Sabtu, 16 Juni 2012

[FANFICTION] 제자리걸음 (SUNFLOWER)


TITLE:제자리걸음 (SUNFLOWER)
AUTHOR: WULAN
GENRE: ROMANCE, ETC
LENGTH: ONE SHOOT
RATING: ABOVE 13 Y.O
MAIN CAST: LEE JI EUN AND JO YOUNG MIN
OTHER CAST: PARK JI YEON
**************************************
Huh, membosankan. Setiap hari seperti ini, kenapa Youngmin sekarang jadi sangat menyebalkan seperti itu? Rasanya ada yang berubah dari dirinya. Apa dia menyembunyikan sesuatu dariku? Ah, tidak mungkin. Youngmin kan kekasihku, mana mungkin dia menyembunyikan sesuatu dariku.
                “Jieun-ah, ada yang ingin aku katakan padamu,” ucapnya sambil memegang pundakku dan mengejarku.
                “Mwo, oppa?” tanyaku keheranan.
Youngmin langsung memelukku dengan erat. Aku hampir mati sesak napas karena saking eratnya pelukan itu. Dia kemudian melepaskanku dari pelukannya yang erat dan kedua tangannya langsung memegang kedua pundakku.
                “Mianhae, aku rasa aku telah banyak salah padamu. Selama ini sejujurnya aku sudah memiliki yeojachingu selain dirimu. Dan aku sangat mencintainya. Mianhae Jieun-ah. Lebih baik kita akhiri semua ini saja. Aku lebih menyayangi yeojachinguku selain kau,” ucap Youngmin yang tentu saja membuatku sakit hati.
Tanpa aku sadari, tanganku rileks menampar pipi kanan Youngmin. Aku yang tersadar langsung pergi dan menangis.

***

Apa maksudnya semua ini?! Berarti selama ini dia sudah mengkhianatiku. Dia sudah berpacaran dengan yeoja lain di belakangku. Tapi kenapa aku masih menyayanginya? Mataku terus menatap bunga matahari pemberian Youngmin saat pertama kita berpacaran.
Ya, saat itu, aku dan Youngmin baru saja menjadi sepasang kekasih, kami berjalan-jalan dan saat di pinggir danau dia memberiku sekuntum bunga matahari ini. Saat itu aku tidak mengerti kenapa Youngmin memberiku bunga matahari. Bukankah sepasang kekasih, pasti akan memberikan bunga mawar, tapi kenapa ini malah bunga matahari?
                ‘Bunga matahari?’ aku bingung.
                ‘Ne. Kau pasti bingung kenapa aku memberimu bunga matahari ini,’ ucap Youngmin.
Aku hanya mengangguk saja sambil memandangi bunga matahari itu dengan tatapan serius supaya aku mengerti maksud dari Youngmin itu.
                ‘Aku memberimu bunga matahari karena aku sangat berharap kau menjadi bunga matahariku karena aku adalah mataharimu. Bunga matahari akan selalu mengikuti arah matahari. Kemanapun matahari pergi dia akan mengikutinya. Jika tidak ada matahari, dia akan menguncup, tandanya dia sangat membutuhkan matahari. Dan aku sangat berharap kau bisa seperti itu,’ ucap Youngmin sambil tersenyum sangat manis.
Masa lalu yang sangat indah. Membuatku kembali teringat dengan semua ini. Itulah kenapa aku sangat suka dengan bunga matahari selama ini. Bahkan di kebun belakang rumahku aku mempunyai banyak bunga matahari yang aku tanam sendiri. Dan di kamarku, aku masih menyimpan bunga matahari pemberian Youngmin yang saat ini sudah layu. Seperti layunya diriku saat ini. Setelah Youngmin pergi dengan yeoja lain.
Kini aku benar-benar seperti bunga matahari sungguhan. Aku kehilangan matahariku. Dan membuatku semakin menguncup hingga layu. Aku terus bersembunyi di dalam bayangan semu ini. Andai kau tau oppa bahwa aku sangat membutuhkanmu.

***

Hari ini aku berangkat sekolah lagi dengan lesu. Aku sangat penasaran dengan yeoja yang sangat disayangi Youngmin. Yeoja itu berhasil mengalihkan perhatian Youngmin dariku. Seperti apa rupanya? Apa dia lebih baik dariku?
                “Lee Ji Eun?” tanya seorang yeoja yang menatapku dengan wajah seperti ketakutan jika aku akan membentaknya.
                “Ne. Nuguseyo?” aku bingung.
                “Anio. Naneun Park Ji Yeon imnida. Mannaseo bangapsumnida,” ucapnya sambil mengulurkan tangannya padaku.
                “Nado,” aku membalas uluran tangannya.
                “Aku sekarang satu kelas denganmu. Bisa kita berteman?” tanyanya.
                “Tentu saja,” jawabku.
                “Jinjja?”
                “Ne.”
Dia tersenyum senang dan langsung menggandeng tanganku. Aku baru pertama kali melihat yeoja yang seperti dia. Walaupun belum kenal bisa terlihat sangat akrab. Sepertinya dia akan menjadi teman yang baik untukku.

***
Aku kembali murung saat bel pulang telah berbunyi. Biasanya Youngmin akan datang ke kelasku setelah bel pulang berbunyi, dan kami akan pulang bersama. Sedangkan Jiyeon sedang telpon-telponan dengan namjachingunya.
                “Jieun-ah, waeyo? Kau keliatan murung terus dari tadi,” tanya Jiyeon yang kemudian duduk di sampingku.
                “Ah, anio, aku hanya teringat dengan namjachinguku dulu,” jawabku.
                “Lalu dimana namjachingumu sekarang?” tanya Jiyeon lagi.
                “Dia telah memilih yeoja lain. Aku tidak bisa mencegahnya,” jawabku.
                “Siapa yeoja itu? Tega sekali dia menghancurkan hubunganmu dengan namjachingumu. Aku ingin sekali memukul kepalanya,” ucap Jiyeon berapi-api dan membuatku hampir tertawa.
                “Sudahlah Jiyeon, lebih baik sekarang kita pulang. Kau akan pulang bersama namjachingumu ya?” ucapku sambil mengambil tasku.
                “Anio, aku menolak ajakannya untuk pulang bersama. Aku ingin pulang bersamamu. Kau mau?” ucapnya.
                “Ne. Aku mau pulang bersamamu.”
Kami pun pulang bersama. Jiyeon memang benar-benar teman yang baik. Walaupun baru saja berkenalan. Hm, andai saja dia bisa selamanya menjadi teman baikku. Semoga saja.

***

Jiyeon sudah menungguku di depan rumahku. Dia ingin berangkat bersama denganku. Aku segera turun dan menemuinya.
                “Kau sudah lama menunggu?” tanyaku.
                “Anio. Kajja kita berangkat,” lagi-lagi dia menggandeng tanganku. Dia menganggapku seperti eonni atau saengnya saja.
Saat jam istirahat. Telepon berdering melalui ponsel Jiyeon. Jiyeon masih asyik menyeruput jusnya. Sepertinya telepon itu dari namjachingunya.
                “Jiyeon-ah, itu ada telepon. Mungkin dari namjachingumu,” kataku sambil memberhentikan seruputan Jiyeon.
                “Ah, iya, aku baru menyadarinya,” Jiyeon langsung mengambil ponselnya.
                “Oppa... Waeyo?” ucap Jiyeon pada orang yang menelepon.
                “Anio. Aku hanya merasa rindu padamu Jiyeon-ah,” gombal seseorang di ujung telepon sana.
                “Oppa... Kau ini bisa saja. Nanti kan kita akan pulang bersama, kenapa harus rindu?” ucap Jiyeon yang pipinya langsung tersenyum dan memerah.
                “Tentu saja, kan aku ingin melihat wajahmu yang cantik dan mencubit pipimu yang chubby itu. Hehehe,” ucap orang yang di telepon itu lagi.
Sungguh senang menjadi Jiyeon. Dia sangat diperhatikan oleh namjachingunya. Aku kembali teringat pada Youngmin. Dia sering mengucapkan kalimat yang sama yang diucapkan namjachingu Jiyeon tadi. Andai kau meneleponku Youngmin-oppa. Aku pasti akan sangat bahagia.
                “Jiyeon-ah, pasti senang menjadi dirimu,” ucapku.
                “Waeyo?” Jiyeon bingung.
                “Namjachingumu sangat perhatian padamu. Aku ingin sekali memiliki namjachingu yang sangat perhatian padaku lagi seperti dia,” ucapku sambil tersenyum kecut.
                “Ah, mianhae Jieun. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih. Jeongmall mianhae.”
                “Arraseo. Gwaenchana. Aku tidak akan sedih kok,” ucapku sambil mencoba tersenyum bahagia tapi kenyataannya aku hanya bisa tersenyum kecut.
                “Jinjja? Jeongmall mianhae.”
                “Ne. Gwaenchana.”

***

Kali ini aku tidak akan pulang bersama Jiyeon. Karena dia akan pulang bersama dengan namjachingunya itu. Sungguh romantis. Aku ingin hal itu bisa terulang lagi. Antara aku dan Youngmin.
                “Jieun-ah, aku pulang dulu ya, namjachinguku sudah menunggu di depan kelas,” ucap Jiyeon sambil tersenyum.
                “Mwo? Ne,” balasku lalu mengikuti Jiyeon keluar.
Mwo? Namjachingu Jiyeon? Youngmin? Jadi Jiyeon? Ah, kenapa dia harus memilih Jiyeon? Padahal aku lebih baik dari Jiyeon. Wae oppa? Youngmin menatapku sekilas dan tangannya langsung ditarik Jiyeon pergi.

***

Malam hari ini aku benar-benar tidak bisa menutup mataku untuk tertidur. Aku masih memikirkan kejadian tadi.  Kenapa dia memilihnya? Kenapa bukan aku?
Tok... Tok... Tok...
Seseorang mengetuk pintu rumahku. Aku segera turun ke bawah dan membukakan pintu rumah. Terlihat dari sepasang bola mataku seorang namja dengan tubuh tinggi dan rambut pirang. Ne, namja itu adalah Youngmin. Aku hendak menutup pintu rumah kembali, tapi Youngmin mencegahnya dan saat itu pula Youngmin langsung menarikku ke dalam pelukannya.
                “Bunga matahariku...” ucap Youngmin di telingaku.
Aku hanya terdiam. Bisu seribu kata. Tidak mengatakan apapun padanya.
                “Aku tau, saat ini kau sangat membenciku. Tapi, aku tetap ingin menemuimu. Biarkan diriku memelukmu saat ini. Aku tau kita tak akan bersama karena aku telah memilih Jiyeon. Aku memilihnya karena beberapa alasan. Aku memang menyukaimu, tapi saat ini tergantikan oleh perasaanku pada Jiyeon. Entah mengapa setiap aku menatap yeoja itu, pikiranku selalu melayang padanya. Jika kita memang ditakdirkan untuk bersama, mataharimu ini akan selalu menjadi milikmu bunga matahariku,” ucap Youngmin lalu melepaskan pelukanku dan pergi begitu saja.
Aku menatap kepergiannya dengan tatapan sayu. Aku mulai terjatuh dan menangis. Aku masih menyayangimu oppa. Sampai kapan pun. Saranghaeyo oppa. Aku akan selalu menjadi bunga mataharimu.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar