Kamis, 25 April 2013

[FANFICTION] BLACKOUT (PART. 3)


Title: BLACKOUT
Author: *Wulan Sari
            *Junesito Widyo Pramesti
            *Ika Silviany
Genre: Action, Romance, Sad, School Life, etc
Cast: *Jo Sung Min (Wulan Author)
        *Jo Kwang Min (BOYFRIEND)
        *Jung Yeon Mi (Junes Author)
        *Oh Se Hoon (EXO)
        *No Min Woo (BOYFRIEND)
        *Jung Yong Kyo (Ika Author)
        *Jo Hyun Woo (OC)
        *Woo Young So (OC)
        *Woo Seung Hyun/Kevin Woo (U-KISS)           
        *Han Jae Man (OC)
        *Oh Soo Young (OC)
        *Oh Jong Hyuk (Click-B)
        *Lee Jin Ki (SHINee)
        *Kim Jong In/Kai (EXO)
Length: Chaptered (PART. 3)
Rating: T
Disclaimer: FF ini dibuat asli oleh para author yang kece ini. FF ini dibuat berdasarkan khayalan para author yang rada gaje ini. Para personil boyband yang ada di FF ini juga tidak dibayar sedikit pun (?)
Copyright: Dilarang plagiat or share ulang, karena melanggar UU RI No. 19 tahun 2002 TENTANG HAK CIPTA dan Pasal 72 KETENTUAN PIDANA SANKSI PELANGGARAN

The story is begin...
****************************************************************
Sungmin kini sudah duduk manis di samping harabojinya. Gaun berwarna baby blue selutut membuatnya terlihat anggun. Bagian bahunya terekspos hingga menampilkan bahu indahnya. Rambutnya yang dibiarkan terurai membuatnya semakin terlihat cantik.
                “Mianhae, Tuan Jo Hyun Woo-ssi. Kami ada sedikit masalah tadi,” ucap seseorang tiba-tiba.
                “Gwaenchana Tuan Woo Young So-ssi, kami juga baru menunggu sebentar,” balas haraboji Sungmin.
                “Sebentar apanya? Ini sudah lima belas menit,” gumam Sungmin yang langsung mendapat injakan di kakinya dan deathglare dari harabojinya.
                “Kajja duduklah Tuan Woo,” ajak Hyunwoo haraboji.
                “Gamsa hamnida Tuan Jo,” balas Youngsoo ahjussi.
Seorang namja tampan kini sudah duduk di hadapan Sungmin. Ia tersenyum sekilas saat menatap wajah Sungmin. Sungmin mengalihkan pandangannya ke bawah, bukan karena malu tapi karena ia sedang bermain game. Di suasana apapun ketika sedang bosan ia pasti akan mengeluarkan senjata ampuhnya yaitu PSP. Harabojinya dan kedua orangtua namja itu tampak sedang mengobrol obrolan khas orangtua. Bahkan Sungmin sampai meninggalkan dunia realnya dan sibuk dengan dunia virtualnya dalam game.
                “Bagaimana kalau hari Minggu saja kita mengadakan pertunangan mereka. Setelah selesai lulus, kita tinggal menikahkan mereka,” ucap yeoja yang umurnya sekitar setengah baya itu, dan bisa ditebak pasti itu eomma namja itu.
                “Ye. Saya sangat setuju. Sungmin akan dijaga oleh namja tampan dan baik ini,” puji Hyunwoo haraboji.
Namja itu hanya tersenyum mendapat pujian dari Hyunwoo haraboji. Sungmin sendiri masih belum sadar dengan dunia realnya. Sebegitu asyikkah berada di dunia virtual sampai lupa diri. Mata harabojinya langsung tertuju dengan apa yang sedang dimainkan cucunya. Grep! Dengan sigap tangan harabojinya langsung merebut PSP itu.
                “PSPku!” teriak Sungmin tiba-tiba.
Semua mata langsung tertuju ke arah Sungmin. Harabojinya langsung menampakkan deathglarenya. Sungmin hanya bisa menundukkan kepalanya. Namja itu hampir tertawa melihat tingkah kekanakan yeoja di hadapannya.
                “Mianhae atas kelakuan cucuku ini. Dia memang suka begini ketika bosan. Mianhae,” ucap Hyunwoo haraboji.
                “Gwaenchana. Kevin, anak kami juga sering seperti itu,” ucap eomma namja itu.
Percakapan mereka terus berlanjut. Sungmin dengan malas terpaksa mendengarkan ucapan mereka. Matanya langsung membulat saat mendengar kalimat ‘kau harus tampil secantik mungkin untuk hari Minggu besok. Kau akan bertunangan dengan namja itu. Jangan kecewakan haraboji. Dan mungkin hari Minggu besok kau juga akan menikah dengannya’. Sungguh demi apapun saat itu juga Sungmin ingin menghilang tiba-tiba, ia benar-benar tidak ingin dijodohkan.
***
Blam! Bola itu masuk dengan sedikit kasar ke ring. Sungmin terus memantulkan bola basket itu dengan sedikit brutal. Blam! Lagi-lagi bola itu masuk.
                “Sesange nae mamdaero an doendago hwaman naemyeon andwae. (Dunia tidak sesuai keinginanku, kalau hanya marah, begitu tidak baik),” ucap Sungmin pada dirinya sendiri.
                “Sungmin-ah...” Minwoo sudah berdiri di samping Sungmin.
Sungmin menatapnya dingin. Dung! Bola itu terlepas dari tangan Sungmin. Sungmin melangkahkan kakinya meninggalkan Minwoo. Grep! Tangan Minwoo menahannya. Tanpa sepatah kata pun, Sungmin langsung menghempaskan tangan Minwoo dengan kasar. Yeoja itu nampak berlari pergi.
                “Mianhae...” gumam Minwoo lemah.
***
Sungmin dan Kevin (calon suaminya) sudah asyik berjalan-jalan di Lotte World. Mereka tampak bahagia. Sebenarnya Sungmin menutupi perasaannya. Ia tahu Kevin memang tampan, tapi hatinya tidak bergetar saat berada di sampingnya. Grep! Tiba-tiba Kevin memojokkannya ke dinding yang sepi tanpa orang.
                “Apa yang kau lakukan?” Sungmin memandang takut ke arah Kevin, ia takut melakukan kesalahan yang bisa membuat namja di hadapannya marah, karena jika namja ini marah harabojinya akan lebih marah lagi.
                “Melakukan sedikit ritual seperti kekasih lainnya,” ucap Kevin sambil tersenyum.
Kevin mulai mendekatkan wajahnya ke arah Sungmin. Sungmin langsung memejamkan matanya karena takut. Chu~ Bibir Kevin mendarat mulus di bibir Sungmin. Hanya sekedar menempel tapi bisa membuat Kevin merasakan Electrick Shock. Kevin melepaskan tautannya. Ia langsung memeluk Sungmin dengan erat.
                “Jebal. Jangan pernah tinggalkan aku,” ucap Kevin sambil memeluk Sungmin erat.
                “Kau... Kau menangis?” tanya Sungmin ketika buliran bening membasahi bahu kanannya.
                “Anni.”
                “Jangan berbohong padaku.”
                “Aku hanya menangis bahagia.”
                “Ada apa denganmu? Kenapa kau jadi aneh begini? Kau tidak seperti biasanya, Kevin-ah.”
                “Apa tidak masalah aku menceritakan masa laluku padamu?”
                “Anni. Ceritakan saja,” Sungmin melepaskan pelukan Kevin dan tersenyum manis padanya.
                “Dulu, aku selalu dikhianati oleh yeoja. Sudah cukup banyak yeoja yang mengkhianatiku. Mereka hanya menginginkan apa yang aku miliki. Sejak saat itu aku tidak pernah mau berhubungan dengan yeoja sedikit pun. Hal itu lah yang membuat perjodohan ini terlaksana. Dan akhirnya aku menemuimu. Kau berbeda dengan yang lainnya. Aku tak ingin kau meninggalkanku. Hanya kau yang bisa membuat hatiku bergetar,” cerita Kevin.
Sungmin terdiam. Dipermainkan yeoja. Sungguh itu bagaikan petir yang menyambar hatinya. Ia sering mempermainkan namja saat bosan. Tapi ia tidak pernah mengambil apapun yang dimiliki namja yang pernah menjadi permainannya. Ia hanya menggoda, tak lebih dari itu. Ia sadar hal itu salah. Dan bahkan bisa membuat seorang namja trauma. Sungmin mulai menyadari kesalahannya.
                “Sungmin-ah, gwaenchanayo? Kenapa kau melamun? Jangan perdulikan ucapanku tadi,” ucap Kevin yang kini kembali tersenyum.
                “Ah, anni. Aku hanya teringat sesuatu. Mau main bianglala? Mungkin dengan menaikinya bisa membuat hatimu lebih tenang,” ajak Sungmin,
                “Gomawo Sungmin-ah,” Kevin mengecup singkat pipi Sungmin yang langsung membuatnya memerah.
***
Kwangmin membagi-bagikan undangan pernikahan dongsaengnya pada teman-temannya. Ia sedikit tak enak hati saat akan memberikannya pada Minwoo. Kai sudah diundang, tapi dia mengatakan tak bisa datang. Kai juga tampak shock, bagaimana dengan Minwoo? Begitu pula dengan Sehun, Yeonmi, dan Yongkyo.
                “Kevin Woo? Kau yakin sunbae, Sungmin menerima perjodohan itu?” tanya Yeonmi pada Kwangmin.
                “Dia begitu bahagia menerima perjodohan ini. Aku sendiri heran. Tidak biasanya ia seceria itu. Ku rasa dia benar-benar menyukai Kevin. Kevin sendiri sepertinya juga sangat mencintai Sungmin,” jawab Kwangmin.
                “Aku tidak yakin,” ucap Yongkyo tiba-tiba.
                “Aku juga. Aku ragu Sungmin berbahagia menerima perjodohan ini. Padahal kita semua tau kan dia itu si keras kepala,” ucap Sehun juga.
                “Entahlah. Aku juga heran. Tapi dia juga sudah berciuman dengannya. Mungkin first kissnya,” Kwangmin tersenyum.
Semua memandang Kwangmin tak percaya. Cerita Kwangmin tidak menggambarkan Sungmin yang biasanya. Terasa ganjil di telinga.
                “Bukan namja itu first kissnya. Tapi aku!” suara itu langsung membuat keempat orang itu membalikkan tubuhnya.
                “Minwoo?!” teriak mereka semua berbarengan.
                “Tapi... Sejak kapan kau bisa melakukan itu?” tanya Sehun kepo.
                “Yak! Jangan menanyakan hal bodoh seperti itu!” omel Yeonmi.
                “Ne, chagi. Hehehe, aku lupa,” ucap Sehun.
                “Apa ini?” Minwoo langsung menarik undangan yang ada di tangan Kwangmin.
                “Itu undangan pernikahan dongsaengku,” ucap Kwangmin lemah.
                “Bastard!” Minwoo langsung berlari pergi meninggalkan mereka semua setelah melihat dan meremas undangan itu.
                “Sudah ku duga akan begini,” gumam Kwangmin.
Semuanya akhirnya kembali ke kelas masing-masing. Sementara Minwoo langsung melajukan mobilnya meninggalkan sekolahnya. Ia menyetir mobilnya ugal-ugalan hingga membuat kemacetan dimana pun. Ia tidak perduli. Yang ia pikirkan hanya Sungmin.
Grep! Ia langsung menarik Sungmin yang sedang duduk termenung di pinggir jalan yang tak jauh dari rumahnya. Sungmin yang biasanya meronta kini hanya diam saja. Minwoo membawanya menuju ke taman.
                “Kenapa kau menyetujui perjodohan itu?” ucap Minwoo setelah Sungmin duduk di salah satu bangku taman.
                “Aku mencintainya. Wae?”
                “Aku tak percaya. Aku tau kau mencintaiku. Berhentilah berpura-pura membenciku! Aku tak suka kau melakukannya!” bentak Minwoo.
                “Aku bukan milikmu. Sudah ku katakan kau tak berhak mengaturku.”
                “Oh, jadi itu maumu? Baiklah cepat ikut aku!” Minwoo langsung menarik tangan Sungmin.
                “Yak! Kau mau membawamu kemana hah?!” Sungmin kesusahan mengikuti langkah panjang Minwoo.
                “Ke gereja! Kita akan menikah saat ini juga hingga pernikahanmu dengannya batal!”
                “Neo micheoso!”
                “Nan jeongmal micheoso! Ini karenamu!”
                “Berhentilah mengejarku Minwoo-ah. Aku tidak ingin melanjutkannya. Jebal, berhentilah. Aku ingin berbahagia dengan namja pilihan keluargaku.”
Buliran bening terus membanjiri kedua pipi Sungmin. Sungmin menangis. Ia benar-benar menangis. Minwoo menghentikan langkahnya. Ia menatap Sungmin. Grep! Minwoo memeluknya erat. Benar-benar erat.
                “Kau menyukaiku Sungmin-ah. Aku tahu itu. Kau tak mencintai namja itu kan? Aku tau Sungmin-ah. Jebal, uljima,” ucap Minwoo.
                “Aku akan terus berusaha mencintainya. Apapun yang akan terjadi. Lepaskan aku. Biarkan aku bersandar padanya.”
                “Aku tak bisa melepasmu. Demi apapun aku tak akan pernah bisa melakukannya.”
Seorang namja menatap keduanya dengan tatapan nanar. Hatinya benar-benar tersayat mendengar percakapan kedua sejoli itu. Ia langsung melajukan mobilnya dan pergi dari tempat itu.
***
Acara pernikahan belum berlangsung. Tapi Kevin terus saja meminta berfoto dengan Sungmin dan juga terus memotretnya. Entah apa maksudnya. Sungmin hanya menurut. Ia ingin membuat Kevin bahagia. Kini, seluruh undangan telah hadir. Bahkan Minwoo yang diprediksikan tidak akan hadir ternyata tetap hadir. Wajahnya nampak lesu. Kevin memandang ke arah Minwoo sebentar. Kemudian ia tersenyum kepada Sungmin.
Kevin sudah berdiri di depan altar. Ia sendiri, tak ada Sungmin di sampingnya. Saat Sungmin akan mendekat, Kevin menghentikannya dan menyuruhnya tetap di pinggir. Para undangan langsung terpaku pada Kevin.
                “Gamsa hamnida untuk para undangan yang telah meluangkan waktunya untuk hadir di sini. Mianhae. Jeongmal mianhae sebelumnya. Tapi aku harus mengatakan ini. Acara pernikahan ini aku batalkan,” ucap Kevin yang langsung membuat para undangan riuh.
                “KEVIN!” suara berat milik Tuan Woo Young So terdengar marah.
                “Mianhae appa, eomma, haraboji, dan semuanya. Aku benar-benar tidak bisa melanjutkan ini semua. Aku tidak bisa merusak hubungan orang lain demi keinginanku sendiri,” ucap Kevin dengan lantang.
                “Yak! Anak bodoh! Apa yang kau lakukan?!” kini Tuan Woo Young So sudah benar-benar marah.
                “Mianhae appa!” Kevin langsung menarik Sungmin dan Minwoo pergi dari tempat itu.
Yeonmi, Yongkyo, Sehun, dan Kwangmin langsung menatap heran ke arah mereka bertiga. Kwangmin sendiri langsung mendapat tatapan tajam dari harabojinya. Kwangmin yang merasa mendapat deathglare dari harabojinya langsung menarik Yongkyo, Yeonmi, dan Sehun untuk pergi.
***
Yongkyo sedang bersantai sambil memainkan pianonya di ruang musik pribadinya di rumah. Bosan. Biasanya ia akan ke rumah Sungmin untuk mengajak Kwangmin bermain pikachu bersama. Tapi, sejak kejadian beberapa hari yang lalu Sungmin dan Kwangmin langsung dibawa ke luar negeri oleh sang haraboji.
                “Yongkyo!” panggilan itu tak membuat Yongkyo membalikkan tubuhnya untuk melihat si pemanggil.
                “Yongkyo! Eomma ingin bicara padamu!”
                “Ne eomma,” dengan malas Yongkyo membalikkan tubuhnya untuk menatap eommanya.
                “Kau tau Gongchan yang saat itu kemari bersamamu?”
                “Ne. Arra. Wae eomma? Eomma ingin menggodanya lagi?”
                “Anni. Eomma dan kedua orangtua Gongchan sepakat menjodohkan kalian berdua,” ucap eomma Yongkyo sambil tersenyum.
                “Mwo?! Kenapa tidak menjodohkanku dengan pikachu saja eomma?!” teriak Yongkyo.
                “Yak! Berhentilah dengan pikachumu. Kau itu habis makan apa sih sampai begitu tergila-gilanya dengan pikachu?”
                “Yang pasti aku tidak mau. Gongchan sepertinya juga sudah memiliki yeojachingu. Jangan ganggu dia eomma.”
                “Ah, baiklah nanti eomma pikirkan. Tapi berkencanlah dulu dengan Gongchan hari ini. Sebentar lagi dia akan datang,” eomma Yongkyo langsung senyum-senyum tidak jelas.
                “EOMMMAAAA!!!”
***
Yeonmi dan Sehun sedang berjalan-jalan berdua. Terasa sepi, biasanya di saat mereka berdua sedang berjalan-jalan seperti ini. Pasti para perusuh akan datang dan menghancurkan date mereka berdua.
                “Setelah Sungmin, Yongkyo juga dijodohkan dengan Gongchan,” ucap Yeonmi tiba-tiba.
                “Ku harap kau tak dijodohkan dengan siapapun dan hanya menjadi milikku,” balas Sehun.
                “Anni oppa. Aku sebenarnya juga telah dijodohkan dengan Sungjae,” ucap Yeonmi lemah.
                “MWO?! Aku akan mendatangi orangtuamu untuk membatalkannya!”
                “Tidak perlu oppa. Sungjae orang yang baik. Ia sudah membatalkannya. Oppa tenang saja.”
                “Baguslah. Semenjak kejadian Sungmin itu kita tidak bisa berkumpul untuk membahas L lagi. Kwangmin dan Sungmin dibawa ke New York kan? Kapan mereka kembali?”
                “Molla. Di sana Sungmin bahkan dikurung dan tak boleh pergi. Sungguh malang nasib Minnie Mouse itu.”
                “Menurutku Mickey Mouse lah yang lebih bernasib malang.”
                “Aish. Sudahlah oppa, kenapa kita jadi membicarakan orang?”
                “Hehehe. Molla,” Sehun tertawa garing.
Seharian Sehun dan Yeonmi bermain di Lotte World. Keduanya sibuk tertawa-tawa sambil memakan makanan ringan di bawah pohon. Sehun duduk di samping Yeonmi. Keduanya nampak canggung. Mereka sama-sama diam. Hanya bunyi gesekan daun dan ranting yang menjadi irama malam ini.
                “Ehm, Yeonmi-ah, kau ingat saat awal kita bertemu?” tanya Sehun.
                “Ne. Sungminnie Mouse yang membawamu padaku,” jawab Yeonmi.
                “Sahabatmu itu baik.”
                “Maksudmu oppa?”
                “Kau tau? Aku sudah menyukaimu sejak lama. Sejak aku berteman dengan yeoja tidak sopan itu, aku mulai mengenalmu lewat ceritanya. Saat kau bersekolah di sini, aku jadi semakin menyukaimu bahkan aku mencintaimu.”
                “Lalu?”
                “Kau mau jadi yeojachinguku kan?”
                “Oppa, apa kau tak bisa bersikap romantis sedikit padaku?”
                “Jadi kau mau kan?” Sehun mengabaikan ucapan Yeonmi barusan.
Yeonmi hanya mengangguk. Sehun tersenyum bahagia. Ia menatap Yeonmi dalam. Memajukan tubuhnya. Satu yang ia tuju, bibir Yeonmi. Sehun menghentikan gerakannya, begitu pula dengan Yeonmi. Mereka berdua menatap tajam dengan deathglare khas masing-masing pada sosok penampakan, anni lebih tepatnya sosok manusia evil bernama Jo Sung Min.
                “Hey! Kenapa tidak diteruskan? Kajja, lanjutkan! Sudah bagus tadi. Ppali,” Sungmin menatap handycam yang ada di tangannya sambil tertawa geli.
                “Yak! Tikus got!” teriak Yeonmi dan Sehun kompak.
Sungmin tertawa geli menatap Hun-Mi couple yang masih dengan wajah memerah itu. Ia langsung beranjak kabur. Tangan Yeonmi langsung menariknya.
                “Hehe, lepaskan aku ya. Aku janji tidak mengganggu kalian lagi. Ciyus deh,” ucap Sungmin.
                “Sejak kapan kau berhasil kabur dari mansionmu di New York?” tanya Yeonmi.
                “Aku pintar, Yeonmi-ah. Aku mengajak haraboji ke mall. Aku tau aku dijaga, tapi ternyata mereka mudah dikelabui. Hehehe. Aku pergi ya, annyeong,” kali ini Sungmin benar-benar kabur dan entah kemana perginya, Sehun dan Yeonmi hanya menatap manusia evil itu dengan kesal.
***
Ngek... Ngok... Kring... Ngek... Ngok... Kring... Ngek... Ngok... Kring...
Yongkyo melajukan sepeda ontanya (?) dengan kecepatan 10km/jam. Dengan santainya ia melajukan sepeda tersebut sambil mendengarkan musik menggunakan MP3 Player dan earphone. Yongkyo mengangguk-anggukkan kepalanya seraya menikmati musiknya.
                “Yak! Hey kau minggir!” teriak Yongkyo kepada seorang namja yaitu Sehun yang sedang berjalan melamun di tengah jalan.
Yongkyo tidak bisa menghentikan laju sepedanya karena remnya rusak. *lain kali pake sepeda yang waras dong -,-* Dan akhirnya Yongkyo sukses menyerempet Sehun dan membuatnya terguling ke jurang (?). Yongkyo dengan watadosnya meninggalkan Sehun begitu saja seraya mengibaskan rambutnya ala iklan shampoo. Tak lama kemudian Kwangmin datang bagai pahlawan kesiangan.
                “Yak! Yeoja pianika! Kau harus bertanggung jawab!” teriak Kwangmin kepada Yongkyo, namun punggung yeoja gaje tersebut mulai menjauh dan menghilang ke semak-semak (?).
Kwangmin yang panik pun langsung berlari dan menghampiri Sehun yang masih terguling-guling ria itu(?). Kwangmin menatap Sehun sekilas dengan sedikit alaynya.
                “Hyung, apa kau baik-baik saja?” tanya Kwangmin seraya membantu Sehun berdiri.
                “Kondisiku begini, kau masih bertanya?” gertak Sehun.
                “Omona! Kau terluka hyung! Sebaiknya kita ke rumah sakit terdekat sebelum lukanya semakin parah,” Kwangmin melompat-lompat dengan lebaynya.
                “Mwo? Ppali antarkan aku!” perintah Sehun pada Kwangmin.
Mereka berdua segera masuk ke mobil Kwangmin. Setelah menyetarter mobilnya, Kwangmin langsung menancapkan gas 100km/jam.
***
Drrrttt... Drrrtt... Drrttt...
Ponsel Yeonmi berbunyi. Ia langsung merogoh saku celananya. Jo Kwang Min. Itulah nama yang tertulis di ponsel Yeonmi. Ia mengangkat panggilan tersebut. Pip.
                ‘Yeoboseyo~
                ‘Yeoboseyo~ Yeonmi-ah?’
                ‘Ne. Ada apa Kwangmin oppa?’
                ‘Sehun hyung... Sehun hyung kecelakaan dan sekarang dia sedang dirawat di rumah sakit.’
                ‘Mwo? Sehun oppa kecelakaan?’ Yeonmi shock mendengar berita itu.
                ‘La... Lalu bagaimana keadaannya?’ lanjut Yeonmi.
Tut~ Tut~ Tut~
Pembicaraan tersebut terputus begitu saja. Kwangmin belum sempat menjawab pertanyaan Yeonmi. Yeonmi terlihat begitu shock dan khawatir. Saking shocknya, ia sampai tidak makan selama 3 hari 3 malam(?).
***
Tok... Tok... Tok...
                “Silahkan masuk!” ucap Kwangmin yang berada di dalam ruangan Sehun.
Yongkyo menghembuskan nafasnya sebentar. Sungmin dengan wajah sangat datarnya menatap ruangan itu. Akhirnya mereka berdua pun segera masuk.
                “Eoh, kau yeoja pianika! Mengapa kau ke sini?” ucap Kwangmin lantang.
                “Aku? Aku ingin menjenguknya,” jawab Yongkyo seraya menunjuk Sehun.
                “Kau ingin menjengukku? Heh, bukankah tadi kau yang membuatku masuk rumah sakit?” sahut Sehun.
                “Siapa juga yang menyuruhmu melamun di jalan?” ujar Yongkyo sinis.
                “Tidak ada,” jawab Sehun dengan watadosnya.
                “Aigoo. Lagi pula luka sekecil itu sampai dilarikan ke rumah sakit segala?” sahut Sungmin.
Sehun hanya bisa menampakkan wajah datarnya dan menunjuk ke arah Kwangmin (namja alay :D). Sungmin mengikuti arah tangan Sehun.
                “Jadi ini ulah Pikachu pabo,” kata Sungmin seraya menahan tawanya agar tidak meledak, sementara Kwangmin bersembunyi di balik gorden rumah sakit.
                “Oh iya, kalian tidak datang bersama Yeonmi?” tanya Sehun yang sedari tadi terlihat mencari seseorang.
                “Ne, dia sedang shock dan frustasi sampai tak mau makan 3 hari 3 malam seperti iklan di televisi. Sejak mendengar kau kecelakaan,” jelas Yongkyo panjang lebar.
                “Yeoja hyperaktif pabo, ini baru beberapa jam. 3 hari 3 malam dari sebelah mananya?” ucap Sungmin seraya menjitak kepala Yongkyo, Yongkyo hanya bisa tersenyum dan memonyongkan (?) bibirnya :3
                “Lalu, sekarang bagaimana keadaan Yeonmi?” tanya Sehun lagi.
                “Ah, kau tak usah khawatir, biar kami yang memberitahu Yeonmi tentang bagaimana keadaanmu sebenarnya,” jawab Sungmin.
                “Baiklah. Tolong sebarkan undangan syukuran ya.”
                “Syukuran? Syukuran apa?” tanya Yongkyo.
                “Syukuran tak jadi mati. Kita kan harus bersyukur kepada Tuhan akan semua yang Ia berikan,” jawab Sehun.
                “B-baiklah, nanti kami sebarkan,” jawab Yongkyo dan Sungmin dengan senyum yang tidak ikhlas, mereka berdua langsung meninggalkan ruangan tersebut.
                “Hey~ Kwangmin, sedang apa kau disitu?” teriak Sehun seraya mendekati gorden.
Sehun membuka gorden tersebut dan ternyata Kwangmin sedang bermain dengan boneka pikachu kesayangannya. Kwangmin hanya tersenyum gaje ke arah Sehun.
                “Hyung, ingin ikut bermain?” tawar Kwangmin, dan akhirnya mereka berdua bermain boneka pikachu bersama -,-
***
Tok... Tok... Tok...
                “Yeonmi-ah!” panggil Yongkyo seraya mengetuk pintu kamar Yeonmi.
Tak ada jawaban. Yeonmi juga tak mau keluar. Yongkyo memandang kesal pintu kamar itu, dalam hati kecilnya ia ingin menendang pintu itu.
                “Sudahlah buka saja!” usul Sungmin.
Ceklek! Pintu tersebut dibuka oleh Sungmin. Terpampang lah kamar Yeonmi yang sedikit berantakan dengan Yeonmi yang sedang duduk menghadap jendela.
                “Yak! Minnie Mouse! Yeoja hyper! Beraninya kalian masuk kamarku seenaknya!” teriak Yeonmi setelah melihat batang hidung Sungmin dan Yongkyo.
                “Eits, tenanglah! Kami ke sini membawa berita gembira untukmu,” jelas Yongkyo.
                “Tentang Sehun oppa maksudmu?” tanya Yeonmi.
                “Betul sekali,” ucap Yongkyo sambil menampakkan aegyonya.
                “Lalu bagaimana?” tanya Yeonmi lagi.
                “Ini ulah si Pikachu pabo. Dia telah melebih-lebihkan informasi tentang Sehun. Setelah kami jenguk ternyata dia hanya lecet saja,” jelas Sungmin.
                “Syukurlah,” Yeonmi langsung bernapas lega.
                “Dan satu lagi. Kita semua diundang oleh Sehun untuk acara syukurannya nanti malam,” sahut Yongkyo.
                “Mwo? Syukuran apa? Syukuran pernikahan maksudmu? Sehun oppa jahat sekali. Berita tersebut kau sebut berita gembira?” ucap Yeonmi seraya memukuli Yongkyo dengan bantal.
                “Anniyo! Hanya syukuran tak jadi mati, Jung Yeon Mi!” jelas Yongkyo.
                “Oh, baguslah,” Yeonmi menghentikan pukulannya, sedangkan Yongkyo merapikan tatanan rambutnya yang tadi berantakan.
                “Ya sudah. Kami pulang dulu ya. Pai. Annyeong!” ucap Sungmin seraya meninggalkan kamar Yeonmi bersama Yongkyo.
***
Malam harinya, rumah Sehun tampak ramai. Ribuan manusia telah memadati rumah Sehun #alaymodeon. Sungmin, Yeonmi, Yongkyo, Kwangmin, dan Minwoo datang bersama. Sedangkan teman-teman Sehun datang silih berganti memenuhi tempat acara. Kenapa penuh? Karena orangtua Sehun sedang melakukan perjalanan bisnis ke Paris. Jadi hanya Sehun seorang bersama beberapa pelayan yang ada di rumahnya dengan jumlah berjibun.
                “Baiklah. Hadirin sekalian, gamsa hamnida atas kehadirannya di Syukuran Tidak Jadi Mati saya ini. Silahkan menikmati,” ucap Sehun ala-ala MC.
                “Oppa, eommoni dan abeoji kemana? Kenapa tidak terlihat?” ujar Yeonmi sembari mengedarkan pandangannya.
                “Eomma dan appa sedang ke Paris,” jawab Sehun sambil menggandeng tangan Yeonmi.
                “Mwo? Jauh sekali? Kenapa kau tidak ikut?” tanya Yeonmi kepo.
                “Hehe. Sudah biasa. Buat apa ikut? Aku harus sekolah. Lagipula aku tak mau jauh darimu,” jawab Sehun sambil tersenyum manis pada Yeonmi.
Yeonmi menatap Sehun dalam lalu tersenyum. Wajahnya sedikit memerah, begitu pula dengan Sehun. Ah mereka berdua selalu so sweet dimanapun dan kapanpun.
                “Hyung, aku mau bicara sesuatu,” ujar Kwangmin yang langsung membuat Sehun menolehkan kepalanya.
                “Ne?” tanya Sehun.
Kwangmin berbisik di telinga Sehun, sedetik kemudian mata Sehun mendelik. Ia menatap Kwangmin seolah tak percaya. Yeonmi terlihat khawatir melihat ekspresi Sehun.
                “Waeyo oppa?” tanya Yeonmi.
                “Mata itu milik Sungmin,” bisik Sehun lirih ketika mendekatkan bibirnya di telinga Yeonmi.
                “Mwo? Tapi apa oppa yakin? Banyak yang memiliki mata itu, lagipula dia seorang namja,” ujar Yeonmi spontan.
“Sshh... Pelankan suaramu Yeonmi-ah. Aku bicara seperti itu karena berdasarkan fakta. Aku menemukan semua barang yang dipakai oleh ‘L’, si pelaku,” balas Kwangmin.
                “Baiklah, sepertinya kita harus membicarakan ini,” ucap Sehun kemudian.
Yeonmi menatap Sehun dengan tatapan yang sulit diartikan. Sehun merangkul pinggang ramping Yeonmi lalu memeluknya. Kwangmin langsung mengalihkan perhatiannya ke arah lain.
                “Tenanglah. Semua akan baik-baik saja,” ujar Sehun menenangkan.
Yeonmi balas memeluk Sehun dengan erat. Yeoja itu mulai menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik namja tinggi itu. Sehun melepaskan pelukannya. Ia merapikan poni Yeonmi yang sedikit berantakan lalu mencium keningnya. Yeonmi hanya menatapnya dengan tatapan innocent.
                “Jangan khawatir lagi ne?” bujuk Sehun.
Yeonmi hanya mengangguk polos, ia lalu memeluk Sehun lagi sebentar lalu melepasnya.
                “Yak! Kalian lupa aku masih di sini?!” seru Kwangmin sambil berusaha mengalihkan pandangannya.
Hun-Mi couple langsung menoleh lalu tertawa. Sedangkan Kwangmin masih berpura-pura mengalihkan pandangannya sambil memajukan bibirnya.
***
Yeonmi, Sehun, dan Kwangmin sudah berkumpul di markas mereka tepat pukul 9:00 KST. Mereka tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing.
                “Mana Yongkyo? Belum datang?” tanya Sehun heran.
                “Anni. Aku menyuruh Yeonmi untuk tidak memberitahu Yongkyo, hyung,” jawab Kwangmin.
                “Mwo? Wae?” Sehun menatap Kwangmin heran.
                “Oppa, kalau ada Yongkyo kita tak akan pernah berhasil mengungkap si pelaku,” jawab Yeonmi.
 Kwangmin hanya mengangguk pertanda mengiyakan ucapan Yeonmi barusan. Sehun terdiam. Ia nampak berpikir sejenak.
                “Kau benar! Sejak awal kita menyelidiki hal ini bersama Yongkyo, kita selalu dipersulit,” ucap Sehun kemudian.
***
                “Yak! Kau tak berkumpul bersama yang lain?” tanya Sungmin pada Yongkyo yang kini sedang duduk di hadapannya.
Yongkyo menyesap capucinnonya. Ia menatap Sungmin sekilas lalu mengendikkan bahunya. Sungmin malah menatapnya heran.
                “Entahlah. Ku rasa mereka semua sudah mulai putus asa. Terakhir kita hanya berkumpul saja, beberapa hari sebelum insiden Sehun,” jawab Yongkyo santai.
                “Jangan lengah! Mereka bisa melakukan apa saja. Terlebih Kwangmin si Pikachu jelek dan pabo itu. Aku khawatir padanya. Aku pernah memergokinya sedang berada di kamarku,” jelas Sungmin.
Yongkyo hanya diam sambil memandangi cangkir yang ada di tangannya. Sungmin juga hanya menghembuskan nafas pelan.
***
                “Lihat ini... Ini... Dan ini... Cocokkan waktunya,” perintah Kwangmin.
                “Darimana Minnie Mouse itu mendapatkan ini semua?” tanya Yeonmi.
Masker hitam, jaket hitam, kaos hitam, celana jeans hitam dan semua yang pernah dipakai oleh ‘L’ saat melakukan aksinya benar-benar mirip dengan semua benda yang kini sudah ada di hadapannya. Kwangmin yang memotret itu semua lalu mencetaknya.
                “Kwangmin-ah, kau ingat tidak? Hari dimana No Myung Soo meninggal? Apa saat itu Sungmin berada di rumah?” tanya Sehun tiba-tiba.
                “Anni. Dia ada meeting di kantor,” jawab Kwangmin setelah berpikir cukup lama, kemudian ia kembali melanjutkan aktivitasnya mengamati data-data yang berserakan di depannya.
                “Jika ia sedang meeting... Ah ini sulit!” Sehun memijat keningnya.
                “Tapi oppa! Pagi setelah No Myung Soo meninggal. Sungmin datang ke sekolah dengan wajah yang sedikit pucat. Waktu itu aku tak sengaja memegang lengan kanan Sungmin dan...” penjelasan Yeonmi menggantung, dan wajahnya nampak memperlihatkan keraguan.
                “Dan apa Yeonmi-ah? Katakan saja!” bujuk Kwangmin, selain itu Sehun juga menatap Yeonmi dalam.
                “Dan Sungmin terlihat... kesakitan,” lanjut Yeonmi sambil menunduk.
Kwangmin membulatkan matanya sempurna. Sedangkan Sehun menggenggam tanga Yeonmi erat, berusaha menenangkan yeoja itu.
                “Hyung, aku dengar ‘L’ juga sempat terkena sabetan samurai oleh salah satu pengawal No Myung Soo,” jelas Kwangmin tanpa berkedip.
                “Darimana kau tau?” tanya Sehun.
                “No Min Woo, ia menceritakannya padaku 2 hari setelahnya. Ia terlihat kalut. Dia juga mengatakan padaku kalau dia akan meminta tolong Sungmin memecahkan masalah itu. Dan 3% Minwoo yakin bahwa Sungmin adalah sosok ‘L’ karena ia pernah tak sengaja melihat bekas pisau di pelipis Sungmin yang juga saat ‘L’ berusaha melawan pelipisnya juga terkena pisau,” jawab Kwangmin panjang lebar.
Yeonmi dan Sehun saling bertatapan heran. Sedetik kemudian raut wajah mereka sudah berubah. Hun-Mi couple melayangkan pandangan ‘apa-No-Myung-Soo-itu-ayah-Minwoo?’ ke arah Kwangmin. Dan itu hanya dijawab dengan anggukkan singkat Kwangmin. Sontak keduanya terlihat shock dan frustasi.
                “Ini semakin sulit!” batin mereka.
***
                “Yeonmi-ah!” panggil Yongkyo.
                “Ne?”  Yeonmi menolehkan kepalanya ke arah Yongkyo.
                “Kemarin kau kemana?”
                “Kemarin? Hehe. Aku kencan dengan Sehun oppa,” jawab Yeonmi bohong.
                “Eoh, ya sudah. Pai!” ucap Yongkyo sambil berlalu.
                “Huuuh... Hampir saja,” Yeonmi menghela nafas lega.
Drrrttt.... Drrttt...
Yeonmi segera mengambil benda persegi panjang itu dari saku blazzernya. Ia tersenyum sesaat ketika melihat nama seseorang muncul di layar ponselnya.
1 New Message
Yeonmi langsung mengetuk gambar pesan di layar ponselnya. Dan pesan itu langsung terbuka.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
From: Sehun oppa ^^
Kwangmin menyuruh kita berkumpul sepulang sekolah
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Yeonmi hanya menatap layar ponselnya itu dengan heran, lalu memasukkan kembali ke saku blazzernya tadi.
***
                “Kau menemukan sesuatu hyung?” tanya Kwangmin pada namja yang sedang terfokus pada beberapa foto yang ada di hadapannya, alisnya berkerut, bingung.
                “Sepertinya begitu. Kasus kematian keempat orang itu kemungkinan besar terkait dengan No Myung Soo. Lalu... Han... Jae... Man? Kemana orang itu?” jawab Sehun seakan berbicara pada dirinya sendiri.
                “Han Jae Man? Nan mollayo. Ku dengar, terakhir dia diketahui berada di salah satu night club bersama seorang wanita errr... sexy,”  ujar Kwangmin seraya bergidik jijik.
                “Night club? Kau tau nama night clubnya?”
                “Kalau tidak salah V-Ka Bar.”
                “V-Ka Bar? Bukankah night club itu sudah bangkrut? Kita harus mencari tahu dimana pemilik night club itu.”
                “Mwo? Hyung! Yak! Yang benar saja? Pemiliknya sudah pindah ke luar negeri entah negara apa. Masa kita mau keliling dunia hanya untuk itu? Ah, neo micheosso?” cibir Kwangmin dengan deathglarenya.
                “Darimana kau tau, hm?” selidik Sehun.
                “Ye?”
                “Darimana kau tau kalau pemilik V-Ka Bar sudah pindah ke luar negeri?”
                “Eoh. Aku hanya iseng-iseng mencari tahu. Kadang aku diajak ke sana oleh teman-temanku,” jawab Kwangmin seadanya.
                “Dasar! Ya sudah! Kita lanjutkan besok bersama Yeonmi. Tumben sekali dia tidak ikut berkumpul,” ucap Sehun.
Kwangmin hanya mengendikkan bahunya dan berlalu meninggalkan markas itu. Grep! Tangan Sehun tiba-tiba menahan lengan Kwangmin.
                “Waeyo hyung?” tanya Kwangmin bingung.
                “Kenapa kau menghubungkan semuanya dengan dongsaengmu sendiri? Apa kau begitu membenci dongsaengmu?”
                “Itu... Itu karena aku terlalu khawatir padanya. Aku terlalu menyayanginya. Dulu, ia pernah mengatakan akan melakukan apapun pada orang yang dulu pernah membuat appa kami meninggal dengan cara yang mengenaskan. Ia bilang rela mengorbankan nyawanya untuk melakukan itu. Sejak saat itu aku semakin mengkhawatirkannya, hyung. Belum lagi ia jadi membenciku dan jarang pulang ke rumah,” jelas Kwangmin.
                “Begitu ya...” Sehun menatap Kwangmin sambil tersenyum.
                “Kajja hyung, kita pulang,” Kwangmin membalas senyuman Sehun.
Tap... Tap... Tap... ceklek!
                “Samchon sedang apa?” tanya seorang yeoja yeppo, Jung Yeon Mi.
Srak!
                “Anni. Tidak sedang apa-apa, hanya memeriksa beberapa berkas,” jawab sang samchon.
                “Kenapa samchon terlihat gugup? Berkas apa itu? Aku harus mencari tau,” batin Yeonmi curiga.
                “Yeonmi-ah? Kau melamun?” tanya samchon itu sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Yeonmi.
                “Ah, mian samchon. Aku lapar, hehe,” jawab Yeonmi asal.
                “Oh, geurae, ini sudah waktunya jam makan malam. Kalau begitu samchon belikan makan dulu ne?” usul samchon itu.
                “Ne samchon. Gomawo,” balas Yeonmi girang.
                “Kena kau Han Jae Man samchon!” batin Yeonmi senang.
Srek!
                “Mwo? Berkas? Agresi Militer 2001,” gumam Yeonmi sambil berjalan menuju mesin fotocopy dan mulai mengcopy berkas-berkas itu.
Yeonmi sudah duduk manis di salah satu sofa di sana seraya memainkan ponselnya. Copyan berkas-berkas itu sudah dimasukkan ke tasnya. Ceklek!
                “Yeonmi-ah! Ige. Samchon belikan kimbab dan ramyun. Makanlah,” ucap Han Jae Man samchon.
Yeonmi hanya tersenyum manis dan segera memakan makanan yang sudah dibelikan Han Jae Man samchon itu. Sang samchon hanya menatap keponakannya yang terlihat sangat kelaparan itu.
***
3 bulan kemudian...
                “Huwaah... Sepertinya bukti-bukti ini sudah hampir lengkap. Aku lelah sekali,” ujar Sehun.
                “Bagaimana pun kerja keras kita tidak sia-sia hyung,” tambah Kwangmin.
                “Yongkyo-ah, itu kertas apa?” tanya Yeonmi sambil menatap kertas yang ada di genggaman Yongkyo.
Yongkyo menatap Yeonmi dengan pandangan yang sulit diartikan. Sedangkan Yeonmi memandang yeoja itu dengan pandangan ingin tau. Begitu pula Kwangmin dan Sehun. Perlahan Yongkyo membuka lipatan kertas itu dan membuat mereka bertiga semakin kepo.
Deg! Kertas berukuran 100cm x 30cm itu membuat Yeonmi, Kwangmin, dan Sehun tercengang. 1 foto bertuliskan LEE JIN KI dan 1 foto lainnya bertuliskan... OH JONG HYUK.
                “Lee Jin Ki adalah target kelima Sungmin. Dan Oh Jong Hyuk adalah pelaku utama Agresi Militer 2001 itu,” jelas Yongkyo.
                “Apa maksudmu? Jadi Sungmin itu...” ucapan Sehun tergantung.
                “Seperti yang kalian tahu. Sungmin itu adalah sosok ‘L’ yang kalian cari,” lanjut Yongkyo.
                “Mwo?!” ucap Sehun dan Kwangmin bersamaan.
                “Jadi benar, Sungmin...” Kwangmin menundukkan kepalanya.
                “Dua orang itu berkaitan dengan keempat target Sungmin lainnya. No Myung Soo, Jin Soo Man, Jin Song Man, dan yang terakhir Yang Min Hyun. Han Jae Man, naui samchon, juga berkaitan dengan mereka. Hanya saja, Han Jae Man hanya menyimpan berkas-berkas Agresi Militer 2001. Aku tau itu semua dari Yongkyo,” tambah Yeonmi.
Kwangmin kaget. Sedangkan Sehun menggeram menahan marah. Yongkyo sendiri hanya menampilkan senyum tak jelasnya pada Yeonmi.
                “Apa maksudnya ini Jung Yong Kyo?!” ucapan Sehun terdengar bergetar.
                “Oppa...” panggil Yeonmi khawatir.
                “Mianhae, Sehun sunbae. Aku tak bermaksud apa-apa. Ige! Dengar dan lihatlah baik-baik,” ujar Yongkyo sembari menyerahkan sebuah benda kecil yang biasa disebut cip.
Sehun langsung merebutnya dari tangan Yongkyo. Ia menatap cip itu dengan pandangan nanar, ragu, sedih, dan marah. Semuanya bercampur menjadi satu.
                “Oppa...” panggil Yeonmi lagi tapi Sehun tak menggubrisnya, ia membawa cip itu pergi.
                “Sebenarnya ada apa ini? Kenapa kau menyuruhku mengucapkan hal tadi?” tanya Yeonmi minta penjelasan.
                “Apa kau tak tau?” tanya Yongkyo balik.
                “Ck! Tau apa? Kalau bicara itu yang jelas,” desak Yeonmi.
                “Oh Jong Hyuk adalah ayah Sehun,” Kwangmin lah yang angkat bicara.
Yeonmi menatapnya tak percaya. Ia mencari kebohongan tapi yang ada malah suatu kebenaran. Yeonmi menutup mulutnya menahan isakan yang akan keluar. Buliran bening itu telah menggenang di matanya dan akan meluncur dengan bebas di kedua pipinya. Yeonmi segera beranjak dari duduknya dan berlari mencari Sehun.
                “Dimana Sungmin? Apa ia tak masuk hari ini?” tanya Kwangmin tiba-tiba.
                “Sungmin... Ia sedang dalam bahaya. Dia ada di cengkeraman Lee Jin Ki,” jawab Yongkyo.
                “Mwo?”
                “Kau tenang saja. Lee Jin Ki tak akan melakukan apapun kalau Sungmin tak berbuat nekat.”
                “Dimana dia sekarang?”
                “Molla. Dia tak memberitahuku dimana letak posisinya.”
                “Bagaimana kau bisa tidak tau sih?”
                “Kau tidak usah berisik. Kalau aku bilang tidak tau berarti aku memang tidak tau. Aku sedang berusaha mencari tau dimana ia berada lewat gps ini,” jawab Yongkyo garang.
                “Kau ini bagaimana sih?! Kau kan temannya. Kau juga yang selalu membantunya,” sungut Kwangmin.
                “Cih! Tapi kau oppanya! Dan kau bahkan tak pernah memperhatikannya!” balas Yongkyo sengit dan itu langsung membuat Kwangmin terdiam.
                “Yak! Itu bukan urusanmu!” bentak Kwangmin.
Para murid yang ada di sekitar mereka berdua serentak menoleh dan saling berbisik. Bisa ditebak mereka sedang membisikkan tentang kedua manusia aneh ini.
                “Yak! Kau... Kau... Kau membentakku?! Tentu saja itu jadi urusanku. Kau dan Sungmin. Aku sama seperti kalian juga Yeonmi. Apa kau tak punya otak, hah?!” bentak Yongkyo diakhir perkataannya lalu beranjak pergi, mengabaikan tatapan heran penghuni kantin, sedangkan Kwangmin hanya terdiam.
***
Yeonmi berkeliling hampir ke seluruh penjuru sekolah hanya untuk mencari Sehun. Pencariannya berhenti di atap sekolah, ketika dilihatnya namja tinggi itu duduk manis di sana. Yeonmi berjalan mendekati Sehun dan duduk di sebelah kirinya, memeluk tangan kiri Sehun.
                “Mianhaeyo, Yeonmi-ah,” ucap Sehun lirih.
                “Tak usah minta maaf, oppa. Kau tak salah,” balas Yeonmi.
                “Tapi appaku sudah membunuh oppamu. Oppa yang kau bilang bisa membuatmu tersenyum,” Sehun melepaskan tangan kirinya dari pelukan Yeonmi dan menggantinya dengan merangkul bahu Yeonmi, mendekapnya erat.
                “Itu masa lalu. Oppaku sudah cukup tenang di alam sana,” ucap Yeonmi seraya tersenyum.
                “Aku akan menyelidikinya lebih lanjut.”
                “Kau yakin?”
                “Ne. Kau mau dengar isi cip ini?”
                “Anni! Han samchon sudah memberitahuku.”
                “Han samchon? Han Jae Man maksudmu?”
                “Ne. Seperti yang ku katakan tadi, dia adalah samchonku. Kau mau tahu kenapa samchonku bisa mempunyai bukti-bukti itu?”
                “Wae?”
                “Dia memang sengaja merekamnya. No Myung Soo yang tau itu langsung menyuruh naui samchon menyerahkan rekaman itu padanya. Dan samchonku menyerahkannya tapi yang samchonku berikan itu hanya copyan saja. Cip yang barusan kau lihat itu milik No Myung Soo yang direbut Sungmin, sedangkan cip yang asli ada pada samchonku,” jelas Yeonmi.
                “Lalu bagaimana dengan data-data itu?”
                “Sama seperti cipnya. No Myung Soo hanya diberi satu map yang berisi kejahatannya itu.”
                “Apa No Myung Soo mati karena mengejar Sungmin hingga terjatuh dari jembatan penyebrangan?”
                “Ne. Hanya Jin Soo Man, Jin Song Man, dan Yang Min Hyun yang mati karena ditembak Sungmin. Bukankah kau sudah tau tentang itu?”
                “Ne. Aku terlalu bingung, jadi tidak terlalu memperhatikan hal itu.”
                “Kau ini! Oh ya, kembalikan cip itu pada Yongkyo.”
                “Ah, ne. Nanti ku kembalikan.”
***
Brak! Tap... Tap... Tap...
Sehun berjalan menuju pintu rumahnya setelah memarkir mobil kesayangannya di garasi. Ceklek! Pintu itu terbuka.
                “Sehun wasseo,” ucap Sehun memberi salam.
                “Kau sudah pulang? Sudah makan belum? Mandilah, eomma akan menyiapkan makanan untukmu,” ucap seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik, Nyonya Oh Soo Young, Sehun’s eomma.
                “Gwaenchana eomma. Aku mau langsung tidur saja,” tolak Sehun halus.
                “Ya sudah. Tidurlah yang nyenyak.”
Sehun menaiki tangga menuju kamarnya dengan langkah gontai. Klek! Langkahnya memasuki kamar terhenti ketika Sehun mendengar sesuatu yang aneh.

                “Awasi terus gadis itu! Jangan sampai lengah.”
                “Han Jae Man? Bukti apa saja yang dia punya? Apa? Keponakannya sudah tau? Siapa namanya? Jung Yeon Mi? Awasi saja dulu! Selidiki apa saja yang mereka tau. Ne. L? Kau khawatir pada sosok L? Aku sedang mencari tahunya. Dia akan mati di tanganku. Tenang saja. Hahaha. Ne.”
Sehun mendengarkan percakapan telepon itu dengan baik dan kembali ke kamar setelah selesai. Ia langsung menyerbu ponselnya dan menghubungi seseorang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
To: Yeonnie :*
Amankan semua bukti. Dan Han Jae Man! Bawa samchonmu pergi jauh dari Korea Selatan! Appaku sudah bertindak. Beritahu yang lain, terutama Sungmin.

Send
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah mengirimkan pesan singkat itu, Sehun segera mandi dan berbenah. Sehun baru saja akan menghempaskan tubuhnya ke ranjang king sizenya, tiba-tiba...
Drrrrtttt.... Drrrttt...
Ponsel Sehun bergetar, tertera nama Kwangmin di sana. Pip. Sehun langsung menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

                “Ne? Kita bicarakan besok! Aku tidak tau. Sungmin! Kemana Sungmin? Mwo? Cari dia dan amankan! Ne. Annyeong.”

                “Dasar Pikachu babo! Dongsaeng sendiri pun dia tidak tau kemana!” sungut Sehun.
***
Kwangmin terus mondar-mandir di depan pintu kamar Sungmin. Makhluk bernama Sungmin itu entah berada dimana. Namja itu sudah berusaha menghubunginya, tapi memang dasarnya dia aneh hingga saat di telepon ponselnya malah berbunyi di kamarnya.
                “Dia pabo atau apa?! Ia benar-benar ingin menyerahkan nyawanya?! Ah ne! Kai! Kai selalu tau bagaimana keadaan Sungmin. Aku harus menghubunginya,” Kwangmin langsung memasukkan deretan nomor di layar ponselnya.

                “Yeoboseyo,” ucap suara di ujung telepon.
                “Kai hyung, kau tau dimana Sungmin berada?” nada suara Kwangmin terdengar begitu khawatir.
                “Sungmin? Dia kenapa? Dari kemarin dia tak menghubungiku.”
                “Dia dalam bahaya hyung. Dia juga tidak pulang.”
                “Aku akan kembali ke Korea. Sepertinya aku tau dia dimana. Kau tenang saja.”

Pip. Sambungan telepon itu langsung diputus begitu saja dari ujung telepon sana. Keringat dingin terus membasahi dahi Kwangmin. Hatinya gelisah dan seperti mengatakan bahwa Sungmin dalam bahaya saat ini.
***
Brak! Bugh! Brak! Bugh! Bugh! Bugh! Brak!
                “Arrgghhhh!” teriakan itu berasal dari seseorang dengan pakaian serba hitam yang tak lain adalah Sungmin.
Tubuhnya penuh memar dan luka. Kedua tangannya sudah dicekal oleh kedua orang bertubuh besar itu.  Seorang namja yang sudah sangat ia kenal berjalan mendekatinya dan tersenyum licik padanya.
                “Jo Joon Ha. Aku tak pernah menyangka ia akan memiliki anak sepertimu,” ucap Lee Jin Ki masih dengan senyum liciknya.
                “Diam kau Lee Jin Ki-ssi!” bentak Sungmin.
                “Kau sepertinya lebih nampak berani daripada oppamu yang masih terlihat kekanakkan itu. Tak mengherankan jika JM Group sengaja diwariskan padamu.”
                “Arrrrggghh... Lepaskan aku!” teriak Sungmin.
Bugh! Tongkat golf itu kembali memukulnya. Darah kembali keluar dari mulut Sungmin. Pipinya, lengan kirinya, kedua kakinya, dan punggungnya terluka cukup dalam akibat samurai yang dipegang Lee Jin Ki tadi. Bugh! Lagi-lagi tongkat golf itu berhasil melumpuhkan pergerakan yeoja itu.
                “Hentikan!” suara itu berhasil menghentikan Lee Jin Ki yang akan memukul Sungmin lagi dengan tongkat golfnya.
                “Pabo! Kenapa kau malah datang kemari?!” di saat terluka sangat parah seperti ini Sungmin masih bisa membentak orang lain, lebih tepatnya dia adalah Kai.
Lee Jin Ki berjalan pelan mendekati Kai yang masih terdiam. Kai berhasil mengalihkan perhatian Lee Jin Ki dari Sungmin. Lee Jin Ki tersenyum licik ke arah Sungmin sekilas sebelum kembali mengalihkan pandangannya pada sesosok namja tinggi di hadapannya. Para pengawal Lee Jin Ki semakin mempererat cekalannya pada kedua tangan Sungmin agar yeoja itu tidak lari alias kabur.
                “Kau ingin menjadi pahlawannya, hm?” tanya Lee Jin Ki dengan pandangan meledek.
                “Aku akan menolongnya walau aku tak bisa melakukan apapun,” ucap Kai.


To Be Continued...

Gimanakah readerdeul? Silahkan berkomentar ria tentang FF ini, kkk~. Gomawo udah mau baca FF ini ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar