TITLE:제자리걸음 (SUNFLOWER)
AUTHOR: WULAN
GENRE: ROMANCE, ETC
LENGTH: ONE SHOOT
RATING: ABOVE 13 Y.O
MAIN CAST: LEE JI
EUN AND JO YOUNG MIN
OTHER CAST: PARK JI
YEON
**************************************
Huh, membosankan. Setiap
hari seperti ini, kenapa Youngmin sekarang jadi sangat menyebalkan seperti itu?
Rasanya ada yang berubah dari dirinya. Apa dia menyembunyikan sesuatu dariku?
Ah, tidak mungkin. Youngmin kan kekasihku, mana mungkin dia menyembunyikan
sesuatu dariku.
“Jieun-ah, ada yang ingin aku katakan padamu,”
ucapnya sambil memegang pundakku dan mengejarku.
“Mwo, oppa?” tanyaku keheranan.
Youngmin langsung
memelukku dengan erat. Aku hampir mati sesak napas karena saking eratnya
pelukan itu. Dia kemudian melepaskanku dari pelukannya yang erat dan kedua
tangannya langsung memegang kedua pundakku.
“Mianhae, aku rasa aku telah banyak salah padamu.
Selama ini sejujurnya aku sudah memiliki yeojachingu selain dirimu. Dan aku
sangat mencintainya. Mianhae Jieun-ah. Lebih baik kita akhiri semua ini saja.
Aku lebih menyayangi yeojachinguku selain kau,” ucap Youngmin yang tentu saja
membuatku sakit hati.
Tanpa aku sadari,
tanganku rileks menampar pipi kanan Youngmin. Aku yang tersadar langsung pergi
dan menangis.
***
Apa maksudnya semua
ini?! Berarti selama ini dia sudah mengkhianatiku. Dia sudah berpacaran dengan
yeoja lain di belakangku. Tapi kenapa aku masih menyayanginya? Mataku terus
menatap bunga matahari pemberian Youngmin saat pertama kita berpacaran.
Ya, saat itu, aku dan Youngmin
baru saja menjadi sepasang kekasih, kami berjalan-jalan dan saat di pinggir
danau dia memberiku sekuntum bunga matahari ini. Saat itu aku tidak mengerti
kenapa Youngmin memberiku bunga matahari. Bukankah sepasang kekasih, pasti akan
memberikan bunga mawar, tapi kenapa ini malah bunga matahari?
‘Bunga matahari?’ aku bingung.
‘Ne. Kau pasti bingung kenapa aku memberimu bunga
matahari ini,’ ucap Youngmin.
Aku hanya mengangguk
saja sambil memandangi bunga matahari itu dengan tatapan serius supaya aku mengerti
maksud dari Youngmin itu.
‘Aku memberimu bunga matahari karena aku sangat
berharap kau menjadi bunga matahariku karena aku adalah mataharimu. Bunga
matahari akan selalu mengikuti arah matahari. Kemanapun matahari pergi dia akan
mengikutinya. Jika tidak ada matahari, dia akan menguncup, tandanya dia sangat
membutuhkan matahari. Dan aku sangat berharap kau bisa seperti itu,’ ucap
Youngmin sambil tersenyum sangat manis.
Masa lalu yang sangat
indah. Membuatku kembali teringat dengan semua ini. Itulah kenapa aku sangat
suka dengan bunga matahari selama ini. Bahkan di kebun belakang rumahku aku
mempunyai banyak bunga matahari yang aku tanam sendiri. Dan di kamarku, aku
masih menyimpan bunga matahari pemberian Youngmin yang saat ini sudah layu.
Seperti layunya diriku saat ini. Setelah Youngmin pergi dengan yeoja lain.
Kini aku benar-benar
seperti bunga matahari sungguhan. Aku kehilangan matahariku. Dan membuatku
semakin menguncup hingga layu. Aku terus bersembunyi di dalam bayangan semu
ini. Andai kau tau oppa bahwa aku sangat membutuhkanmu.
***
Hari ini aku berangkat
sekolah lagi dengan lesu. Aku sangat penasaran dengan yeoja yang sangat
disayangi Youngmin. Yeoja itu berhasil mengalihkan perhatian Youngmin dariku.
Seperti apa rupanya? Apa dia lebih baik dariku?
“Lee Ji Eun?” tanya seorang yeoja yang menatapku
dengan wajah seperti ketakutan jika aku akan membentaknya.
“Ne. Nuguseyo?” aku bingung.
“Anio. Naneun Park Ji Yeon imnida. Mannaseo
bangapsumnida,” ucapnya sambil mengulurkan tangannya padaku.
“Nado,” aku membalas uluran tangannya.
“Aku sekarang satu kelas denganmu. Bisa kita
berteman?” tanyanya.
“Tentu saja,” jawabku.
“Jinjja?”
“Ne.”
Dia tersenyum senang dan
langsung menggandeng tanganku. Aku baru pertama kali melihat yeoja yang seperti
dia. Walaupun belum kenal bisa terlihat sangat akrab. Sepertinya dia akan
menjadi teman yang baik untukku.
***
Aku kembali murung saat
bel pulang telah berbunyi. Biasanya Youngmin akan datang ke kelasku setelah bel
pulang berbunyi, dan kami akan pulang bersama. Sedangkan Jiyeon sedang
telpon-telponan dengan namjachingunya.
“Jieun-ah, waeyo? Kau keliatan murung terus dari
tadi,” tanya Jiyeon yang kemudian duduk di sampingku.
“Ah, anio, aku hanya teringat dengan namjachinguku
dulu,” jawabku.
“Lalu dimana namjachingumu sekarang?” tanya Jiyeon
lagi.
“Dia telah memilih yeoja lain. Aku tidak bisa
mencegahnya,” jawabku.
“Siapa yeoja itu? Tega sekali dia menghancurkan
hubunganmu dengan namjachingumu. Aku ingin sekali memukul kepalanya,” ucap
Jiyeon berapi-api dan membuatku hampir tertawa.
“Sudahlah Jiyeon, lebih baik sekarang kita pulang.
Kau akan pulang bersama namjachingumu ya?” ucapku sambil mengambil tasku.
“Anio, aku menolak ajakannya untuk pulang bersama.
Aku ingin pulang bersamamu. Kau mau?” ucapnya.
“Ne. Aku mau pulang bersamamu.”
Kami pun pulang bersama.
Jiyeon memang benar-benar teman yang baik. Walaupun baru saja berkenalan. Hm,
andai saja dia bisa selamanya menjadi teman baikku. Semoga saja.
***
Jiyeon sudah menungguku
di depan rumahku. Dia ingin berangkat bersama denganku. Aku segera turun dan
menemuinya.
“Kau sudah lama menunggu?” tanyaku.
“Anio. Kajja kita berangkat,” lagi-lagi dia
menggandeng tanganku. Dia menganggapku seperti eonni atau saengnya saja.
Saat jam istirahat.
Telepon berdering melalui ponsel Jiyeon. Jiyeon masih asyik menyeruput jusnya. Sepertinya
telepon itu dari namjachingunya.
“Jiyeon-ah, itu ada telepon. Mungkin dari
namjachingumu,” kataku sambil memberhentikan seruputan Jiyeon.
“Ah, iya, aku baru menyadarinya,” Jiyeon langsung
mengambil ponselnya.
“Oppa... Waeyo?” ucap Jiyeon pada orang yang
menelepon.
“Anio. Aku hanya merasa rindu padamu Jiyeon-ah,”
gombal seseorang di ujung telepon sana.
“Oppa... Kau ini bisa saja. Nanti kan kita akan
pulang bersama, kenapa harus rindu?” ucap Jiyeon yang pipinya langsung
tersenyum dan memerah.
“Tentu saja, kan aku ingin melihat wajahmu yang
cantik dan mencubit pipimu yang chubby itu. Hehehe,” ucap orang yang di telepon
itu lagi.
Sungguh senang menjadi
Jiyeon. Dia sangat diperhatikan oleh namjachingunya. Aku kembali teringat pada
Youngmin. Dia sering mengucapkan kalimat yang sama yang diucapkan namjachingu
Jiyeon tadi. Andai kau meneleponku Youngmin-oppa. Aku pasti akan sangat
bahagia.
“Jiyeon-ah, pasti senang menjadi dirimu,” ucapku.
“Waeyo?” Jiyeon bingung.
“Namjachingumu sangat perhatian padamu. Aku ingin
sekali memiliki namjachingu yang sangat perhatian padaku lagi seperti dia,”
ucapku sambil tersenyum kecut.
“Ah, mianhae Jieun. Aku tidak bermaksud membuatmu
sedih. Jeongmall mianhae.”
“Arraseo. Gwaenchana. Aku tidak akan sedih kok,”
ucapku sambil mencoba tersenyum bahagia tapi kenyataannya aku hanya bisa
tersenyum kecut.
“Jinjja? Jeongmall mianhae.”
“Ne. Gwaenchana.”
***
Kali ini aku tidak akan
pulang bersama Jiyeon. Karena dia akan pulang bersama dengan namjachingunya
itu. Sungguh romantis. Aku ingin hal itu bisa terulang lagi. Antara aku dan
Youngmin.
“Jieun-ah, aku pulang dulu ya, namjachinguku sudah
menunggu di depan kelas,” ucap Jiyeon sambil tersenyum.
“Mwo? Ne,” balasku lalu mengikuti Jiyeon keluar.
Mwo? Namjachingu Jiyeon?
Youngmin? Jadi Jiyeon? Ah, kenapa dia harus memilih Jiyeon? Padahal aku lebih
baik dari Jiyeon. Wae oppa? Youngmin menatapku sekilas dan tangannya langsung
ditarik Jiyeon pergi.
***
Malam hari ini aku
benar-benar tidak bisa menutup mataku untuk tertidur. Aku masih memikirkan
kejadian tadi. Kenapa dia memilihnya? Kenapa
bukan aku?
Tok... Tok... Tok...
Seseorang mengetuk pintu
rumahku. Aku segera turun ke bawah dan membukakan pintu rumah. Terlihat dari
sepasang bola mataku seorang namja dengan tubuh tinggi dan rambut pirang. Ne,
namja itu adalah Youngmin. Aku hendak menutup pintu rumah kembali, tapi
Youngmin mencegahnya dan saat itu pula Youngmin langsung menarikku ke dalam
pelukannya.
“Bunga matahariku...” ucap Youngmin di telingaku.
Aku hanya terdiam. Bisu seribu
kata. Tidak mengatakan apapun padanya.
“Aku tau, saat ini kau sangat membenciku. Tapi, aku
tetap ingin menemuimu. Biarkan diriku memelukmu saat ini. Aku tau kita tak akan
bersama karena aku telah memilih Jiyeon. Aku memilihnya karena beberapa alasan.
Aku memang menyukaimu, tapi saat ini tergantikan oleh perasaanku pada Jiyeon. Entah
mengapa setiap aku menatap yeoja itu, pikiranku selalu melayang padanya. Jika
kita memang ditakdirkan untuk bersama, mataharimu ini akan selalu menjadi
milikmu bunga matahariku,” ucap Youngmin lalu melepaskan pelukanku dan pergi
begitu saja.
Aku menatap kepergiannya
dengan tatapan sayu. Aku mulai terjatuh dan menangis. Aku masih menyayangimu
oppa. Sampai kapan pun. Saranghaeyo oppa. Aku akan selalu menjadi bunga
mataharimu.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar