisa
mempunyai bukti-bukti itu?”
“Wae?”
“Dia memang
sengaja merekamnya. No Myung Soo yang tau itu langsung menyuruh naui samchon
menyerahkan rekaman itu padanya. Dan samchonku menyerahkannya tapi yang
samchonku berikan itu hanya copyan saja. Cip yang barusan kau lihat itu milik
No Myung Soo yang direbut Sungmin, sedangkan cip yang asli ada pada samchonku,”
jelas Yeonmi.
“Lalu
bagaimana dengan data-data itu?”
“Sama seperti
cipnya. No Myung Soo hanya diberi satu map yang berisi kejahatannya itu.”
“Apa No Myung
Soo mati karena mengejar Sungmin hingga terjatuh dari jembatan penyebrangan?”
“Ne. Hanya
Jin Soo Man, Jin Song Man, dan Yang Min Hyun yang mati karena ditembak Sungmin.
Bukankah kau sudah tau tentang itu?”
“Ne. Aku
terlalu bingung, jadi tidak terlalu memperhatikan hal itu.”
“Kau ini! Oh
ya, kembalikan cip itu pada Yongkyo.”
“Ah, ne.
Nanti ku kembalikan.”
***
Brak! Tap... Tap... Tap...
Sehun berjalan menuju pintu rumahnya setelah memarkir mobil
kesayangannya di garasi. Ceklek! Pintu itu terbuka.
“Sehun
wasseo,” ucap Sehun memberi salam.
“Kau sudah
pulang? Sudah makan belum? Mandilah, eomma akan menyiapkan makanan untukmu,”
ucap seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik, Nyonya Oh Soo Young,
Sehun’s eomma.
“Gwaenchana
eomma. Aku mau langsung tidur saja,” tolak Sehun halus.
“Ya sudah.
Tidurlah yang nyenyak.”
Sehun menaiki tangga menuju kamarnya dengan langkah gontai. Klek!
Langkahnya memasuki kamar terhenti ketika Sehun mendengar sesuatu yang aneh.
“Awasi terus gadis itu! Jangan sampai
lengah.”
“Han Jae Man? Bukti apa saja
yang dia punya? Apa? Keponakannya sudah tau? Siapa namanya? Jung Yeon Mi? Awasi
saja dulu! Selidiki apa saja yang mereka tau. Ne. L? Kau khawatir pada sosok L?
Aku sedang mencari tahunya. Dia akan mati di tanganku. Tenang saja. Hahaha.
Ne.”
Sehun mendengarkan percakapan telepon itu dengan baik dan kembali
ke kamar setelah selesai. Ia langsung menyerbu ponselnya dan menghubungi
seseorang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
To: Yeonnie :*
Amankan semua bukti. Dan Han Jae Man! Bawa samchonmu pergi jauh
dari Korea Selatan! Appaku sudah bertindak. Beritahu yang lain, terutama
Sungmin.
Send
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah mengirimkan pesan singkat itu, Sehun segera mandi dan
berbenah. Sehun baru saja akan menghempaskan tubuhnya ke ranjang king sizenya,
tiba-tiba...
Drrrrtttt.... Drrrttt...
Ponsel Sehun bergetar, tertera nama Kwangmin di sana. Pip. Sehun
langsung menggeser tombol hijau di layar ponselnya.
“Ne? Kita bicarakan besok! Aku tidak tau.
Sungmin! Kemana Sungmin? Mwo? Cari dia dan amankan! Ne. Annyeong.”
“Dasar
Pikachu babo! Dongsaeng sendiri pun dia tidak tau kemana!” sungut Sehun.
***
Kwangmin terus mondar-mandir di depan pintu kamar Sungmin. Makhluk
bernama Sungmin itu entah berada dimana. Namja itu sudah berusaha
menghubunginya, tapi memang dasarnya dia aneh hingga saat di telepon ponselnya
malah berbunyi di kamarnya.
“Dia pabo
atau apa?! Ia benar-benar ingin menyerahkan nyawanya?! Ah ne! Kai! Kai selalu
tau bagaimana keadaan Sungmin. Aku harus menghubunginya,” Kwangmin langsung
memasukkan deretan nomor di layar ponselnya.
“Yeoboseyo,” ucap suara di ujung telepon.
“Kai hyung, kau tau dimana Sungmin
berada?” nada suara Kwangmin terdengar begitu khawatir.
“Sungmin? Dia kenapa? Dari
kemarin dia tak menghubungiku.”
“Dia dalam bahaya hyung. Dia
juga tidak pulang.”
“Aku akan kembali ke Korea.
Sepertinya aku tau dia dimana. Kau tenang saja.”
Pip. Sambungan telepon itu langsung diputus begitu saja dari ujung
telepon sana. Keringat dingin terus membasahi dahi Kwangmin. Hatinya gelisah
dan seperti mengatakan bahwa Sungmin dalam bahaya saat ini.
***
Brak! Bugh! Brak! Bugh! Bugh! Bugh! Brak!
“Arrgghhhh!” teriakan
itu berasal dari seseorang dengan pakaian serba hitam yang tak lain adalah
Sungmin.
Tubuhnya penuh memar dan luka. Kedua tangannya sudah dicekal oleh
kedua orang bertubuh besar itu. Seorang
namja yang sudah sangat ia kenal berjalan mendekatinya dan tersenyum licik
padanya.
“Jo Joon Ha.
Aku tak pernah menyangka ia akan memiliki anak sepertimu,” ucap Lee Jin Ki
masih dengan senyum liciknya.
“Diam kau Lee
Jin Ki-ssi!” bentak Sungmin.
“Kau
sepertinya lebih nampak berani daripada oppamu yang masih terlihat kekanakkan
itu. Tak mengherankan jika JM Group sengaja diwariskan padamu.”
“Arrrrggghh...
Lepaskan aku!” teriak Sungmin.
Bugh! Tongkat golf itu kembali memukulnya. Darah kembali keluar
dari mulut Sungmin. Pipinya, lengan kirinya, kedua kakinya, dan punggungnya
terluka cukup dalam akibat samurai yang dipegang Lee Jin Ki tadi. Bugh!
Lagi-lagi tongkat golf itu berhasil melumpuhkan pergerakan yeoja itu.
“Hentikan!”
suara itu berhasil menghentikan Lee Jin Ki yang akan memukul Sungmin lagi
dengan tongkat golfnya.
“Pabo! Kenapa
kau malah datang kemari?!” di saat terluka sangat parah seperti ini Sungmin
masih bisa membentak orang lain, lebih tepatnya dia adalah Kai.
Lee Jin Ki berjalan pelan mendekati Kai yang masih terdiam. Kai
berhasil mengalihkan perhatian Lee Jin Ki dari Sungmin. Lee Jin Ki tersenyum
licik ke arah Sungmin sekilas sebelum kembali mengalihkan pandangannya pada
sesosok namja tinggi di hadapannya. Para pengawal Lee Jin Ki semakin mempererat
cekalannya pada kedua tangan Sungmin agar yeoja itu tidak lari alias kabur.
“Kau ingin
menjadi pahlawannya, hm?” tanya Lee Jin Ki dengan pandangan meledek.
“Aku akan
menolongnya walau aku tak bisa melakukan apapun,” ucap Kai.
To Be Continued...
Gimanakah readerdeul? Silahkan berkomentar ria tentang FF ini, kkk~. Gomawo udah mau baca FF ini ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar