Rabu, 12 Desember 2012

[FANFICTION] SUNGLASSES PART. 11 - PART. 20 *END*)




:::SUNGLASSES PART. 11:::

Soomin pagi ini sudah berangkat ke sekolah menggunakan bus. Sialnya, Youngmin juga naik bus dan duduk di samping yeoja itu. Yeoja itu tetap tak mengalihkan pandangannya dari depan. Ia tak menyapa ataupun melihat orang yang duduk di sampingnya yaitu Youngmin.

"Sebenci itukah dia padaku? Padahal kan aku tidak ikut campur," batin Youngmin.

Ciiit! Bus itu mengerem mendada
k dan kepala yeoja itu hampir mencium besi di hadapannya, beruntung Youngmin menarik yeoja itu ke bahunya agar tidak terjadi apa-apa.

"Gomawo. Mohon lepaskan aku," ucap Soomin datar, Youngmin langsung melepaskan tangannya yang masih memegangi kepala Soomin.

Yeoja itu langsung turun dan masuk ke sekolahnya. Diikuti Youngmin di belakangnya. Youngmin merasakan perubahan pada yeoja itu. Walaupun dulu ia galak, tapi ia tetap masih bisa beramah tamah pada orang lain. Sekarang menatap orang lain pun ia enggan. Sifatnya begitu dingin.

"Soomin nuna kenapa? Ia begitu tak memperdulikan orang lain sekarang. Sungguh berbeda dari biasanya," gumam Youngmin.

Di kelas, Jiwon langsung menyambut kedatangan Soomin. Ia heran kenapa Minwoo tak bersamanya saat ini. Wajah Soomin pun terlihat err.. Sangat tidak mengekspresikan apapun.

"Soomin-ah, kau baik-baik saja kan? Dimana Minwoo? Aku tak melihatnya bersamamu tadi?" tanya Jiwon.
"Baik. Sudah putus," hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Soomin.
"Soomin-ah kau kenapa? Kau berbeda sekali."
"Aku baik-baik saja."

Saat istirahat Minwoo langsung menemui Soomin. Terlihat Soomin yang masih terdiam di kursinya. Ia terus membaca buku pelajaran tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun ke arah lain.

"Nuna-ya, aku.. Aku ingin menjelaskannya. Kemarin itu hanya kesalaha pahaman," Minwoo menggenggam tangan Soomin.
"Tidak ada yang perlu dijelaskan. Aku sibuk," Soomin melepaskan genggaman Minwoo dan ia langsung meninggalkan namja itu.

"Aku tak akan pernah berhenti untuk meminta maaf. Aku harus melakukannya," batin Minwoo.

Apapun ia lakukan demi mendapatkan ucapan 'aku memaafkanmu' dari Soomin. Sudah 2 minggu lebih ia terus mengucapkan kata maaf dan menjelaskan semuanya. Ia bahkan terus-terusan mengatakan 'saranghae' untuk Soomin. Ia melakukan apapun demi yeoja itu mau memaafkannya. Tapi selalu saja ia gagal. Hati beku Soomin tidak mudah ditaklukkan. Hati Soomin yang terlanjur beku adalah titik akhir dari semua yang ada pada dirinya.

"Nuna-ya. Jebal. Maafkan aku. Mianhae. Aku tau aku salah. Aku sudah setiap hari menjelaskan semuanya nuna-ya. Jebal. Mianhae," ucap Minwoo sambil mengikuti Soomin.

Soomin. Ia terus diam. Berjalan menuju gudang. Ia tak memperdulikan ucapan Minwoo. Ia ingin masuk ke gudang karena ia tak ingin mendengarkan ucapan Minwoo yang menurutnya adalah jebakan agar ia jatuh di lubang yang sama.














:::SUNGLASSES PART. 12:::

Soomin tak menghiraukan ucapan Minwoo. Ia langsung masuk ke gudang dan akan menutup pintu gudang itu. Tangan kekar Minwoo menghadangnya. Tatapan keduanya saling berpadu. Mata tajam Soomin seakan menghunuskan pedang ke arah mata Minwoo.

"Lepaskan tanganmu," ucap Soomin datar.
"Nuna-ya.. Jebal.. Dengarkan aku," Minwoo semakin melembutkan nada suaranya.
"Lepaskan," Soom
in mengulang kalimatnya.
"Sirheo. Aku tak akan melepasnya sebelum kau mendengarkanku nuna."

Soomin yang dalam hatinya sudah marah ia langsung berlari masuk ke gudang itu. Ia tak ingin menatap namja imut itu lagi. Karena dengan melihat wajahnya saja mampu membuat hati Soomin perih. Minwoo tak tinggal diam ia mengejar yeoja itu. Hingga tak ada yang menyadari pintu itu ditutup dan kemudian dikunci oleh si penjaga sekolah.

"Aish! Siapa yang masuk dan tak mengunci pintunya. Dasar anak-anak," ucap petugas itu lalu pergi.

Soomin tersadar akan sesuatu. Ya. Pintu itu kenapa terlihat sangat rapat. Ia berlari menuju pintu itu.

"Omo! Tak bisa dibuka!" gumam Soomin sambil terus mencoba membuka pintu itu.
"Nuna dengarkan aku..." Minwoo langsung mendekati Soomin.
"Ini semua gara-gara kau," ucap Soomin datar.
"Aku? Memangnya aku kenapa?" tanya Minwoo.

Soomin hanya diam. Ia tak menjawabnya. Yeoja itu terduduk di bawah papan tulis yang sudah tak terpakai lagi. Ia memeluk lututnya. Ya, gudang itu terasa dingin. Mungkin karena di luar hujan. Minwoo duduk di sampingnya. Matanya terus menuju pada yeoja di sampingnya.

"Kau kedinginan nuna?" tanya Minwoo.
"Menjauhlah," ucap Soomin yang lagi-lagi datar.

"Ia begitu membenciku sekarang. Kenapa sifatnya berubah seperti ini. Aku suka Soomin nuna yang dulu. Ia begitu galak namun masih memiliki ekspresi dalam wajahnya. Ia masih bisa tersenyum. Nuna, aku ingin kau kembali seperti dulu. Aku tau ini semua kesalahanku. Jika aku boleh memilih, kau boleh membunuhku sekarang juga daripada kau mendiamkanku seperti ini. Aku lebih suka mati karenamu dari pada kesepian karenamu nuna. Setidaknya jika kau membenciku kau bisa menghajarku seperti saat pertama kita bertemu. Aku lebih suka kau seperti itu nuna. Kau tau sejujurnya aku mencintaimu. Kau tau? Aku melakukan taruhan itu awalnya hanya karena main-main. Tapi setelah mengenalmu aku jadi menyukaimu bahkan mencintaimu. Aku bersyukur bisa mendekatimu walau dengan cara yang salah," batin Minwoo.











:::SUNGLASSES PART. 13:::

Minwoo terus menatap yeoja itu. Yeoja itu semakin mengeratkan pelukannya pada lututnya. Ya, cuaca semakin dingin sekarang. Minwoo tak tega melihatnya, ia rela melepas blazer dan jaketnya dan ia pakaikan pada Soomin. Soomin terkejut, ia memandangi Minwoo yang masih memakaikan jaket dan blazernya padanya. Minwoo hanya tersenyum.

"Untuk apa?" hanya kalimat itu yang terlon
tar dari mulut Soomin.
"Supaya kau hangat nuna. Kau kedinginan."
"Itu tidak perlu. Ambillah lagi."
"Sirheo."

Soomin hanya mendengus. Lumayan mendapatkan kehangatan dari jaket dan blazer miliknya. Minwoo sepertinya juga mulai kedinginan. Tapi ia menahannya.

"Aku rela mati kedinginan untuknya," batin Minwoo.

Krek! Krek!

Minwoo mendengar sesuatu yang bergerak. Ia menatap langit-langit gudang itu. Omo! Benda seperti triplek berukuran besar akan jatuh mengenai Soomin. Minwoo langsung memeluk Soomin hingga menindihnya. Soomin hanya membelalakkan matanya. Minwoo langsung memegangi kepala Soomin dengan tangan kekarnya. Hingga.. Bruk! Benda besar itu jatuh mengenai tubuh Minwoo. Itu bukan triplek ternyata. Itu seperti potongan kayu lebih tepatnya hanya berukuran lebar.

"Gwaenchanayo nuna?" tanya Minwoo.
"K-k-kau.."

Minwoo sudah pingsan di atas tubuh Soomin. Soomin, ia kaget. Ia tak menyangka Minwoo akan menyelamatkannya. Soomin berusaha menarik Minwoo dari kayu besar itu. Soomin menatapnya dengan pandangan berbeda.

"Minwoo-ssi.. Ireona. Ppali.." ucap Soomin lembut.

Minwoo tak menjawab. Ia masih pingsan.

"Ya! Ireona ppali! Ya! Dengarkan aku! Aku sudah memaafkanmu! Itu kan yang kau harapkan dariku! Makanya bangun! Jangan membuatku cemas seperti ini!" Soomin langsung memeluknya.

Tes tes. Air mata Soomin tumpah. Terjatuh di wajah putih Minwoo. Soomin menangis. Ia memeluk Minwoo erat. Ia tertidur sambil memeluk Minwoo erat.











:::SUNGLASSES PART. 14:::

Minwoo tersadar dari pingsannya. Ia menengok ke atas, didapatinya wajah yeoja cantik yang sedang memeluknya itu. Sejenak ia tersenyum. Ia mencoba berdiri, tapi..

"Arggh.." rintihan Minwoo berhasil membangunkan Soomin.
"Minwoo-ssi... Gwaenchanayo?" saat ini nada suara Soomin terdengar berbeda, ada nada kecemasan di setiap katanya.
"Nan gwaenchana," Minwoo mencoba berd
iri lagi, tapi rasa sakit itu tidak berhasil membuatnya berdiri.
"Minwoo-ssi, kau tidak terlihat baik-baik saja saat ini. Chakkaman ne. Aku akan mencari bantuan," Soomin berlari ke arah pintu.

Ia langsung mendobrak pintu itu tapi tak berhasil. Ia terus mengetok-ketok pintu itu.

"Ya! Siapa saja di luar?! Tolong kami! Kami terkunci di dalam!" teriak Soomin dengan nada lantangnya.

Tap.. Tapp..

"Nuguya?! Ada yang di dalam?!" teriak seseorang dari luar.
"Ne! Aku Soomin dan Minwoo! Jebal! Bukakan pintu ini!" teriak Soomin.
"Soomin nuna? Ne. Chakkaman," teriaknya lagi.

Brakkk! Dorongan kelima namja tampan itu berhasil membukakan pintu gudang itu. Mereka kaget saat melihat wajah Soomin yang sangat pucat. Lebih tepatnya terlihat seperti mayat hidup sekarang.

"Nuna, gwaenchanayo?" tanya Youngmin.
"Nan gwaenchana. Tolonglah Minwoo. Dia tidak bisa berdiri," nada cemas kembali terlontar dari mulut Soomin.
"Ne. Kajja."

Donghyun dan Hyunseong langsung membantu membawa Minwoo. Sedangkan Kwangmin membawa Soomin yang kondisinya tidak membaik itu. Ya. Soomin sedang demam saat itu. Ia butuh pertolongan. Kwangmin membawa yeoja itu ke rumahnya.














:::SUNGLASSES PART. 15:::

"Nuna, lebih baik kau istirahat di rumahku dulu. Kalau kau sudah baikan aku akan mengantarmu pulang. Ehm, dan soal taruhan itu..." ucapan Kwangmin terhenti ia takut pada Soomin yang terus menatapnya.
"Mwo?" tanya Soomin.
"Nan jeongmal mianhaeyo. Itu hyungdeul yang membuatnya karena mereka penasaran ingin dekat dengan nuna. Tapi nuna sangat susah didekati. Kami semua m
enyuruh Minwoo yang mendekati nuna karena Minwoo lah yang paling populer di antara kami. Kami sangat menyesal nuna. Mianhae," lanjut Kwangmin sambil menunduk.
"Kalian tidak perlu seperti itu. Yah, ini juga salahku yang terlalu sinis pada orang lain. Tapi itu memang tabiat burukku dan sangat sulit diubah. Jujur sampai saat ini aku masih membenci kalian terutama Minwoo."
"Aku tau nuna. Mianhae. Istirahatlah di sini," Kwangmin membaringkan yeoja itu dan menyelimutinya.

Kwangmin mengkompres yeoja itu dengan kelembutannya. Ya, Kwangmin sangat tertarik dengan Soomin. Dia sudah tertarik saat mereka masih SMP. Kwangmin menyayangi Soomin, ia ingin yeoja itu menjadi nunanya. Tapi ia malah membuatnya membencinya.

Sementara di sisi lain, deru nafas keempat namja itu memenuhi ruangan kerja dokter yang tadi menangani Minwoo. Mereka berempat menatap dokter berkacamata itu dengan tatapan khas masing-masing.

"Jadi, uisa-nim, bagaimana keadaannya?" tanya Hyunseong.
"Apakah Tuan No pernah mengalami cedera pada punggung sebelumnya?" kalimat itulah yang terlontar pada mulut sang uisa.
"Anniya. Aku tidak tau," jawab Donghyun.
"Ah, chakkaman. Minwoo, dia pernah jatuh dari pohon saat kami masih TK, dan kata Minwoo punggungnya masih sering sakit sejak saat itu," Youngmin membuat yang lainnya menatapnya.
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi uisa-nim?" tanya Jeongmin.











:::SUNGLASSES PART. 16:::

"Saraf motoriknya terhimpit oleh tulang belakangnya yang retak. Ia seharusnya tak tertimpa benda berat pada bagian punggungnya," jawab uisa.
"Maksud uisa-nim?" Youngmin menatapnya dengan intens.
"Hal buruk telah menimpanya. Ia lumpuh sekarang."
"Mwo?!" serentak keempat namja itu kaget.
"Ne. Tulang belakangnya yang retak menghimpit saraf motoriknya. Ini sangat sulit
disembuhkan. Tenaga medis di sini belum bisa menyembuhkannya. Dan kemungkinan besar Tuan No akan lumpuh selamanya," lanjut uisa.
"Uisa-nim, jebal jangan bercanda," Jeongmin meyakinkannya.
"Anniya. Aku tak bercanda. Mianhae aku tak bisa melakukan yang terbaik untuk Tuan No."

Keempat namja itu menghampiri Minwoo yang sedang terkulai lemas di ranjang rumah sakit. Ketika mereka berempat datang, Minwoo tersenyum melihatnya.

"Apa yang terjadi padaku? Aku baik-baik saja kan?" tanya Minwoo.

Semuanya diam. Hening. Tak ada yang berani mengeluarkan kalimat saat Minwoo menanyakan hal itu. Ya, jika mereka memberitahu hal yang sebenarnya pada namja imut ini. Dia pasti akan err.. Susah dijelaskan. Ini semua menghancurkan impiannya untuk menjadi dancer terbaik di dunia. Itulah yang paling Minwoo inginkan. Tanpa kedua kakinya, ia tak mungkin meraihnya.

"Yak! Jawab aku," suara Minwoo semakin meninggi.
"Minwoo-ah.. Neo.." Donghyun tak mampu melanjutkan kalimat selanjutnya.
"Mwo? Kenapa wajah kalian seperti ditekuk begitu? Aku baik-baik saja kan?" Minwoo mengulang pertanyaannya.
"Minwoo-ah.. Kau tidak baik-baik saja.." ucap Youngmin kemudian.
"Mwo? Apa maksudmu hyung?"
"Kau..." ucap Jeongmin yang lagi-lagi terputus.
"Aku? Wae?"
"Kau lumpuh Minwoo-ya.." Hyunseong melanjutkan kalimat Jeongmin yang tadi terputus.

Hening. Tak ada yang berani bersuara lagi. Semuanya menunduk kecuali Minwoo. Mereka tak berani menatap Minwoo. Mengucapkan hal ini berarti memaksa mengubur impian seorang namja yang sudah dipupuk sejak kecil. Minwoo ia hanya menatap semuanya dengan tatapan nanar. Ia tak mampu berbicara lagi.

"Aku sudah melakukan yang terbaik. Semua ku lakukan untuknya. Aku tidak salah melakukan hal itu. Aku akan baik-baik saja walaupun impianku harus terkubur dalam-dalam. Aku ingin dia selamat. Aku lebih baik begini daripada dia yang harus kenapa kenapa," batin Minwoo.











:::SUNGLASSES PART. 17:::

"Gomawo sudah memberitahu keadaanku," ucapan Minwoo barusan memecah keheningan yang sedang terjadi.
"Minwoo-ah.. Kau baik-baik saja kan?" tanya Jeongmin.
"Maksud hyung?"
"Ne. Bukannya keinginanmu..." ucapan Jeongmin langsung dipotong oleh Minwoo.
"Keinganku sudah ku pendam dalam-dalam hyung," Minwoo tersenyum saat mengucapkannya.
"Kau benar-benar menyukainya?" tany
a Youngmin.
"Ne. Aku tidak bisa melakukan apapun selain menyelamatkannya. Itu bukti perasaanku padanya. Hyung, bisakah kau membantuku?"
"Mwo?" tanya Hyunseong.
"Jangan biarkan Soomin nuna tahu keadaanku. Jebal. Aku akan homeschooling saja."
"Tapi Woo.."
"Jebal hyung.."
"Baiklah," ucap mereka akhirnya.

Di kamar Kwangmin, Soomin terbangun dari tidurnya. Kwangmin sudah tak ada di sampingnya.

"Aww.. Kepalaku," Soomin berjalan menuju kenop pintu sambil memegangi kepalanya.

Ceklek! Pintu itu pun terbuka. Soomin berjalan perlahan sambil merambat di tembok supaya tidak jatuh.




:::SUNGLASSES PART. 18:::

Soomin melihat Kwangmin yang masih tertidur di sofa. Ia memandangi Kwangmin lekat-lekat. Tiba-tiba mata Kwangmin terbuka, dilihatnya sosok Soomin.

"Eh? Nuna? Kau sudah bangun?" Kwangmin bangkit dari tidurnya.
"Sudah, gomawo Kwangmin-ssi atas pertolonganmu."
"N-ne nuna.." Kwangmin menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Kwangmin-ssi, apakah kau tau keadaan Minwoo sekar
ang?" pertanyaan Soomin berhasil membuat Kwangmin terdiam cukup lama.
"Kwangmin-ssi?" Soomin menatap Kwangmin intens.
"A-anniya nuna. Aku tidak tau keadaannya," Kwangmin akhirnya berbohong.

"Aku tak mungkin memberitahu yang sebenarnya nuna. Mianhae. Ini permintaan Minwoo sendiri. Jeongmal mianhae nuna," batin Kwangmin.

"Jebal, selama aku tidak berada di samping Soomin-nuna tolong jagalah dia hyungdeul. Aku tak mau terjadi sesuatu padanya. Gomawo," ucap Minwoo sebelum pergi entah kemana.

Keempat namja itu hanya memandang kepergian Minwoo dengan tatapan khas masing-masing. Mereka berjanji akan menepati semua keinginan Minwoo itu.

Sudah hampir setahun Minwoo meninggalkan semuanya. Tidak ada yang tahu Minwoo dimana. Bahkan kelima sahabatnya pun tidak tahu. Soomin masih belum tahu apa yang terjadi pada Minwoo. Rahasia itu masih tersimpan dengan baik oleh kelima sahabat Minwoo.
:::SUNGLASSES PART. 19:::

Hari ini adalah hari wisuda Soomin, Donghyun, Hyunseong, dan Jeongmin. Soomin terlihat sangat manis hari ini. Dengan riang ia turun dari panggung setelah berpidato. Ya. Soomin memang mendapat nilai tertinggi dan sekaligus sempurna. Semuanya bersorak riang. Kedua orangtua Soomin ikut hadir, dan sekarang Soomin akhirnya mau kembali ke rumah lamanya. Tanpa ada yang mengetah
ui, sepasang mata sedang memandangi Soomin. Ia tersenyum sejenak, setelah itu pergi meninggalkan acara itu. Jiwon berlari mendekati Soomin dan langsung memeluknya.

"Huwaa.. Akhirnya kau mau kembali! Aku tak menyangka akan begini!" Jiwon semakin erat memeluknya.
"Ya! Jiwon-ah! Kau mau membunuhku eoh?!" gerutu Soomin.
"Kekeke. Anniya. Aku hanya terlalu bahagia. Chukkae untuk keberhasilanmu," ucap Jiwon sambil tersenyum.
"Kalian tak ingin berbagi kebahagiaan bersama kami?" ucap salah seorang dari kelima namja tersebut.
"Ya! Donghyun oppa, kau tampan saat ini," puji Jiwon.
"Ehehe. Gomawo Jiwon-ssi."
"Nuna ku, chukkae," Kwangmin langsung memeluk Soomin tiba-tiba.
"Yak! Kwangmin-ah! Kalau dia nuna mu, lalu aku siapa?" omel Youngmin.
"Ne. Soomin nunaku tersayang. Kau hyungku tersayang," Kwangmin masih belum melepaskan pelukannya.
"Kalian berdua sejak kapan meresmikan hubungan dongsaeng-nuna?" tanya Hyunseong.
"Mwo?! Sudah setahun hyung," jawab Kwangmin.
"Aish! Baiklah. Soomin itu dongsaengku terpintar," ucap Jeongmin.

Pagi ini Soomin sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Karena ia sedang libur kuliah, ia memutuskan untuk kembali menjalani tugasnya sebagai Presdir perusahaan appanya. Soomin tak membawa mobilnya, ia terpaksa harus berjalan ke rumahnya karena tak ada bus yang lewat. Apalagi malam ini sudah semakin larut.

"Hey agashi. Neomu yeppo," salah tujuh namja menghadangnya.
"Mau apa kalian hah?!"
"Hanya sekedar ingin mengajakmu bermain bersama kami agashi. Ikutlah dengan kami," ucap yang lainnya.

Bough! Soomin melancarkan jurus hapkidonya. Bruk! Soomin terjatuh, salah satu dari mereka mendorongnya. Kaki dan tangan Soomin telah diikat. Ya, itu adalah titik lemah Soomin.

"Hentikan! Jangan sakiti nunaku!" bentak seseorang.
"Mau apa kau bocah tengik!"
"Mau membunuh kalian!"
"Mwo?! Hahaha. Ya! Bukankah dia ini anak orang kaya itu?" tanya salah satu namja tersebut pada namja lainnya.
"Ah ne! Kajja kita hajar namja sok pahlawan itu!"

Semuanya menyerbu Kwangmin. Ya, Kwangmin hanya seorang diri. Ia pasti akan kalah jika begini. Tiba-tiba, muncullah keempat namja lainnya. Ya, kalian pasti sudah tahu siapa. Tak beberapa lama, namja namja yang mengganggu Soomin sudah terkapar.

"Nuna? Gwaenchanayo?" tanya Youngmin.
"Ne, Youngmin-ah. Nan gwaenchana. Gomawo sudah menolongku," Soomin membungkukkan badannya.
:::SUNGLASSES PART. 20 (END):::

Hembusan angin menerpa wajah putih mulus Soomin, menerbangkan helaian rambutnya bagaikan selembar kain sutera. Yeoja itu terdiam cukup lama di kursi taman. Ia terus menatap kosong sekeliling hamparan bunga di taman itu. Begitu sepi memang. Tak ada seorang pun di sana kecuali dirinya dan.. Sesosok namja yang sedang terduduk di kursi roda. Ya. Namja itu terus memanda
ngi Soomin, ia terus tersenyum sambil memandangnya.

"Minwoo-ssi?" ucapan Soomin barusan membuat namja itu tersadar, ia langsung berbalik dan pergi bersama kursi rodanya.

Grep! Tangan yeoja itu berhasil memberhentikan gerakan Minwoo terhadap kursi rodanya. Minwoo hanya tertunduk.

"Minwoo-ssi? Ini kau? Kemana saja kau?" tak terasa Soomin menitikkan buliran air mata.

Kedua ibu jari Minwoo menghapus air mata di kedua pipi Soomin. Soomin tak ingin kedua tangan Minwoo terlepas dari pipi Soomin. Soomin memandangi namja itu dalam.

"Kenapa kau menghindar dariku? Bukankah aku sudah memaafkanmu? Apa kau membenciku?" tanya Soomin.
"A-aaku.. Aku hanya.. Takut," jawab Minwoo.
"Takut kenapa?"
"Aku takut kau menjauhiku nuna, aku cacat sekarang. Aku takut kau tak akan menyukaimu. Aku takut hatiku terluka karena ketika di sampingmu aku semakin mencintaimu."
"Minwoo-ssi.. Kau?"
"Ne, aku mencintaimu nuna. Sejak saat kita bertemu."
"Nado."
"Maksud nuna?"
"Jangan tinggalkan aku lagi. Aku tak mau kau pergi lagi. Aku juga mencintaimu Minwoo-ssi."
"Tapi aku sudah cacat nuna. Aku tak pantas untukmu. Aku bahkan tak bisa menolongmu saat kau dihadang preman. Aku juga tak bisa berdiri di sampingmu. Masih banyak namja lain yang pantas untukmu nuna."

Seketika itu tangan Soomin meraih benda yang menutupi mata Minwoo. Kacamata. Ya, kacamata itu ia lepaskan dari wajah namja imut itu.

"Kau tak perlu melihat semuanya dari kacamata ini. Realita bukan terlihat dari sesuatu yang dihalangi. Kau tak perlu menjadi namja yang seperti dulu lagi. Kau juga tak perlu berdiri di sampingku. Hanya karena ada dirimu di sisiku kau sudah seperti berdiri di sampingku. Cinta tak memandang fisik," ucap Soomin.
"Nuna, would you marry me?" tanya Minwoo tiba-tiba.
"Yes, I would. But you must to finished your education for first."
"Ne nuna. Aku akan lakukan itu semua," Minwoo memajukan wajahnya.

Bibir Minwoo mulai menempel pada bibir Soomin. Menciumnya lembut. Ya, semua tak bisa dilihat oleh kacamata. Karena cinta tak memandang batas penglihatan.

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar