Rabu, 12 Desember 2012

[FANFICTION] SUNGLASSES (PART. 1 - PART. 10)



:::TEASER:::

Title: SUNGLASSES
Author: http://wulanmind.blogspot.com
Genre: Romance, Sad, etc
Main Cast: No Min Woo and Choi Soo Min
Other Cast: Akan muncul dengan sendirinya
Length: Chaptered
Copyrigth: FF ini murni dari pikiran saya. Dilarang mengCOPAS (plagiat) ataupun me re share. Cast milik semua.
Summary:


Ucapan kadang tak sama dengan pikiran..
Pikiran juga kadang tak sama dengan hati..

Walaupun kau menginginkan cinta..
Karena luka itu kau tak akan bisa..
Walaupun kau tak sendirian..
Karena luka itu kau akan tetap sendirian..
Walaupun di bawah sinar matahari..
Kau meras dalam kegelapan malam..

Kesedihan adalah cinta..
Benci adalah cinta..
Rasa sakit juga cinta..
Karena cinta kita sedih..
Karena cinta juga kita kecewa dan sakit..








:::SUNGLASSES PART. 1:::

"Yak! Ahjussi! Berhentikan busnya!" teriak seorang yeoja sambil berlari mengejar bus yang sudah penuh itu.

Si sopir bus yang sudah tau baik dengan yeoja itu langsung menghentikan busnya. Ia mendengus. Ya, kalo bukan yeoja ini yang menyuruhnya, ia tak akan berhenti. Yeoja ini begitu menakutkan. Dulu saat sopir bus itu sengaja meninggalkannya karena bus sudah penuh, yeoja
 itu malah marah-marah di hadapannya. Hebatnya, sopir itu langsung sakit. Takut terjadi hal yang sama, karena si sopir bus itu menganggap yeoja ini yeoja berunsur mistik, ia sengaja memberhentikan busnya.

"Aish! Kau tak lihat bus ini sudah penuh?" tanya si sopir.
"Arra. Aku lihat. Tapi aku akan telat jika tidak naik bus ini. Ijinkan aku ne," belum sempat si sopir menjawab, yeoja itu sudah masuk di antara kerumunan orang itu.

"Jeosonghamnida," ucap yeoja itu ketika menyenggol atau menginjak kaki orang lain. Choi Soo Min. Ya, nama yeoja itu adalah Soomin.

Tak beberapa lama, bus itu sudah berhenti di depan sekolahnya. Seoul International High School, sekolah termewah dan terbaik se Korea Selatan. Soomin, ia masuk sekolah ini karena beasiswa. Bukan karena ia dari kalangan orang tidak mampu, ia justru berasal dari keluarga konglomerat. Ia masuk sekolah ini karena beasiswa kecerdasannya. Ia sengaja kabur dari rumahnya yang besar, hanya karena ia bosan hidup diatur dan terlalu kekanakan. Ia ingin hidup seperti orang pada umumnya. Ia tinggal sendiri di rumahnya yang err... Sangat sederhana. Ia hidup berdasarkan uang hasil keringatnya, ia bekerja sebagai pelayan restaurant. Ya, itu dilakukannya setiap malam.

Saat sedang berlari, ia terburu-buru menuju ke kelasnya, tiba-tiba ia menabrak seseorang. Bruk! Bukannya orang yang ditabrak yang jatuh, tapi malah dirinya sendiri yang terjatuh.

"Aish! Kau tidak punya mata ya?!" bentak Soomin yang kemudian langsung melanjutkan larinya.
"Mwo?! Kau yang menabrakku nona?! Jangan salahkan seenaknya!" gerutu orang itu.








:::SUNGLASSES PART. 2:::

"Huh, untung belum masuk," batin Soomin.
"Ya! Soomin-ah! Tumben sekali kau baru datang?" tanya Jiwon, sahabatnya, sambil duduk di samping yeoja itu.
"Ne, ini gara-gara orangtuaku. Aku tadi malam dikejar tau. Aku tidak mau pulang," jawab Soomin.
"Mau sampai kapan kau terus begini? Kau tak kasihan pada eommamu? Kau itu anak tunggal," Jiwon mulai berceramah ala pak ustad
z di masjid.
"Aish! Teruslah kau membela mereka," gerutu Soomin.

Bel pulang sudah berbunyi, ya tepat pukul 8 pm. Soomin langsung keluar dari kelasnya. Saat sedang terburu-buru, seorang namja mencegatnya.

"Annyeong nuna," ucapnya sambil tersenyum sangat manis pada Soomin.
"Hm," balas Soomin datar.
"Apa kabarmu nuna?" tanyanya sambil membenarkan letak kacamatanya.
"Jeosonghamnida, kalau kau tak mengenalku ataupun tak punya urusan denganku, lebih baik kau menyingkir dari sana. Aku mau lewat," ucap Soomin ketus.
"Aku ada keperluan denganmu, Soomin nuna."
"Mwo?"
"Aku ingin berkenalan denganmu."
"Bukankah kau sudah tau namaku? Baiklah, aku pergi," Soomin hendak pergi, tapi tangan kekar itu mencengkeram lengannya kuat. Soomin hanya meringis kesakitan.

Bug! Soomin melancarkan jurus hapkidonya pada namja itu. Prang! Kacamatanya terjatuh hingga pecah. Soomin menatap pecahan kacamata itu dengan tatapan horor.

"Aduh! Mati aku! Bisa-bisa aku disuruh menggantinya. Eottohke?" Soomin berlutut di hadapan namja itu yang sedang membereskan pecahan kacamatanya.

"Eh? Mianhae. Aku.. Aku tidak sengaja. Sungguh. Jeongmal mianhae," ucap Soomin sambil membantu membereskan pecahan kacamata itu.
"Gwaenchana. Aw!" namja itu berteriak ketika tangannya tergores pecahan kacamata itu.
"Aigoo, tanganmu berdarah! Akan ku obati," Soomin langsung menarik namja itu ke UKS sekolah.

Hanya ada mereka berdua di sana. Soomin dengan telaten mengobati jari namja itu. Namja itu terus memperhatikan setiap lekuk wajah Soomin.

"Mianhae.. Nuguseyo?" tanya Soomin.
"Mwo?! Yeoja ini tak mengenalku? Padahal aku sendiri mengenalnya. Dan aku juga namja paling populer di sekoah ini. Masa ia tak mengenalku? Sekuper itukah dia?" batin namja itu.
"Joneun No Min Woo imnida."
"Ah ne, Minwoo-ssi. Mianhae. Aku janji aku akan menggantinya."
"Tidak perlu nuna."
"Itu kesalahanku. Aku harus menggantinya. Mm, pandanganmu jadi tidak jelas ya? Ini semua karena aku."
"Ah, gwaenchana. Aku bisa melihat dengan baik walau sedikit kurang jelas."
"Mwo? Baiklah, aku akan mengantarmu pulang. Berbahaya jika kau pulang sendiri."








:::SUNGLASSES PART. 3:::

"Tapi nuna, apa aku tak merepotkanmu?" tanya Minwoo.
"Ehm.." Soomin berpikir sebentar, ia melihat jam tangannya sebentar.
"Waeyo nuna?"
"Anni, aku bisa mengantarmu. Kajja. Ehm tunggu. Kau naik kendaraan atau bus atau berjalan kaki?" tanya Soomin.
"Aku hari ini naik bus," jawab Minwoo.
"Baiklah kajja," Soomin langsung menarik tangan Minwoo.

Ya, ia harus bertanggung 
jawab atas kesalahannya. Minwoo tersenyum ketika tangannya digenggam Soomin. Bus berhenti di sebuah halte yang dekat dengan rumah Minwoo. Minwoo menunjukkan rumahnya.

"Nuna, ini rumahku. Gomawo sudah mengantarku," ucap Minwoo sambil membungkukkan badannya.
"Ne," balas Soomin.
"Wow, rumah Minwoo sangat besar. Dia anak orang kaya," batin Soomin lalu pergi meninggalkan Minwoo.
"Ehm, nuna! Chakkaman!" panggil Minwoo seketika Soomin langsung berbalik.
"Wae?" tanya Soomin.
"Nuna, kau tak perlu mengganti kacamata ku. Aku bisa membelinya lagi," ucap Minwoo sambil tersenyum super cute.
"Ta.. Tapi kan.. Aku bersalah padamu. Bagaimana caranya aku meminta maaf padamu Minwoo-ssi?"
"Nuna, kalau kau ingin menebus kesalahanmu padaku, emm.. Aku ingin mengikutimu. Boleh kan?"
"Mwo???" Soomin membulatkan matanya, ya ia paling tidak suka diikuti.
"Bagaimana nuna? Kalau tidak juga tidak apa sih."
"Baiklah. Aku mengijinkanmu mengikutiku. Tapi seminggu saja ne?"
"Ne, itu memang yang ku inginkan," batin Minwoo.
"Baiklah nuna," ucap Minwoo sambil memberikan senyum khasnya.

Soomin berbalik, ia harus menuju ke tempat kerjanya kalau tidak mau dipecat. Minwoo segera berlari untuk mengambil softlens dan mobilnya. Ia mengikuti Soomin.

"Annyeong ^^" ucap Soomin.
"Kau sudah terlambat berapa menit hah?!" omel si bos.
"Bos, mianhae. Kau boleh hukum aku sesukamu. Jangan pecat aku. Jebal," mohon Soomin.
"Aku butuh alasanmu datang terlambat."
"Aku tertinggal bus jadi aku terlambat," Soomin berbohong.
"Jangan berbohong!"
"Ah ne baiklah. Tadi aku habis menghajar namja. Ya, karena aku merasa bersalah aku mengantarnya pulang," Soomin menjelaskan yang sebenarnya.
"Kenapa sifat burukmu itu selalu keluar? Dasar kau ini. Setelah jam kerjamu selesai, kau yang harus bereskan semuanya. Itu hukumanmu," ucap si bos lalu pergi.
"Aish! Ne ne ne!" Soomin meniup poninya.











:::SUNGLASSES PART.4:::

Soomin sibuk melayani para pelanggan yang terus berdatangan. Semakin lama semakin banyak pengunjung. Mata Minwoo tak lepas dari memandangi gerak Soomin.

"Sebentar lagi aku akan mendapatkannya hyung. Tunggu beberapa hari lagi," ucap Minwoo di ponselnya.
'Jangan bercanda, ia itu susah didekati. Aku bahkan ingin mengenalnya saja susah,' ucap Donghyun dalam sambungan telepo
nnya.
"Kau tak percaya hyung? Lihat saja 2 hari lagi," Minwoo melancarkan smirk khasnya.
'Baik. Akan kami tunggu janjimu Woo,' ucap Donghyun sambil terkekeh.

Minwoo mematikan sambungan teleponnya. Ia memandangi yeoja itu lagi.

"Jangan pernah menganggapku remeh hyung," gumam Minwoo.

Akhirnya pelanggan terakhir pulang. Dengan tubuh yang sudah sangat lelah, ia membereskan semua pekerjaannya. Ya, mengepel dan sebagainya. Itu hukumannya, padahal biasanya itu dilakukan bersama.

"Hooaaaam... Akhirnya selesai juga," Soomin meliukkan tubuhnya yang sudah pegal-pegal itu.











:::SUNGLASSES PART. 5:::

Soomin langsung berlari menuju halte. Di tengah dinginnya malam, ia menunggu bus yang tak kunjung datang. Setiap 5 menit, ia terus melihat jamnya.

"Ya! Bus! Cepatlah datang," gumam Soomin.

Minwoo yang melihatnya dari jauh jadi merasa sedikit tak tega. Ia ingin turun dari mobilnya dan menghangatkan tubuh yeoja itu. Tapi kalau ia turun dari mobil sama dengan cari mati. S
oomin bisa tau kalau dari tadi ia mengikutinya.

"Ah! Itu busnya!" Soomin menatap bus itu dengan sumringah.

Dengan cepat, ia langsung naik. Di dalam bus, ia menyandarkan kepalanya pada kaca bus. Minwoo yang melihatnya langsung mengikutinya lagi. Bus itu berhenti di depan pertigaan, Soomin langsung turun. Ia lalu berlari menuju rumahnya. Minwoo terus memandanginya sampai yeoja itu masuk dan menutup rumahnya.

"Jadi ini rumah yeoja itu?" ucap Minwoo sambil memotret rumah di hadapannya.

Pagi-pagi Minwoo sudah berdiri di depan rumah Soomin. Tampilan Minwoo hari ini tidak sekeren biasanya. Ia malah memakai kacamata lagi. Hal ini dia lakukan demi mendapatkan hati Soomin.

Ceklek!
Soomin keluar dari rumahnya. Ia kaget saat melihat deretan gigi yang sedang meringis ke arahnya.

"Minwoo-ssi?" Soomin mengerutkan keningnya.
"Ne. Ini aku. Kajja kita berangkat," Minwoo langsung menarik Soomin masuk ke dalam mobil mewahnya.
"Tapi Minwoo-ssi..."
"Kau kan sudah mengijinkanku untuk mengikutimu selama seminggu nuna? Kau lupa?" tanya Minwoo.
"Eh? Ne," ucap Soomin akhirnya.

"Mwo?! Dia belum lupa? Aish! Padahal sudah ku harapkan ia lupa. Lagipula apa untungnya dia mengikutiku? Kenapa wajahnya begitu manis hari ini? Sudahlah. Stop. Jangan membahasnya lagi," batin Soomin.











:::SUNGLASSES PART. 6:::

"Yap! Sudah sampai, kajja nuna," Minwoo langsung berlari ke arah pintu Soomin, ia membukakan pintu untuk yeoja itu.
"Gomawo, Minwoo-ssi," ucap Soomin.
"Ne, nuna. Biar ku bawakan bukumu," Minwoo langsung menarik banyak buku yang dipegang yeoja itu.
"Eh, Minwoo-ssi. Tidak perlu."
"Gwaenchana nuna-ya. Kajja," Minwoo langsung menggenggam erat tangan Soomin dan yang satun
ya menggenggam buku Soomin.

"Sudah ku katakan kalian tak bisa meremehkanku hyung. Lihatlah ini," batin Minwoo, ia berbalik ke kanan dan mendapati para hyungdeulnya yang memandanginya kagum, Minwoo melancarkan smirknya sebentar.

Tatapan-tatapan sinis terluncur dari wajah para yeoja yang dilewati oleh Minwoo dan Soomin. Mereka tak percaya dengan penglihatan mereka sendiri.

"Ya! Lihatlah! Apa yang dia gunakan hingga bisa mengambil hati Minwoo oppa?" bisik salah seorang yeoja pada temannya.
"Entahlah, jangan-jangan yeoja itu memasang guna-guna pada Minwoo oppa," jawab temannya.
"Tidak bisa dipercaya Minwoo oppa menyukai tipe yeoja rendahan seperti dia. Ya aku tau dia itu cerdas, tapi sayang dia tidak selevel dengan kita," ucap temannya yang lain dengan tatapan sinisnya mengunci pemandangan itu.

Mereka berdua masuk ke kelas Soomin. Tatapan aneh terpancar dari wajah Jung Ji Won, sahabatnya. Kemudian digantikan oleh senyum bahagia dari sahabat Soomin itu.

"Baiklah nuna. Ini bukumu. Selamat belajar, aku akan kembali ke kelasku," Minwoo memasang tampang cutenya untuk Soomin.
"Ne, gomawo Minwoo-ssi," ucap Soomin.

Jiwon langsung mendekati sahabatnya. Ia tersenyum penuh curiga ke arah Soomin. Hal ini membuat Soomin risih.

"Ya! Bisakah kau tak memandangiku seperti itu?" tanya Soomin.
"Hehe, mianhae. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan," jawab Jiwon yang jelas-jelas tidak nyambung dengan pertanyaan Soomin.
"Maksudmu?"
"Aku bersyukur akhirnya sahabatku memiliki namja," Jiwon tersenyum.
"Namja? Nugu?"
"Ya! Minwoo! Siapa lagi kalau bukan dia?!" Jiwon gemas memandangi sahabatnya yang kadang suka eror kalau diajak bercerita apalagi yang masalah tentang hubungan cinta.
"Minwoo? Adik kelas itu? Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya kok."
"Jangan berbohong Soomin-ah. Kau itu benar-benar yeoja yang beruntung ya. Kau bisa mendapatkan namja paling tampan dan populer di sekolah ini."














:::SUNGLASSES PART. 7:::

"Namja paling tampan dan populer?" Soomin malah bingung, ya yeoja ini memang yeoja yang kuper.
"Mwo?! Kau tidak tau? Minwoo itu maknae di group Boyfriend. Boyfriend itu adalah perkumpulan keenam sahabat itu. Mereka berenam sangat terkenal di sini. Selain karena cerdas, mereka juga tampan dan keren. Kau ini kemana saja selama bersekolah di sini? Masa bisa tidak mengenal 
mereka dan Minwoo tentunya."
"Aish! Kau seperti tak mengenalku saja. Aku memang tak pernah mau mengurusi hal semacam itu. Mau mereka populer atau tidak bukan urusanku. Dan aku juga bukan siapa-siapa Minwoo. Kami tidak mempunyai hubungan khusus," ucap Soomin santai.
"Tapi saat ini kau harus menjadi siapa-siapa ku dan menjalin hubungan khusus denganku, nuna," terdengar suara cute khas Minwoo.

Sontak Jiwon dan Soomin berbalik. Mata Minwoo memandang tajam mata Soomin. Mereka saling bertatapan.

"K-k-kau.. Bukankah tadi kau sudah kembali ke kelasmu?" tanya Soomin.
"Nuna, ikut aku sekarang," Minwoo langsung menarik tangan Soomin.
"Y-ya! Minwoo-ssi! Aku bisa dimarahi guru jika pergi sekarang dari kelasku!" omel Soomin.
"Tidak akan. Jika kau pergi bersamaku."

Minwoo membawa Soomin ke dekat gudang. Ya, memang cukup sepi di sana. Jarang ada yang berlalu lalang. Minwoo semakin memajukan tubuhnya. Soomin yang ketakutan karena pandangan Minwoo langsung mundur. Tapi usahanya gagal, tembok di belakangnya tidak mengijinkannya untuk kabur dari namja cute ini. Kedua tangan Minwoo ia letakkan di sisi kanan dan kiri kepala yeoja itu. Membuat yeoja itu semakin ketakutan. Minwoo semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Soomin hingga deru nafas Minwoo terasa di wajah yeoja itu.

"Aish! Apa yang akan dia lakukan?! Kenapa jantungku jadi deg degan begini? Ada apa denganku?" batin Soomin.

Minwoo semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Soomin. Membunuh jarak di antara keduanya. Hidung mereka saling bertemu.

Chuu~

Bibir Minwoo menempel pada bibir Soomin. Cukup dalam. Matanya menutup seakan ia menikmati apa yang terjadi. Sedangkan Soomin? Ia membelalakkan matanya, ia tak percaya hal ini akan terjadi. Perlahan Minwoo melepaskan ciuman itu. Ia tersenyum ketika melihat guratan merah terpancar di pipi yeoja yang berada di hadapannya.








:::SUNGLASSES PART. 8:::

"Aish! Apa yang barusan ku lakukan?! Omo! Aku menciumnya. Ah, ada apa denganku?! Apa aku mulai mencintainya sekarang? Aigoo, bagaimana ini? Aku kan mendekatinya hanya untuk menaklukkannya saja tidak lebih. Lagi pula aku juga masih berada dalam lingkaran permainan ini. Ah entahlah," batin Minwoo.

"K-kau..."
"Nuna-ya.. Mianhae aku menciummu tadi," ucap Minwoo.
"Kau.."
"Ini pertama kalinya kau dicium namja ya, hem? Nuna?" tanya Minwoo.

Soomin hanya menundukkan kepalanya. Guratan merah itu semakin terlihat jelas. Minwoo semakin tersenyum melihatnya.

"Jadi benar nuna?"
"Eh.."
"Nuna, jadilah yeojachinguku," ucap Minwoo tiba-tiba.
"Minwoo-ssi.."
"Waeyo? Aku tidak romantis ya? Sudah ku duga. Aku memang tidak bisa seromantis namja lainnya."
"A-anni."
"Kau mau kan nuna?"

Soomin yang malu hanya menunduk. Ya, ia sangat malu. Dan resmilah saat itu juga hubungan Soomin dan Minwoo.

Sudah 4 hari mereka berpacaran. Hubungan mereka berdua semakin terlihat mesra saja. Membuat Jiwon ikut bahagia melihatnya. Ya, Jiwon sangat menginginkan Soomin mempunyai namja. Agar sikapnya tidak membosankan saja sih.

"Aku bahagia sekarang," ucap Jiwon.
"Mwo? Waeyo?"
"Karena melihatmu berubah. Hehe."
"Loh?"
"Ne, kau berubah menjadi yeoja menggembirakan sejak berpacaran dengan Minwoo. Aku bahagia."
"Ah kau ini."

"Nuna-ya.." panggil seseorang dan berhasil membuat kedua yeoja itu berbalik.
"M-minwoo?"
"Kajja kita pulang," ajak Minwoo.
"Tapi.. Tapi aku akan.."
"Sudahlah Soomin-ah. Kau pulang saja dengan namjachingumu. Aku akan ke toko buku setelah ini. Minwoo-ssi, antar Soomin pulang ya? Jaga dia. Annyeong," Jiwon langsung berlari meninggalkan mereka.
"Kajja chagi," Minwoo menarik tangan Soomin.

"Chagi? A-apa dia memanggilku chagi? Kenapa rasanya jadi aneh begini?" batin Soomin, jalannya terhenti ketika mendengar panggilan sayang dari Minwoo.
"Waeyo? Kau tak suka ku panggil chagi nuna?"
"A-anni. Hanya saja.."
"Baiklah kalau menurutmu terdengar aneh. Aku akan memanggilmu nuna lagi," ucap Minwoo lantas tersenyum, senyum yang meneduhkan.

Minwoo mengantar Soomin sampai di rumahnya. Sebelum Soomin masuk, Minwoo mendekapnya sebentar.








:::SUNGLASSES PART. 9:::

Minwoo sedang berkumpul dengan kelima hyungnya. Yah, mereka membicarakan Soomin. Entah kenapa, ada rasa aneh yang menggerogoti hati Minwoo. Ia seakan tidak rela mengatakan hal ini pada para hyungnya. Ya, apa yang ia ucapkan saat ini bukan dari hatinya.

"Ya, kau menang Minwoo-ya," ucap Donghyun.
"Sudah ku katakan kan hyung, jangan meremehkanku," ucap Minwoo.
"Wah, daeb
ak kau Woo. Kau berhasil mendapat first kiss nya. Padahal aku sangat berharap bahwa aku yang mendapatkannya. Hahhaa," tawa Jeongmin pecah.
"Kau ini hyung."
"Sudahlah. 5 juta won. Ige," ucap Hyunseong sambil memberikan koper yang sudah diduga isinya pasti uang sebanyak 5 juta won, tapi Minwoo menolaknya.
"Aku tidak membutuhkannya hyung. Ambillah lagi."
"Kau? Yang benar saja Woo?" Kwangmin seakan tak percaya.
"Ne. Menaklukkannya saja aku sudah merasa menang."
"Woo, jangan-jangan kau benar-benar mencintainya?" selidik Youngmin.
"Mwo? Anniya. Aku tak akan menyukai yeoja sekuper itu."
"Haha. Kau benar. Tapi dia cantik," sergah Kwangmin.
"Dasar kau ini," Youngmin menyenggol bahu dongsaengnya itu.

Brak! Buku itu berjatuhan dari tangan Soomin. Keenam namja itu menatap Soomin was was. Waeyo? Karena ada banyak kemungkinan yang akan terjadi jika Soomin berada di situ. Pertama, mereka takut Soomin akan berteriak-teriak seperti orang kesurupan. Kedua, mereka takut jika Soomin akan memakannya secara hidup-hidup. Ketiga, mereka takut jika tiba-tiba Soomin menghajarnya dengan jurus hapkidonya. Dan masih banyak kemungkinan lainnya.

"Brengsek! Namja itu brengsek! Aku tertipu oleh tampang tak berdosanya itu! Aku tertipu oleh senyumannya yang cute! Aku tertipu oleh semua perhatiannya padaku! Aku tertipu pada segalanya yang ia berikan padaku! Kau yeoja pabo Soomin-ah! Mereka hanya membuatmu menjadi bahan permainannya!" batin Soomin.

Soomin berjalan perlahan mendekati keenam namja itu. Tatapannya yang tajam seakan bisa menembus apapun yang menghalanginya. Tapi di balik itu semua, matanya ingin sekali mengeluarkan buliran air mata. Tapi yeoja itu menahannya. Keenam namja itu tampak ketakutan. Apalagi Minwoo, ia seperti telah merasa berdosa padanya.










:::SUNGLASSES PART. 10:::

Soomin terus mendekat. Ia hanya mendekati Minwoo. Mereka berenam sudah takut jika Minwoo akan dibuat babak belur atau bahkan meninggal sekalian oleh Soomin. Tapi ternyata jauh dari yang mereka pikirkan, Soomin pun tidak menampar Minwoo.

"Minwoo-ssi, gomawo. Gomawo untuk semuanya. Gomawo saat kau berpura-pura menyukaiku. Gomawo kau sudah menjadikanku bahan permainan kal

ian. Gomawo sudah membuatku seperti yeoja murahan. Gomawo sudah mengajarkan aku tentang cinta. Cinta yang begitu menyakitkan. Cinta itu tidak ada di dunia ini. Gomawo sudah mengajarkan padaku bahwa cinta itu fiksi. Cinta itu tidak nyata. Cinta itu tidak pernah didasari ketulusan. Gomawo sudah memberitahuku tentang bagaimana namja itu. Namja itu tidak berharga sekalipun dari pada sebutir pasir. Namja itu terlalu rendahan. Gomawo," ucap Soomin kemudian berjalan pergi meninggalkan mereka berenam.

Ucapan Soomin tadi terasa seperti sebuah tamparan bagi Minwoo. Ia tidak tahu akan jadi seperti ini. Sementara kelima hyungnya hanya bisa bernafas lega karena tidak jadi diapa-apakan. Tiba-tiba Minwoo langsung berlari. Ia mengejar Soomin.

"Minwoo-ya!" panggil Donghyun, tapi seruan namja itu tak didengar oleh Minwoo.

Soomin kali ini begitu hancur. Rasanya sakit. Sangat sakit lebih tepatnya. Bagaimana tidak? Coba saja rasakan, ketika kau disukai namja dan dicintainya ternyata hanya tipuan, ada sesuatu dibalik itu semua. Apa itu yang dinamakan cinta? Cinta sekarang bagi Soomin tidak berharga lagi. Ia sudah tak bisa memiliki cinta dalam hatinya. Ia mulai memasang pagar kokoh di hatinya agar tak merasakan cinta lagi.

"Soomin-ssi! Soomin nuna!" panggil Minwoo.

Tangan kekar namja itu langsung memeluk Soomin dari belakang. Tes. Namja itu menangis saat ia memeluk Soomin. Entah karena rasa bersalah atau karena ia benar-benar mencintai yeoja yang saat ini sedang dipeluknya itu. Soomin. Ia hanya diam. Dengan sedikit kasar ia melepas pelukan erat Minwoo.

"Jangan berani menyentuh sunbaemu," ucap Soomin dengan tatapan datar kemudian meninggalkan Minwoo yang sedang menangis.

Minwoo menatap punggung yeoja itu dengan tatapan pilu. Ia berusaha mengejarnya, tapi tubuhnya seperti sudah tak kuat menyangga. Ia terus terjatuh. Inikah cinta? Rasa sakit, kecewa, ini cinta? Entahlah.

"Minwoo-ya!" panggil seorang namja yang tak lain adalah Kwangmin, ia menggenggam erat tangan Minwoo agar tidak melakukan tindakan nekat.
"Lepaskan aku! Aku harus menjelaskan semuanya pada nuna!" Minwoo mencoba bangkit tapi ia terjatuh lagi.
"Minwoo-ya! Kau tidak mungkin bisa mengejarnya! Dengarkan aku!"
"Untuk apa? Aku terlihat seperti namja pabo sekarang!"
"Minwoo-ya! Kau mencintainya, hem?"

Deg. Jantung Minwoo berhenti berdetak. Ya, ucapan Kwangmin benar. Tapi ia tak mampu mengatakannya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar