Kamis, 14 Maret 2013

[FANFICTION] BLACKOUT (PART. 2)




Title: BLACKOUT
Author: *Wulan Sari
               *Junesito Widyo Pramesti
               *Ika Silviany
Genre: Action, Romance, Sad, School Life, etc
Cast: *Jo Sung Min (Wulan Author)
          *Jo Kwang Min (BOYFRIEND)
          *Jung Yeon Mi (Junes Author)
          *Oh Se Hoon (EXO)
          *Kim Jong In (EXO)
          *No Min Woo (BOYFRIEND)
          *Jung Yong Kyo (Ika Author)          
          *Gong Chan Shik (B1A4)
          *Jin Soo Man (OC)
          *Jin Song Man (OC)
          *Yang Min Hyun (OC)
          *Park Tae Rin (OC, temen authors)
          *Xi Lu Han (EXO)
Length: Chaptered (PART. 2)
Rating: T
Disclaimer: FF ini dibuat asli oleh para author yang kece ini. FF ini dibuat berdasarkan khayalan para author yang rada gaje ini. Para personil boyband yang ada di FF ini juga tidak dibayar sedikit pun (?)
Copyright: Dilarang plagiat or share ulang, karena melanggar UU RI No. 19 tahun 2002 TENTANG HAK CIPTA dan Pasal 72 KETENTUAN PIDANA SANKSI PELANGGARAN

The story is begin...
****************************************************************
                “Hayoo... Mau ngapain?!” sebuah suara cempreng mengagetkan mereka dan Sungmin pun menjauhkan wajahnya kembali.
Sehun dan Yeonmi terkikik geli melihatnya. Sungmin merasa wajahnya panas dan memerah, entah itu malu atau... marah? Sungmin mendelik ke arah Sehun dan Yeonmi yang masih tertawa geli. Sehun yang melihat tatapan tajam dari Sungmin langsung memberi aba-aba pada Yeonmi untuk diam dan segera melarikan diri. Minwoo? Ckckck. Dia sudah kabur pemirsah.
                “Kau mau mengacaukanku, paboya. Lihat saja suatu saat nanti aku akan mengganggu kesenanganmu juga.”
Sungmin terdiam sesaat dan tiba-tiba tersenyum. Mata indahnya kemudian berbinar. Senyuman masih menghiasi wajahnya. Ia kemudian langsung pergi juga.
***
Bruk! Sungmin melemparkan tasnya ke jok belakang mobilnya. Brak! Ia membanting pintunya. Kegiatannya hari ini sungguh melelahkan. Ia menghirup sedikit udara. Dengan gerakan cepat, dasi yang tergantung di lehernya sudah terlepas.
                “Huh, lain kali aku akan kabur saat pelajaran olahraga seperti tadi,” gerutu Sungmin setelah melemparkan dasinya ke jok belakang.
                “Sungmin-ah!” panggilan itu langsung membuat Sungmin membalikkan tubuhnya.
                “Yoonsoo oppa?” bagaikan tersihir, Sungmin langsung terdiam menatapnya.
Namja itu tersenyum manis ke arah Sungmin. Ia berjalan mendekatinya. Sungmin masih menatapnya. Tatapan, senyuman, wajah, dan apapun yang ada di tubuhnya benar-benar mirip dengan sosok Park Yoon Soo.
                “Yoonsoo oppa, bogoshippoyo,” gumam Sungmin.
                “Kau masih menganggapku mirip dengannya ya?” ucapan itu langsung berhasil menyadarkan Sungmin.
                “Kai?!” suara Sungmin berubah serak.
                “Aku sedih kau selalu menganggapku dalam bayang-bayang Park Yoon Soo. Bisakah kau melupakannya? Ia sudah cukup tenang di sana untuk menatapmu tersenyum,” ucap Kai.
                “Mianhae,” suara lirih yang hampir tak terdengar itu muncul bersamaan dengan buliran bening yang membasahi pelupuk matanya.
Grep! Kai yang mengerti bagaimana keadaan Sungmin saat ini langsung memeluknya erat. Membiarkan suara tangisan Sungmin teredam oleh tubuhnya. Membiarkan air mata yeoja itu membasahi seragamnya. Ia tahu, hanya ini yang bisa ia lakukan untuk yeoja dalam pelukannya.
                “Aku tahu, kecelakaan saat itu masih membuatmu terluka sampai sekarang. Aku bisa mengerti perasaanmu. Park Yoon Soo, jadikanlah dia sebagai mimpi indahmu. Jalanilah hidupmu dengan normal seperti saat dia belum menyentuh hidupmu. Aku tahu, aku memang egois. Tapi hal ini juga untuk kebaikanmu,” jemari Kai bertautan di sela-sela rambut Sungmin, membelainya dengan sayang.
                “Mianhae,” ucap Sungmin lagi.
Drrrtt... Drrrtt...
Ponsel Sungmin berbunyi. Ia melepaskan tubuhnya dari Kai. Sungmin merogoh saku blazzernya untuk mengambil benda persegi panjang yang menggetarkan dirinya tadi. 1 New Message. Minwoo. Sungmin segera membuka pesan singkat itu. Tiba-tiba ia tersenyum menampilkan smirk khasnya. Ah, bisakah orang lain mengerti perasaannya dengan benar saat ini? Sepertinya tidak. Ia terlalu banyak memiliki kebiasaan yang tak terduga.

Received.

From: No Min Woo
Temui aku di bangunan tak terpakai dekat Cheonan besok. Apa kau bisa?

Send.

To: No Min Woo
Hm, arra. Aku bisa. Pukul berapa?

Received.

From: No Min Woo

9 pm. Tempat itu markas kita. Aku sudah menyewanya. Sedikit jauh memang. Tapi tempat itu jauh dari keramaian dan tidak terlalu mencolok.

Send.

To: No Min Woo

Terserah kau saja

Pip! Sungmin langsung mematikan ponselnya dan memasukkan kembali benda itu ke dalam saku blazzernya.  Kai langsung menatapnya heran seolah mengatakan ‘Itu dari siapa?’. Sungmin yang mengerti arti tatapan itu langsung tersenyum.
                “Dari tikus got bernama Minwoo. Wae?” tanya Sungmin.
                “Oh. Apa yang dia katakan?”
                “Kenapa kau ingin tau?”
“Ah, anni. Lupakan saja.”
“Ehm, ada yang ingin ku tanyakan padamu.”
                “Mwo?” Kai menaikkan satu alisnya.
                “Kenapa kau kemari?” Sungmin menatapnya curiga.
                “Aku ingin memintamu menemaniku ke cafe.”
                “Baiklah. Kajja. Sepertinya aku juga sedang butuh menghirup udara bebas.”
                “Kau mau bareng denganku?”
                “Anni. Aku bawa mobil. Bagaimana kalau kita balapan saja?” Sungmin tersenyum penuh arti pada Kai.
                “Mwo?! Kau ingin kalah dariku? Baiklah, kalau begitu kita taruhan. Jika aku sampai duluan di Heaven Cafe, kau harus mentraktirku ramen selama satu bulan dengan kau yang harus selalu menemaniku.”
                “Oke. Kita lihat saja nanti. Jika aku duluan yang sampai di Heaven Cafe, kau harus membelikanku 5 PSP. Otte?”
                “Kau maruk sekali, Sungmin-ah. Tapi, baiklah kajja!” Kai langsung berlari menuju mobilnya.
Kini mobil yang ditumpangi Kai sudah berada di samping mobil yang ditumpangi Sungmin. Sungmin membuka kaca jendela mobilnya. Begitu pula yang dilakukan oleh Kai.
                “Kita mulai saat lampu merah di sana berubah hijau,” Sungmin memberikan aba-aba.
                “Ne. Arra,” balas Kai.
Klik! Keduanya menutup jendela bersamaan. Mata Sungmin kadang beralih menatap Kai yang dengan siaga memandangi lampu lalu lintas itu. Sungmin segera mengalihkan pandangannya. Hijau! Keduanya langsung tancap gas. Kedua mobil itu melaju sangat kencang hingga membuat banyak mobil minggir dan para pengguna jalan menatap aksi keduanya. Mungkin mereka berpikir sedang ada pembuatan film.
Blam! Sungmin menutup pintu mobilnya kencang. Dengan gagahnya, ia sudah berdiri di depan cafe menunggu mobil Kai. Sreet! Mobil Kai akhirnya tiba. Sungmin tersenyum penuh arti pada Kai yang masih ada di dalam mobil.
                “Ya! Mana boleh yeoja menaiki mobil seperti itu? Kau mantan pembalap ya?” ujar Kai setelah keluar dari mobilnya.
                “Haha, mengakulah saat kau kalah. Ingat janjimu...” Sungmin tersenyum penuh kemenangan.
                “Arra. Tapi kau belum menjawab pertanyaanku.”
                “Aku bukan mantan pembalap. Kau tau kan, dulu saat aku bermain track sewaktu kecil appa dan eommaku tidak suka. Makanya dari itu aku tidak pernah boleh untuk menjadi pembalap walaupun aku ingin.”
                “Hilangkanlah sikap namjamu itu.”
                “Naneul su eobseo (aku tak bisa).”
                “Aku sudah tau kau akan mengatakan itu.”
                “Jika sudah, kau tak perlu menanyakannya lagi kan?”
                “Ne, ne, arraseo. Sudahlah, kajja masuk,” ajak Kai
***
Terlihat seorang yeoja sedang memainkan pianikanya yang berwarna nyentrik alias kuning bergambarkan pikachu di ruang musik. Pianika itu adalah pianika kesayangannya yang selalu dibawanya kemana pun ia pergi. Pernah saat sedang pergi dengan Sungmin yeoja itu membawa pianikanya, hal itu membuat Sungmin kesal karena menurutnya itu cukup memalukan untuk dibawa hingga nasib pianika itu begitu malang karena Sungmin hampir membuangnya. Ya, Jung Yong Kyo. Wajahnya terlihat kusut seperti pakaian yang tak disetrika selama lima puluh tahun dan lagu yang ia mainkan sungguh aneh-cenderung tidak jelas.
                “Heh, yeoja pianika!” panggil seseorang.
Yongkyo menghentikan permainan tidak jelas dari pianikanya. Ia menoleh ke sumber suara. Ditatapnya namja tinggi dan tampan yang sudah berdiri tegap di balik pintu.
                “Wae? Kau memanggilku?” tanya Yongkyo.
                “Ne, siapa lagi di ruangan ini selain kau ‘yeoja pianika’?” jawab namja tersebut santai.
Ya, namja itulah yang bernama Jo Kwang Min, kakak Sungmin. Sikapnya sungguh berbeda dengan adiknya, walau ada persamaan sedikit yaitu dimensi mereka yang selalu berubah. Kwangmin cenderung lebih seperti sikap yeoja, dan itu berbalik dengan Sungmin yang seperti namja. Kadang Yongkyo berpikir sepertinya ada kesalahan teknis saat mereka berdua dalam kandungan eommanya.
                “Bisakah kau memanggilku dengan sebutan yang lebih keren? Seperti ‘yeoja pianis’ atau ‘komposer Yong’ atau bahkan ‘musisi Yong’?” ucap Yongkyo sembari menatap Kwangmin sinis.
                “Sirheo! Kau saja memainkannya sangat jelek bahkan permainanmu barusan mengalahkan kejelekan permainan bayi berumur dua bulan. Bagaimana bisa aku memanggilmu dengan sebutan ‘yeoja pianis’ atau semacamnya?” jawab Kwangmin seraya memandang remeh ke arah Yongkyo.
                “Yak! Mulutmu itu tertular Sungmin ya? Ah... Jinjja... Kau namja menyebalkan! Aku begini karena sedang galau. Arra?!” ucap Yongkyo sambil memonyongkan bibirnya seperti biasa.
                “Oh, begitu rupanya. Pantas saja saat ini wajahmu terlihat lebih jelek dari biasanya.”
                “Yak!” bentak Yongkyo.
                “Hey! Kau juga menyukai pikachu?” teriak Kwangmin tiba-tiba seraya mengambil pianika yang ada di depan Yongkyo.
                “Ne, lalu? Itu masalah buatmu?” jawab Yongkyo singkat.
                “Koleksi apa yang kau punya? Bolehkah aku berkunjung ke rumahmu? Boleh ya? Boleh ya? Please!” ujar Kwangmin berubah dari namja acuh menjadi seperti anak TK, Kwangmin memohon-mohon kepada Yongkyo agar dibolehkan.
                “Anniya! Andwe! Andwe!” teriak Yongkyo lebay seakan-akan terjadi sesuatu.
                “Mengapa tak boleh? Waeyo?”
                “Jika kau ke rumahku, kau akan menjadi korban yang kedua.”
                “Mwo? Korban? Maksudmu?”
                “Eommaku itu genit, kemarin saja Gongchan sudah menjadi korban pertamanya. Makanya sekarang aku di sini, aku sedang frustasi dan malu pada Gongchan. Pasti dia tidak mau bertemu denganku lagi, dih.. Aku sangat kesal melihat kelakuan eomma... Hrgg..!!” jelas Yongkyo seraya memukul-mukul meja yang ada di dekatnya sampai mejanya patah.
Tet... Tot... Tet... Tot... Tet... Toooooott... Suara aneh bin ajaib itu muncul lagi. Yongkyo mulai memainkan pianikanya dengan tak jelas lagi. Hal ini langsung membuat Kwangmin segera menutup telinganya.
                “Geumaheeee! Suara itu membuat telingaku hampir pecah, kepalaku mual, dan perutku pusing. Jelek sekali,” ucap Kwangmin kesal, dia kemudian menarik tangan Yongkyo dan membawanya pergi.
***
Blam! Sungmin menutup pintu mobilnya lumayan keras. Matanya menelusuri setiap inchi bagian depan bangunan yang ada di hadapannya. Bangunan yang tak selesai dan sudah dipenuhi banyak lumut.
                “Dia bilang ini markas? Oh sungguh dia ini...” gumam Sungmin lalu pergi.
Sungmin mulai memasuki bangunan itu dengan langkah pelan namun tak meyakinkan. Entah kenapa perasaannya was-was saat ini. Ia merasa seperti akan terjadi sesuatu.
                “Kau sudah sampai?” suara itu membuat Sungmin hampir terpeleset karena kaget.
Sungmin membalikkan tubuhnya dan mendapati namja cute itu sedang menatapnya dalam. Sungmin menghembuskan nafas lega. Namja itu tampak tersenyum padanya.
                “Ne. Aku sudah datang. Kenapa kau memilih bangunan seperti ini?” ujar Sungmin, matanya masih menatap setiap sisi bangunan yang dipilih Minwoo untuk dijadikan tempat markas mereka.
                “Naik apa? Tak ada motor di depan. Supaya tak ketahuan, bukankah aku sudah bilang? Kau lupa?”
                “Memang tak ada. Aku tidak naik motor, aku naik mobil.”
                “Bukankah kau...”
                “Mulutmu itu ada berapa sih? Kenapa kau banyak sekali bicara? Lalu kapan kita mulai? Jika hanya untuk mengucapkan hal begini, lebih baik aku pulang lagi. Ini hari libur berhargaku.”
                “Eh, ne... Mianhae. Kajja masuk, ikut aku.”
Minwoo mulai melangkahkan kakinya, berjalan melewati Sungmin yang masih berdiri diam di tempatnya. Ia berjalan menuju suatu ruangan. Ceklek! Gelap dan err... Sedikit horor pemirsah.
Tap... Tap... Tap...
Sungmin mengikuti Minwoo memasuki ruangan itu. Klik! Sungmin berkedip untuk membiasakan cahaya yang baru saja masuk ke matanya. Sungmin mendelik mengetahui isi ruangan itu. Ruangan  berukuran 7x9 itu diisi dengan meja kerja berukuran 2x1 meter yang di atasnya terdapat beberapa inspirational book, jam pasir, dan beberapa amplop coklat. Di sampingnya ada satu kursi, meja tamu berbentuk bundar dengan 4 kursi di sekelilingnya. Meja tamu dan kursi-kursi itu diletakkan di sebelah timur laut meja panjang tadi. Sungmin hanya bengong dengan wajah datar. Tapi Minwoo, ia hanya melemparkan smirknya.
                “Berkasnya ada di meja itu. Aku mau keluar dulu,” ucap Minwoo.
                “Yak! Mwo? Keluar? Kau mau kemana?” tanya Sungmin.
                “Mau beli camilan,” jawab Minwoo singkat.
                “Oh, kalau begitu yang mana berkasnya?”
                “Amplop cokelat. Pelajarilah,” ujar Minwoo sambil berlalu.
Sepeninggal Minwoo, Sungmin mendekati meja panjang itu. Ia terdiam sejenak memandangi amplop coklat yang sudah tertidur rapi di atas meja. Jemari lentiknya mulai menyentuh permukaan amplop itu dan mengambilnya.  Ia mengamati setiap sisi amplop itu, terasa sedikit mencurigakan. Kedua alisnya saling bertaut melihat barisan data dalam berkas-berkas itu.
Sreeet... Sreeet...
Sungmin menoleh ke arah sumber suara. Alisnya berkerut curiga. Ia terdiam lagi beberapa detik, namun ia mengabaikannya dan kembali fokus pada berkas-berkas di hadapannya.
                “Ku rasa ada sesuatu yang mengintaiku. Aku harus waspada,” batin Sungmin.
Tuk... Tuk... Tuk...
Benda-benda yang menjadi barang bukti itu berjatuhan di meja. Sungmin menatapnya aneh. Benda-benda itu nampak ganjil. Tiba-tiba ia melebarkan matanya saat menatap pisau lipat yang sudah disterilkan di dalam plastik khusus.
                “Ige mwoya? Ini sidik jari? Yang benar saja, ukurannya bahkan lebih besar dari ukuran sidik jari manusia dan ini juga terlalu berbeda untuk menjadi sidik jariku. Apa Minwoo berniat menjebakku dengan memalsukan ini? Ah, ige mwoya? Pisau lipat? Kenapa JSM? Apa ini untuk inisial namaku? Aku bahkan tak pernah membawa pisau lipat ke sana saat itu, lagi pula sejak kapan pisau lipat milikku bisa bertuliskan JSM? Aigoo, kau sedang diawasi paboya! Apa yang ku katakan?” Sungmin sibuk dengan dirinya sendiri ia terus mengacak-acak rambutnya.
Begitulah, Sungmin terus berbicara sendiri selama Minwoo masih belum memasuki ruangan itu. Ia kadang menepuk kepalanya sendiri karena terlalu blak-blakan padahal sudah tahu ini bukan di rumahnya dan ia sedang diawasi.
Ceklek. Minwoo datang membawa banyak makanan ringan dan softdrink. Ia tersenyum sekilas ke arah ruangan gelap yang tak jauh dari tempat Sungmin duduk.
                “Minumlah,” Minwoo langsung menyodorkan sekaleng minuman softdrink untuk Sungmin.
                “Aku tidak haus,” tolak yeoja itu.
                “Jangan terlalu memaksakan dirimu. Hm?”
                “Arraseo,” akhirnya Sungmin menerima minuman itu.
                “Apa yang kau temukan?” tanya Minwoo ketika Sungmin sudah meletakkan kaleng softdrinknya.
                “Otakku sedang bermasalah. Sepertinya aku sedang tidak bisa berpikir jernih saat ini,” jawab Sungmin dengan mata yang masih fokus pada berkas-berkas itu.
                “Jangan dipaksakan. Kajja kita menganalisisnya bersama,” ujar Minwoo seraya duduk di samping Sungmin.
                “Dan sepertinya ini akan menjadi pertemuan terakhir kita untuk melakukan analisis,” gumam Sungmin.
                “Apa maksudmu?” tanya Minwoo.
                “Mwo? Memang apa yang aku ucapkan?” Sungmin malah balik bertanya.
                “Pertemuan terakhir kita,” jawab Minwoo.
                “Ah, itu pasti ucapan bawah sadar tubuhku,” Sungmin hanya tersenyum aneh.
Sudah 3 jam mereka lalui untuk mendiskusikan hal itu dengan berbagai perbedaan pendapat dalam menganalisis berkas itu. Sebenarnya analisis ini menurut Sungmin adalah hal yang tidak penting walau ia tidak tahu alasannya.
                “Sepertinya aku harus pulang sekarang,” ucap Sungmin sembari beranjak dari duduknya.
                “Ya, sepertinya ini sudah cukup siang.”
                “Ya sudah. Aku pulang dulu. Untuk masalah itu kita bicarakan lain kali jika ada kesempatan.”
                “Ne. Annyeong. Titi DJ.”
                “Hah?”
                “Hati-hati di jalan maksudnya.”
                “OH.”
Sungmin langsung berlari dan memasuki mobilnya. Blam! Pintu mobil itu sudah tertutup rapat. Brmm... Hanya dalam hitungan detik, mobil itu sudah pergi meninggalkan markas itu. Minwoo tersenyum lagi. Ia kemudian masuk lagi ke ruangan itu.
                “Moussie, kajja kemarilah,” panggil Minwoo.
Seekor tikus kecil berwarna putih berlari menghampiri Minwoo yang sedang menengadahkan tangannya untuk mengambilnya. Minwoo mengelus lembut rambut tikus kecil itu. Sret! Sebuah alat perekam atau biasa disebut penyadap suara berukuran sangat mini berhasil didapatnya.
                “Gomawo, Moussie. Tikus pintar,” puji Minwoo dengan senyum kemenangannya.
***
Ceklek! Baru sampai di ruang tamu suara kegaduhan itu semakin terdengar menjadi-jadi. Prang! Entah ufo yang biasa disebut piring itu berasal dari mana, yang pasti ufo itu sudah mendarat dengan tidak mulus tepat di tembok yang ada di samping Yeonmi hingga pecah.
                “HENTIKAN!” teriak Yeonmi.
Kompak. Kedua orangtua Yeonmi langsung menghentikan pertengkarannya dan memandang heran ke arah Yeonmi. Eommanya langsung mendekatinya dan menyentuhnya, tapi Yeonmi menahannya. Ia langsung berjalan pelan menuju ke kamarnya.
                “Jika kalian ingin bertengkar lagi jangan pernah lakukan di rumah. Lakukanlah di lapangan agar semua orang bisa mendengar suara-suara konyol kalian. Aku sudah terlalu lelah mendengarnya,” ucap Yeonmi sebelum masuk ke kamarnya.
***
Ceklek! Sungmin membuka pintu rumahnya perlahan. Jam sudah menunjukkan pukul 11:45 pm KST. Sudah cukup larut. Ia berharap Kwangmin, oppanya, sudah tertidur lelap. Klik. Terang. Sosok yang ia takutkan kini sudah berdiri di hadapannya.
                “Mau menukar kunci?” ujar Kwangmin setelah menyalakan lampu dan menunjukkan kunci mobil Sungmin.
                “Ne. Ku harap kau tak marah mengetahuiku menculik Silky Blue milikmu,” ucap Sungmin setelah menampakkan smirk khasnya.
                “Lupakan! Kau mau tidur dimana malam ini?”
                “Memang kau masih mau menampungku, hm?”
                “Jaga bicaramu! Kau ini dongsaengku! Mana mungkin aku tak mau menampungmu!”
                “Eoh? Dongsaeng? Jinjja? Kau masih menganggapku sebagai dongsaengmu rupanya? Sungguh mengharukan. Haha!”
Kwangmin langsung mengerucutkan bibirnya setelah mendengar kalimat Sungmin barusan. Ia berusaha meredam amarahnya. Ia sungguh tak mau jika Sungmin pergi lagi meninggalkannya. Hanya dia yang ia miliki.
                “Terserah! Kalau kau mau tidur di sini, masuklah! Kalau tidak silahkan pergi!” ujar Kwangmin sambil berlalu.
                “Yak! Kau mengusirku eoh?! Yak! Pikachu pabo nappeun! Huwaaaa!!!”
                “Mwo? Itu terserah kau saja. Aku tak mengusirmu. Bukankah kau sendiri yang menyuruhku untuk tidak mencampuri urusanmu?” sangkal Kwangmin enteng.
                “Geurae. Baiklah. Mianhae, karena telah mengganggu tidur nyenyakmu. Aku pergi. Annyeong. Jangan harap aku kembali ke rumah ini lagi bahkan menginjakkan kaki di sini,” Sungmin memberengut lalu mulai melangkahkan kakinya keluar.
                “MIIINGG! Kembali atau aku akan memukul kepalamu!” omel Kwangmin sambil menarik lengan Sungmin.
                “Yak! Kau merindukanku eoh?” Sungmin mengerling nakal ke arah Kwangmin.
                “Memangnya kau pikir apa hah?! Aku sudah mencarimu kemanapun?! Bahkan kau melarang aku masuk ke kantormu kan?! Apa maksudmu? Kau tidak ingin bertemu denganku?!” omel Kwangmin yang langsung berteriak-teriak.
                “Aku sibuk dan tak bisa diganggu, mengertilah. Ya sudah kalau begitu. Kamarku... Aku merindukanmu...” Sungmin dengan watadosnya langsung pergi ke kamarnya.
Kwangmin hanya menatap kesal punggung dongsaengnya itu. Wajah namja itu terlihat seperti pakaian kusut yang tak pernah dicuci. Ia akhirnya mengikuti dongsaengnya masuk. Kwangmin masih tersenyum kecut mengamati yeoja tomboy itu.
Bruk! Sungmin langsung merebahkan tubuh lelahnya ke tempat tidur bernuansa merah itu. Ia menerawang ke langit-langit kamarnya yang bernuansa hitam putih itu.
                “Semua bukti itu tak mengarah padaku, siapa yang ia tuju? Bukankah yang melakukan itu hanya aku? Ah sudahlah, lagi pula itu bukan urusanku,” pikir Sungmin bingung kemudian langsung menarik guling dan memeluknya erat.
Ceklek! Pintu kamar Sungmin langsung terbuka. Namja tampan itu hanya bisa berdecak kesal memandang dongsaengnya yang masih tiduran itu.
                “Apa kau mau tidur dengan badan penuh keringat begitu? Mandilah dulu, lalu makan,” ujar Kwangmin dari balik daun pintu kamar Sungmin.
                “Hem, ne, arraseo,” Sungmin bergegas ke kamar mandi, membersihkan badannya.
45 menit kemudian, Sungmin sudah keluar kamarnya dengan berbalut hotpans dan T-Shirt longgar berlengan panjang berwarna putih. Sungmin langsung berlari ke arah oppanya yang sedang menyiapkan makanan.
                “Oppa masak apa?” tanya Sungmin.
                “Tumben sekali kau tak memanggilku dengan sebutan Pikachu pabo?” Kwangmin tak segera menjawab pertanyaan Sungmin.
                “Baiklah. Aku tarik ucapanku tadi. Pikachu pabo, kau masak apa?”
                “Ttaebokki dan nasi goreng kimchi.”
                “Memang kau bisa masak? Jangan sampai aku tidak masuk sekolah selama seminggu karena memakan masakanmu.”
                “Jangan menghinaku Minnie jelek!”
                “Chakkaman! Bukankah Pikachu pabo lebih jelek dariku?” balas Sungmin sambil menjulurkan lidahnya.
                “Aish! Sudahlah. Kajja kita makan, perutmu sudah berbunyi. Bertengkarnya nanti lagi,” ucap Kwangmin sambil mengacak rambut dongsaengya.
Sungmin hanya tersenyum mendapat perlakuan seperti itu dari oppanya. Sudah sangat lama. Ya, cukup lama hubungan keduanya merenggang. Bahkan tegur sapa pun jarang. Entah ada malaikat darimana yang mau mempersatukan keakraban mereka kembali. Kwangmin dan Sungmin makan malam dengan tenang namun disertai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk basa-basi dan akhirnya candaan lah yang muncul di antara keduanya untuk menghilangkan kesan canggung di antara keduanya.
                “Haaaah... Aku sudah kenyang. Sudah ya, aku mau tidur dulu,” ucap Sungmin sambil menguap.
                “Ne, jaljayo. Nice dream Minnie-ah,” Kwangmin mengecup singkat kening dongsaengnya, hal yang sejak kecil bisa membuat Sungmin berhenti bermimpi buruk.
Sungmin berjalan gontai menuju ke kamarnya. Hingga... Tek! Ceklek! Bruk! Setelah mengunci pintunya, Sungmin kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur king sizenya, dan mulai melayang ke alam mimpinya hanya dalam beberapa detik. Sepertinya ia sungguh kelelahan hari ini.
***
Tok... Tok... Tok... Tok...                
Yongkyo membuka pintu rumahnya malas. Ia masih baru terbangun dari tidurnya. Rambutnya masih acak-acakan. Dan positifnya, ia belum mandi. Matanya pun masih tertutup. Seorang namja tinggi hanya tersenyum melihatnya.
                   “Ku rasa kau harus bangun dari tidurmu Nona Jung,” suara itu langsung membuat Yongkyo membuka matanya.
                   “Gongchan?” Yongkyo kembali melebarkan matanya yang hampir tertutup lagi.
                   “Ne. Kajja kita berangkat bersama lagi.”
                   “Kau masih mau datang kemari setelah insiden memalukan kemarin?” Yongkyo menatap Gongchan tak percaya.
                    “Hanya insiden kecil seperti itu. Sudah cepatlah kau mandi dan berangkat.”
                    “Ne, ne,” Yongkyo segera masuk kembali ke dalam rumahnya.
***
Tok... Tok... Tok...
                   “Yeonmi, ireonna! Ini sudah siang! Kau mau berangkat sekolah jam berapa?!” panggil eomma Yeonmi ah anni mungkin lebih tepatnya terdengar seperti teriakan.
                   “Emh.. Ne eomma, 5 menit lagi,” lenguh Yeonmi.
                  “5 menit atau 5 jam?” seru seseorang.
                  “Ngg... Tidak tau,” jawab Yeonmi asal.
Yeonmi mendelik lalu bangun, mempertajam pendengarannya. Benarkah ia tidak salah dengar? Suara itu begitu terdengar mirip seseorang.
                   “Suara siapa itu? Bukan suara eomma ataupun appa, apalagi suara oppa. Bukankah aku kini seorang anak tunggal?” batin Yeonmi bingung.
Yeonmi merasa ada sesuatu yang memperhatikannya. Yeonmi menolehkan kepalanya ke sebelah kirinya perlahan.
                     “Kyaa!! Sedang apa kau di sini?!” teriak Yeonmi kaget.
Seseorang itu menatap Yeonmi dengan wajah datar, polos, dan pabo. Ia tampak tak memperdulikan pertanyaan Yeonmi barusan.
                  “Sehun-ssi, sedang apa kau di sini? Kenapa kau bisa masuk?” tanya Yeonmi heran.
                  “Aku? Aku tentu saja menunggumu bangun. Tapi sayang, kau tak bangun bangun,” jawab Sehun watados.
Yeonmi hanya melongo mendengar jawaban Sehun. Sehun menatap ke arah lain kemudian ia mulai melihat jamnya sekilas, 06:15 am.
                   “Ekhem, kau mau mandi jam berapa? Ini sudah cukup siang.”
                   “Memang jam berapa? Bukannya baru jam 05:30?”
                   “Mwo? Jam 05:30 darimana? Ini sudah jam 06:18. Kalau kau tak segera mandi kita akan terlambat!”
Yeonmi mengedipkan kedua mataya. Imut. Yeoja yang sama lolanya seperti Sehun itu seperti sedang berpikir sebentar. Tiba-tiba raut wajahnya berubah. Ia seperti teringat sesuatu.
                    “Hah? Wah... Gawat... Bagaimana ini?!” seru Yeonmi tiba-tiba dan segera melesat ke kamar mandi, sedangkan Sehun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Yeonmi yang nampak seperti seorang bocah TK.
Tap... Tap... Tap...
Tak perlu menunggu lama, Yeonmi sudah cantik dan rapi dengan seragam sekolahnya. Ia segera berlari ke meja makan.
                    “Sehun-ssi, kajja! Kita sudah terlambat,” seru Yeonmi sembari mengambil roti tawar dua lembar.
                   “Eoh? Kau sudah siap? Cepat sekali,” jawab Sehun heran.
                   “Jangan tanya masalah itu. Ayo, kita berangkat! Eomma, appa. Kami berangkat dulu ya,” teriak Yeonmi sambil menarik tangan Sehun keluar rumahnya dan membawanya ke garasi.
                  “Eh, eh, eh. Aku bawa mobil. Pakai mobilku saja,” ujar Sehun.
                  “Ah, ne. Kajja.”
Mereka mulai memasuki mobil sport milik Sehun. Setelah keduanya memasang seatbelt, Sehun langsung tancap gas. 120 km/jam. 15 menit kemudian mereka sudah sampai di sekolah.
                 “Sudah ya, oppa. Aku ke kelas duluan! Pai,” seru Yeonmi dan segera berlari ke rumahnya.
                 “Oppa? Dia memanggilku oppa? Wahh... Yeay!” ujar Sehun bingung yang tiba-tiba jadi girang.
Sehun mulai membalikkan badannya. Ia berjalan menuju kelasnya. Sepanjang koridor, Sehun terus tersenyum senang. Hal ini membuat semua teman yang melewatinya merasa takut pada sikap Sehun yang tidak seperti biasanya.
***
                   “Yak! Yongkyo-ah!” suara itu langsung membuat Yongkyo mengendikkan alisnya.
Tap. Ia langsung berbalik. Di hadapannya sudah berdiri seorang namja tampan. Yongkyo menaikkan sebelah alisnya. Menatap detail namja itu dari atas ke bawah.
                    “Wae geurae?” tanya Yongkyo.
                    “Yongkyo-ah, kau tahu dimana Sungmin?” tanya namja itu.
                     “Molla. Dia tak bersamaku. Dan... Tumben sekali kau tak memanggilku dengan sebutan ‘yeoja pianika’?”
                      “Aish. Terserah kau saja,” ucap namja yang ternyata Kwangmin itu.
                      “Eh, tumben sekali kau menanyakannya? Kalian sudah baikan?”
                       “Anni. Kami masih perang dingin walau sudah sedikit mencair,” ucap Kwangmin sebelum pergi meninggalkan Yongkyo yang masih heran dengan ucapan Kwangmin barusan.
***
Sunyi. Yang terdengar hanyalah kriet-kriet ranting yang baru saja tertiup angin. Semilir lembut itu menerbangkan rambut seorang yeoja cantik yang masih terdiam. Matanya terpejam seakan menikmati setiap terpaan angin itu. Daun-daun kering menambah suasana sunyi di tempat itu. Awal musim gugur, musim yang paling dibenci oleh yeoja itu. Musim yang selalu saja mengingatkannya pada masa lalunya. Mengingatkannya akan kematian tragis yang dialami oleh appanya. Mengingatkannya pada saat eommanya frustasi akan kematian appanya kemudian memutuskan untuk terjun ke Sungai Han dan akhirnya meninggal di sana. Mengingatkannya juga pada awal mula perang dinginnya dengan oppanya sendiri.
  “Minwoo-ah, aku tak sebodoh itu. Kau sudah tahu jika aku pembunuhnya kan? Mianhae, aku melakukannya hanya demi satu hal. Demi appaku. Apakah aku sejahat itu? Sudah 4 nyawa yang terbayar. Sampai kapan pun aku tak akan berhenti,” gumam Sungmin sangat lirih dengan suara yang hampir tak terdengar.
Suasana sunyi itu kembali menyergap. Desiran angin terasa semakin kencang. Dua orang namja berdiri di dua sisi berbeda. Mereka menatap lekat yeoja yang sedang berdiri itu. Salah seorang dari kedua namja itu mulai mendekatinya perlahan. Hingga...
Grep! Bugh! Bugh! Bruk! Grep! Namja itu terjatuh dan menarik sang yeoja hingga kini tubuh yeoja itu berada di atas tubuh si namja.
                   “Arrghhh..” suara itu seperti...
                “Kai?!” Sungmin membelalakkan matanya.
Grep! Kepala Sungmin kini berada di dada bidang namja itu. Tangan Kai menahannya agar tak berdiri sehingga terlihat seperti Sungmin sedang menindih Kai. Namja lain yang sedang menatapnya terlihat begitu marah. Matanya nampak memerah, begitu pula wajahnya. Ne, dia adalah Minwoo. Namja itu langsung pergi dari tempat itu.
             “Yak! Singkirkan tanganmu dariku!” omel Sungmin.
             “Sirheo! Bukankah kau seperti namja? Harusnya dengan mudah kau melepaskan diri dariku,” Kai membalasnya dengan santai.
             “Heh! Yadong akut! Ppali! Cepat lepaskan aku! Kau pikir tubuhku sebesar dirimu, eoh?!”
             “Bamsae neoman saenggakhe. Again neoreul ijeul su isseulkka? Eonjekkaji naneun ireolkka? (Semalaman memikirkanmu saja. Apakah dapat melupakanmu? Sampai kapan aku begini?)” gumam Kai.
              “Mwo?!” sungguh Sungmin tidak mengerti.
              “Nan jeongmal saranghaeyo, Sungmin-ah.”
              “Kai...”
              “Geumanhe. Aku akan baik-baik saja walaupun aku tau kau tak akan membalas perasaanku.”
              “Kai...”
              “Diamlah. Dan... Jangan bergerak. Aku ingin merasakan kehangatanmu untuk yang terakhir kali,” Kai semakin mengeratkan dekapannya.
Sungmin menurut. Ia terus diam. Kai tak membiarkan angin sedikitpun membuat celah di antara keduanya. Perlahan dekapan itu mulai terlepas. Sungmin langsung berdiri dan membetulkan pakaiannya. Kai sudah berdiri di hadapan Sungmin. Ia tersenyum, senyuman yang lebih manis dari biasanya.
              “Neo-ui gieogi nan jiwo jiji anha. (Ingatan tentangmu bagiku tidak terhapus),” ucap Kai masih dengan senyuman manisnya.
              “Ne?” Sungmin mengedip-ngedipkan matanya tanda tidak mengerti.
              “Neol saranghago isseo. (Aku mencintaimu).”
              “Kai... Aku...”
             “Aku akan pindah ke Jepang. Untuk waktu yang lama atau... mungkin tidak. Jangan khawatir, aku akan selalu mengabarimu tentang apa yang terjadi dan juga keadaanku.”
             “Wae? Gajima.”
             “Aku... Aku akan menjelaskannya suatu hari nanti.”
Kai tersenyum sekilas ke arah Sungmin. Dengan berat hati, Kai melangkahkan kakinya meninggalkan Sungmin. Grep! Tangan mungil itu melingkar di sekitar dada Kai. Sungmin memeluknya dari belakang.
***
             “Aku seperti mengenal namja bermasker bernama L itu,” ucap Kwangmin sambil terus membolak-balikkan kertas yang ada di tangannya.
            “Oppa yakin?” Yeonmi menatap Kwangmin dalam.
            “Sangat yakin. Tapi sayang, aku masih belum ingat itu mata siapa. Huh,” Kwangmin langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa di sebelah Sehun.
            “Dia benar-benar hebat. Tidak ada bukti yang bisa digunakan untuk mengetahuinya. Baru pertama kali aku menemukan hal sesulit ini,” ucap Sehun.
            “Hyung, kata-katamu bagus. Tumben sekali kau pintar. Kau menyontek dimana?” cibir Kwangmin.
            “Aish! Diamlah kau!” Sehun langsung melemparkan bantal yang ada di punggungnya ke arah Kwangmin.
           “Sudahlah jangan bertengkar hanya karena masalah sepele seperti itu,” Yeonmi mencoba menengahi.
***
Tuk! Sungmin meletakkan headphonenya ke meja. Ia memandangi sekilas tangan kirinya. Ia terdiam sesaat. Ceklek! Pintu kamarnya kini telah terbuka. Kwangmin mulai mendekati dongsaengnya.
           “Annyeong... Kenapa ada masker di sini?” tanya Kwangmin setelah merebahkan tubuhnya di ranjang king size milik Sungmin.
           “Siapa yang mengizinkanmu masuk ke sini?” Sungmin menatap Kwangmin dengan tatapan sinisnya.
           “Aku setiap malam ke sini tanpa izin,” jawab Kwangmin yang tidak nyambung sama sekali dengan pertanyaan Sungmin barusan.
          “Mwo?! Untuk apa?”
         “Mengecup keningmu. Kau selalu bermimpi buruk jika aku tidak melakukan hal itu.”
Sungmin hanya terdiam. Ia menundukkan kepalanya. Blushing! Kedua pipinya memerah. Walaupun sekeren itu, di hadapan Kwangmin ia hanya seorang dongsaeng yang begitu lucu. Kwangmin tersenyum menatapya.
        “Apa yang kau inginkan?” tanya Sungmin.
        “Kembalinya seorang Jo Sung Min menjadi dongsaengku yang dulu,” jawab Kwangmin.
        “Akan ku pikirkan.”
       “Mendengarmu berbicara seperti itu membuatku bahagia.”
      “Lalu kenapa kau masih di sini?”
      “Kemampuanmu... Kenapa kau tak pernah mau membantu kami untuk mencari seorang L? Tidakkah itu kasus yang membuatmu tertarik? Bahkan setiap ada berita tentang L kau akan selalu menontonnya.”
       “Aku bukan orang yang santai. Aku sosok orang cukup sibuk. Aku tidak memiliki waktu untuk itu.”
       “Itulah alasan semua orang memilihmu.”
       “Apa maksudmu?”
      “Kau lebih berguna dibandingkan denganku.”
Kwangmin bangkit dari ranjang Sungmin. Ia tersenyum ke arah Sungmin dan mendekatinya. Pluk! Ia mengusap puncak kepala Sungmin pelan. Sungmin hanya menatap kepergian namja itu.
***
Minwoo menepikan Silver Hawknya di halaman rumahnya yang cukup luas. Ia menatap cip di tangannya. Bruk! Tiba-tiba seekor kucing masuk ke dalam mobil Minwoo dan membuat cip itu terjatuh.
           “Omo! Yak! Cip ku!” teriak Minwoo sambil menurunkan kucingnya.
Minwoo terus mencari-cari cipnya, tapi sayang tidak ketemu. Ia terus memutari sekeliling mobilnya mencari cip itu. Lagi-lagi tidak ketemu. Karena kesal, ia kemudian masuk ke rumahnya dengan sedikit bantingan pada pintunya.
***
#FLASHBACK POV#

Entah apa yang sedang Sungmin lakukan. Kode-kode itu terus memenuhi layar iPadnya. Processing. Pip. Success. Sesaat ia menampilkan smirknya. Ia langsung memasukkan beberapa nomor di layarnya. Klik. Tombol hijau berbentuk telepon itu menyala. Calling. Terdengarlah nada panggilan. Connected.
            “Tuan Jin Soo Man?” ucapan Sungmin dibuat seperti suara lain.
            “Ne?” balasnya.
            “Aku mempunyai berkas-berkasmu. Hasil penggelapan uangmu.”
            “Mwo?! Tidak mungkin!” suara diseberang terdengar begitu shock.
           “Kau bekerja sama dengan dongsaengmu kan? Yang bernama Tuan Jin Song Man?”
           “Sebenarnya apa maumu?”
            “Kau tanya keinginanku? Cukup mudah. Berikan berkas-berkas tentang agresi militer tahun 2001. Temui aku di Jalan Yuwon-il-gu. Pukul 9:00 am tepat. Telat, sampai bertemu di penjara.”
            “Kau pasti L kan?! You’re bastard, L!”
            “Bingo! Kau sudah tahu kan kelebihanku? Bagaimana?”
            “Baiklah. Seperti yang kau ucapkan.”
Pip. Sungmin tersenyum senang. Tapi masih ada rasa gundah di hatinya. Siapa pelaku utama itu? Ya, itulah yang ada dalam pikiran yeoja itu. Yongkyo yang sedang menyetir Sweety Yellow miliknya menatap Sungmin.
             “Kau berlaku terlalu keren untuk seorang yeoja,” canda Yongkyo.
             “Ye?” Sungmin masih belum mengalihkan pandangan dari iPad miliknya.
             “Mungkin jika kau seorang namja aku akan menyukaimu.”
             “Jika aku namja, aku tak akan memilihmu. Kau terlalu aneh dan hyperaktif. Aku lebih menyukai yeoja sexy, dan semacamnya,” ucap Sungmin santai dan langsung mendapat pendelikan khas Yongkyo.
              “Yak! Ada apa dengan otakmu, Sungmin-ah?! Jangan-jangan Kai menularkan virus yadong padamu!!”
              “Pabo! Sudah sana menyetir dengan benar!” ucap Sungmin santai.
Yongkyo menghembuskan poninya kesal. Terkadang, Sungmin akan menampilkan sisi menyebalkannya. Hal inilah yang paling dibenci Yongkyo. Sungmin sendiri masih dengan santainya mendengarkan musik.
Ciiit! Jin Soo Man dan Jin Song Man sudah tiba lebih dulu di sana. Sungmin langsung keluar dari mobilnya. Tangan kirinya memegang berkas itu. Wajahnya benar-benar tertutup. Masker, tudung jaketnya, dan softlensnya berhasil membuatnya seperti orang lain. Lebih tepatnya seperti seorang namja. Ia hanya berbalut kaos hitam, jaket kulit, dan jeans hitam yang membuat orang yakin, ia benar-benar seorang namja.
               “Ige berkas-berkas yang kau inginkan! Mana berkas-berkasku?” Jin Soo Man langsung melemparkan berkas yang ia pegang ke arah Sungmin.
Grep! Dengan lincah Sungmin menangkapnya dengan satu tangan. Ia membuka kumpulan kertas itu dengan teliti. Ada sebuah disket. Agresi militer 2001. Itu judulnya. Bingo! Ini yang ia cari selama ini. Ia langsung melemparkan berkas yang ada di tangan kirinya pada Jin Song Man.
              “Kami tidak dengan mudah melepaskan berkas itu! Kembalikan atau kau mati di tangan kami!” ucap Jin Soo Man sambil mengeluarkan pistolnya, begitu pula dengan Jin Song Man.
              “Kalian yakin akan melawan sosok L?” Sungmin seperti menyimpan sesuatu di balik badannya.
Kedua pistol itu tepat mengarah pada bagian kepala dan jantung Sungmin. Tangan mereka sudah siap untuk meluncurkan peluru itu. Dor! Dor! Tembakan pertama. Dor! Dor! Tembakan kedua. Berhasil yeoja itu hindari hanya dengan merunduk. Dor! Dor! Dor! Dor! Tepat sasaran. Tembakan dari Sungmin berhasil membuat kedua namja itu terkapar bersimbah darah beserta berkas keburukan mereka di tangannya masing-masing. Ya, apa lagi selain berkas penggelapan uang mereka.
***
Brak! Bugh! Bugh! Bugh! Brak! Entah sudah menjadi apa wajah Sungmin dan tubuhnya. Ia terus diserang oleh namjadeul berotot besar itu. Ia boleh kalah saat ini, tapi tidak untuk nanti. Darah segar terus mengalir dari mulutnya. Ia sedang sakit, tubuhnya terlalu lemah untuk melawan mereka. Bruk! Punggungnya mendarat tak mulus di tembok bercat putih itu. Aneh. Senyuman manisnya itu terus muncul dari balik masker hitamnya.
              “Jadi kau yang bernama ‘L’ itu? Begitu lemah dan menyedihkan,” ucap Yang Min Hyun, target ke-4 Sungmin.
Sret! Yang Min Hyun langsung menarik masker yang tergantung di wajah Sungmin. Tereksposlah wajah Sungmin sesungguhnya. Ia tersenyum, hal ini membuat Yang Min Hyun sedikit khawatir.
              “Neo!” Yang Min Hyun membelalakkan matanya.
              “Jal jinaeseyo, ahjussi? Selamat tinggal,” ucap Sungmin, yang lagi-lagi tersenyum.
Dor! Dor! Dor! Darah segar itu terus menetes dari tubuh Yang Min Hyun. Bruk! Namja itu terjatuh dan menampakkan sosok Yongkyo yang masih mengarahkan pistolnya ke arah Yang Min Hyun.
             “Yak! Wajahmu penuh luka! Sudah ku bilang kan?!  Jangan lakukan hal seperti itu lagi!” omel Yongkyo sambil membantu Sungmin berdiri.
              “Itu karena aku tau kau lemah. Jika aku tidak melakukannya. Kita pasti akan kalah,” ucap Sungmin santai.
               “Aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiranmu,” gerutu Yongkyo.

#FLASHBACK POV END#
***
Sungmin masih duduk di kursinya. Tangannya sibuk menandatangani berkas-berkas di hadapannya. Sungmin, ia adalah pewaris utama JM Group. Perusahaan besar yang bergerak di bidang komunikasi, pertambangan, industri pemasaran, dan transportasi. Kedua orangtua mereka sengaja mewariskannya pada Sungmin karena mereka menganggap Sungmin lebih mampu melakukannya dibanding Kwangmin.
Tok... Tok... Tok...
              “Ne?” mata Sungmin tetap tak teralihkan dari kertas-kertas di hadapannya.
              “Nona muda Jo, bolehkah saya masuk?” sahut suara dari luar.
             “Ne, masuklah.”
Yeoja yang tampak lebih tua beberapa tahun dari Sungmin langsung membuka pintu ruangan Sungmin. Ia membungkukkan tubuhnya sedikit. Sungmin langsung merapikan berkas-berkasnya. Yeoja itu tampak rapi dengan setelan resminya.
              “Wae geurae?” tanya Sungmin.
              “Sajangnim, tadi saya menerima telepon dari Nona Park Tae Rin. Dia bilang ingin bertemu dengan sajangnim di Coco Cafe.”
              “Ah, ye. Gamsa hamnida Injung-ssi. Tolong rapikan mejaku,” ucap Sungmin sambil meletakkan pulpennya.
***
Sungmin menghentikan langkahnya sebentar. Ia membetulkan jas kerjanya. Begitu terlihat formal. Ia langsung melangkahkan kakinya. Grep! Chu~ Bibir itu langsung menyentuh bibir Sungmin. Plak! Tangan Sungmin mendarat di pipi mulus namja di hadapannya. Her first kiss! Buliran air mata membasahi kedua pipi yeoja itu.
                “Saekki namja!” bentak Sungmin, ia langsung melangkahkan kakinya meninggalkan namja itu.
                 “Neo gateun yeoja jinjja cheo eumiya. Namjaneun da nikkeoran saenggakhe? (Baru tau ada wanita sepertimu. Kau pikir lelaki semuanya milikmu?)” ucapan namja yang ternyata adalah Minwoo itu langsung membuat Sungmin menghentikan langkahnya.
Plak! Tamparan kedua itu mendarat lagi di pipi yang barusan Sungmin tampa. Grep! Tangan Minwoo mencengkeram pergelangan tangan Sungmin. Mata itu langsung mengunci tatapan Sungmin.
                “Kau bersama Kai-hyung kemarin. Tampak mesra. Kenapa kau melakukannya?” ucap Minwoo.
                “Tidak ada hubungannya denganmu. Kau bukan siapa-siapaku. Kau tak berhak mengaturku. Lepaskan!”
                “Tidak akan.”
                “Wae? Kau cemburu padaku, hm? Itu tidak mungkin, kan? Lepaskan aku.”
                “Ne. Aku cemburu. Kau dengar? Aku cemburu. Aku mencintaimu. Saranghae.”
Cengkeraman Minwoo mengendur setelah mengucapkan ‘saranghae’ pada Sungmin. Sungmin menatapnya dingin. Yeoja itu melepaskan tangannya dari cengkeraman Minwoo dan pergi.
               “Kau harus menjadi milikku Minnie Mouse. Akan ku lakukan apapun. Tak ku biarkan Kai-hyung mendapatkanmu,” batin Minwoo.
***
Coco Cafe. Tulisan itu terpampang jelas di atas pintu kaca di hadapan Sungmin. Sungmin menunduk sebentar. Suasana hatinya mendadak berubah lagi. Ia langsung melangkah masuk ke cafe itu dengan langkah riang. Bola matanya terus berputar mencari sosok yang dicarinya. Park Tae Rin. Yeoja itu tampak sedang berbincang dengan seorang namja tampan. Sungmin berjalan mendekati mereka berdua.
               “Jeosonghamnida, apa kedatanganku mengganggu kalian?” ucap Sungmin sambil membungkukkan sedikit badannya.
               “Kau yang bernama Jo Sung Min? Anni. Kau tak mengganggu kami. Malah kami yang mengharap kedatanganmu, Sungmin-ssi,” ucap namja itu sambil tersenyum.
Sungmin menaikkan sebelah alisnya. Ia bingung. Tatapan tajamnya mengarah pada Taerin seakan mengisyaratkan sesuatu pada yeoja itu. Taerin hanya tertawa kecil melihat ekspresi sahabatnya.
              “Duduklah Minnie, jangan terlalu formal begitu,” ucap Taerin.
             “Ehm, jadi ada apa?” tanya Sungmin.
             “Aku ingin berpamitan padamu,” jawab Taerin dengan senyuman manisnya.
             “Mwo?! Yak! Neo...” Sungmin menatapnya kaget.
             “Ne, Sungmin-ssi. Aku akan membawanya ke China setelah pernikahan kami,” ucap namja itu.
            “Kau sudah menikah dengannya? Jadi dia neoui nampyeon?” Sungmin menatap sepasang suami istri itu seolah dengan pandangan tak percaya.
            “Kau tak percaya padaku?” tanya Taerin.
            “Sepertinya. Tapi, bagaimana bisa?”
            “Kau tau kan V-Ka Bar bangkrut? Waktu itu aku benar-benar frustasi setelah V-Ka Bar milikku bangkrut. Kau tau? Rasanya aku ingin mati saat itu. Aku bahkan hampir melompat ke Sungai Han. Untungnya ada dia, Xi Lu Han. Luhan lah yang menyadarkanku. Ia yang mengubahku seperti saat ini. Ia bahkan menikahiku. Lihatlah aku. Aku sudah tidak terlihat yadong seperti dulu kan?” cerita Taerin panjang lebar.
            “Ehm, sepertinya kau masih terlihat sedikit yadong,” Sungmin lagi-lagi bicara blak-blakan.
Pletak! Jitakan Taerin mendarat dengan indahnya di kepala Sungmin. Sungmin mengaduh sedikit. Perilaku kedua yeoja ini berhasil mengundang tawa Luhan. Luhan bahkan tak berhenti tertawa melihat aksi konyol kedua yeoja ‘weird’ ini.
***
Yongkyo sedang membicarakan hal menarik bersama Sungmin. Mereka terlihat sangat tertarik dengan hal yang masing-masing mereka ucapkan. Sungmin dan Yongkyo kadang tertawa bersama dan tiba-tiba diam tetapi sedetik kemudian tertawa lagi. Seketika tawa mereka mereda setelah seseorang mendekati mereka.
              “Yongkyo-ah, sepertinya aku harus pergi,” Sungmin menatap dingin Kwangmin sekilas sebelum berlalu.
Kwangmin menatap punggung dongsaengnya yang semakin menjauh. Yongkyo mendekatinya sambil tersenyum. Kwangmin malah menatapnya aneh.
              “Gidaryeobwa. Neoui nari godol tenikka (Coba tunggulah. Karena harimu pasti segera datang),” Yongkyo menggenggam erat tangan Kwangmin seakan membagi kekuatan yang dimilikinya pada Kwangmin agar namja itu tetap bertahan menghadapi dongsaengnya.
            “Ireon hyeonsiri nan sirheo. (Kenyataan seperti ini aku tidak suka)”, ucap Kwangmin.
***
Mata Sungmin masih belum teralihkan dari laptopnya. Pekerjaannya semakin banyak. Ia menatap sekilas jam yang ada di samping laptopnya. Sudah terlalu larut untuk lembur.
             “Mungkin lebih baik aku tidur di sini saja,” gumam Sungmin sambil melepaskan dua kancing kemejanya.
Sungmin menghempaskan tubuhnya ke kursinya. Laptopnya masih menyala. Sesaat ia memegangi kepalanya yang terasa pusing. Ya, proyek yang harus dijalankannya karena harabojinya. Mereka semua menyuruh Sungmin untuk mengurusi hampir semua perusahaan. Untuk Kwangmin, hanya diberi satu perusahaan untuk dijalankan. Sedangkan yang lain milik Sungmin.
            “Hoaaaam... Kepalaku semakin terasa berat,” Sungmin menguap lebar.
Drrrttt.... Drrrttt...
Ponselnya bergetar. Ia hanya memandangi ponselnya saja yang terus berdering dan terdengar nada dering. Ia kemudian mengambilnya. Haraboji. Itulah nama yang tertulis di layar ponselnya.
“Untuk apa malam-malam begini haraboji meneleponku?” gumam Sungmin sambil menggeser tombol hijau di layar ponselnya.
‘Sungmin-ie! Apa kau sudah tidur?’ suara khas itu mulai terdengar di telinga Sungmin.
‘Aku belum tidur haraboji. Waeyo?’
‘Besok haraboji akan datang menjemputmu. Tepat pukul 6:30 pm. Haraboji akan meminta izin pada songsaenimmu.’
‘Mwo? Untuk apa haraboji? Itu terlalu berlebihan. Jika haraboji ingin menemuiku pukul 9 malam saja.’
‘Tidak bisa. Kita akan melakukan pertemuan keluarga besok.’
‘Bisakah diundur saat hari libur saja? Jebal haraboji.’
‘ANNI!’
Pip. Sambungan telepon itu langsung mati mendadak. Sungmin menatap kesal ponselnya. Apa maunya haraboji? Apakah tidak ada hari selain besok? Sungmin yang kesal langsung membantingkan tangannya ke meja.
***
Sungmin baru saja akan maju untuk menuliskan jawabannya di papan tulis. Tiba-tiba beberapa orang berpakaian ala parlente masuk dan langsung membawa pergi layaknya seperti seorang tahanan. Teman-teman sekelasnya memandang takjub adegan yang seperti film itu. Salah seorang dari mereka masuk dan membungkukkan badannya pada Kim songsaenim.
          “Kami meminta izin pada Kim songsaenim untuk membawa Nona Muda Jo pergi. Ini surat izinnya. Gamsa hamnida,” ucap orang itu sambil memberikan sebuah amplop pada Kim songsaenim.
Orang itu langsung pergi setelah Kim songsaenim menerimanya. Semuanya masih terbengong memandangi hal itu kecuali Yongkyo dan Yeonmi yang memang sudah tahu latar belakang keluarga Jo. Tapi yang mereka berdua pikir adalah ‘Ada apa sebenarnya? Apa terjadi sesuatu pada Sungmin?’
         “Wuah keren... Sungmin memang keren ya,” komentar salah seorang namja di kelas itu.
         “Aku tak menyangka akan sekelas dengannya. Keren...” komentar yang lain.

To Be Continued...

Gimanakah readerdeul? Silahkan berkomentar ria tentang FF ini, kkk~. Gomawo udah mau baca FF ini ^^

Senin, 11 Maret 2013

ARTI NAMA PERSONIL SUPER JUNIOR

Leeteuk:
Park Jung soo yg mempunyai arti.
"jalan penghidupan yg
tentram,merdeka,Bahagia Dan sempurna.
Heechul:
Kim Heechul yg mempunyai arti.
"pekerjaan yg sempurna,harapan,baik Dan
sopan,pesta,kegembiraan Dan pernikahan.
Hangeng:
Hangkyung yg mempunyai arti.
"berkah tuhan,yg diberkahi Dan
kemerdekaan.
Yesung:
Kim Jong woon yg mempunyai arti.
"kekuatan,artistik,kehidupan rumah tangga
yg tentram.
Kangin:
Kim young woon yg artinya
"jalan penghidupan yg
tentram,rakus,kuat,kegembiraan,kemerdekaan,Bahagia
Dan sempurna.
Shindong:
Shin dong hee yg artinya
"hakim,pengadilan,pengobatanpun,pesta
Dan kegembiraan.
Sungmin:
Lee sungmin yg artinya.
"kecintaan Dan keBahagiaan,perjalanan yg
melelahkan,pekerjaan yg sempurna.
Eunhyuk:
Lee hyuk jea yg artinya.
"sebuah perjalanan jauh,alamat baik,sifat
pengasih Dan penyayang.
Donghae:
Lee donghae yg artinya.
"berkat tuhan,negeri Dan isinya,keteguhan
Dan kebijaksanaan.
Siwon:
Choi siwon yg artinya.
"kesempurnaan Dan
kebaikan.bersemangat,berpengetahuan Dan
keindahan.pengampunan,kemerdekaan Dan
suci.
Ryeowook:
Kim Ryeowook yg artinya.
"perasaan pada
keadilan,keteguhan,kebijaksanaan Dan
berpengaruh.
Kibum:
Kim Kibum yg artinya.
"berhasil dengan baik,cerdas Dan
beruntung,kesedihan Dan
kekurangan,sempurna,kegembiraan.sifat
ragu ragu,spiritual Dan mistik(?)
Kyuhyun:
Cho kyuhyun yg artinya.
" pengasih Dan penyayang,sifat ragu
ragu,prngorbanan,kesentosaan,Suka ilmu
pengetahuan,kebahagiaan,kehormatan
dalam pernikahan.

Sabtu, 09 Maret 2013

MUBANK JAKARTA


INSIDE THE VENUE. THE STAGE


Foto: #MUBANKJKT INSIDE THE VENUE. THE STAGE.

cr.anitaxie | V.SUJUalltheway05
PastaKyu


No live stream/live broadcast for #MuBankJKT Press con. it will be broadcasted later~

Super Junior is Eunhyuk / 2PM is Taecyeon / Infinite is Woohyun / Teen Top is niel will attend press conference MUBANK Jakarta

SIWON, KYUHYUN, AND SHINDONG SJ SAID THEY LIKE 'SOTO' 

Blue is everywhere now!! ELFs POWER!!

Fans started to switch on their lightstick. Sapphire blue ocean at GBK!!

Super Junior member use black shirt 

 Shindong say "bochyor bochyor" after saw Indonesia advertisement


Super Junior at the Press Conference of "Music Bank in Jakarta" 
Foto: Super Junior at the Press Conference of "Music Bank in Jakarta" 

cr. kpopzoneID | v.@SJFE_Sparkyu
PastaKyu

Foto: #MUBANKJKT Presscon Uri Super Juni-o-e-yo!!!!! 

by TabloidBintang | v. @EverLastingFann
PastaKyu

Foto: 130309 Mubank Jakarta Press Conference - Super Junior!

Cr:@ yes24indonesia | v.@SJFE_Jewels
PastaKyu

Foto: 130309 Mubank Jakarta Press Con - Another pic of our boys. SJ!  

Cr:@kpopzoneID | v.@SJFE_Jewels
PastaKyu

Everyone screaming and doing fanchant

Sapphire Blue Ocean at GBK

Foto: #MuBankJKT Sapphire Blue Ocean! So beautiful ♥ 

cr: sungjin101 | v.@ELFISHics
PastaKyu

ELF ARE SCREAMING "CHOO KYUHYUUN!!" 

Yesung is jealous of Kyuhyun because he looks very handsome wearing a batik

Foto: #MUBANKJKT This is CRAZY!!! ELF YOU ARE D A E A B A K 

cr.@krissome | V.Sup3rjunior, @SJFE_Sparkyu
PastaKyu

Foto: sapphire blue ocean at #MubankJKT 

cr.ny1031 | v.@SparkyuINA
PastaKyu

SHINee - Dream Girl MV

"alone" MV by sistar,all fanboy screaming

Foto: The press con. Eunhyuk like a boss wearing sunglass~

cr.@sujuquotes | v.@Sup3rJunior
PastaKyu

 Bonamana MV 

Kyuhyun Finally Found a matching BATIK for him, after rejecting 4 other models BATIK 

ELFs are shouted Donghae!, Kyuhyun!, Yesung!, Siwon!, Eunhyuk!, Ryeowook!, Shindong!, Sungmin!, Kangin! 

VCR opening!! 

opening national modern mix dance

Nadia Mulya & Andhika Pratama (MC from Indonesia) are ready. They are waiting for Kyuhyun

starting with a traditional dance from Indonesia. They show many kind of "batik" on VCR

All artist on the stage to say hello

,MC Kyuhyun and Taecyeon

Teen Top is the fist perform

kyu is not wearing batik but tuxedo

Kyu still not using batik!! MCs are Kyu, Taecyeon and Nadya Mulya from Indonesia

"Anda bersenang-senang? Terimakasih" - Kyuhyun

Foto: #MUBANKJKT Blur pic, but here's MC Kyuhyun! 

cr: ny1031 | v.@WorldWideELFs
PastaKyu

Kyu said: "Kami oke kan?"

Eunhyuk said: Siapakah tamu utama hari ini? Urineun Supeo Junieo!

Foto: #MUBANKJKT MC kyu look at something? :3  

cr.KIMHKY96 | V.Sup3rjunior
PastaKyu