Senin, 17 Desember 2012

[FANFICTION] URI MINWOONIE (PART. 1- PART 8 *END*)





#TEASER#

Title: Uri Minwoonie
Author: Wulan Sari Zuno Nmw (*Sungmin*)
Genre: Family
Main cast:
*No Eun Bin (OC, Readers)
*No Min Woo
Cameo: akan ada sesuai jalannya cerita, kkk~
Rating: T

Length: Chaptered
Copyright: Dilarang mengcopas FF atau menshare FF saya. This FF just be mine. And the cast for all :) Copas ntar didatengin loh *datengin apaan coba(?)*
Summary:

karena dongsaeng kadang membuatku merasa seakan dewasa..

Karena dongsaeng aku merasakan kehangatan keluarga..

Karena dongsaeng aku merasakan bahagianya saling menyayangi..

Dan karena dongsaeng juga aku merasakan kebahagiaan yang berbeda..














:::URI MINWOONIE PART. 1:::

"Nuna..." tiba-tiba ada tangan yang memeluk leherku. Aku membalikkan tubuhku, ku dapati mata khas milik Minwoo, namdongsaengku.
"Ya! Darimana saja kau?" aku pura-pura marah, karena saat dimarahi ekspresinya akan sangat menggemaskan.
"Mianhae nuna, aku baru saja bermain," ucap Minwoo sambil menggerak-gerakkan jemarinya, ya ia saat dimarahi memang suka sekali bermain 
dengan jarinya.
"Dengan siapa? Dimana?" tanyaku sedikit menyelidik.
"Dengan nuna, di hatiku yang terdalam," Minwoo lagi lagi merayuku.
"Aish! Jangan bercanda!" aku menjitak kepalanya pelan.
"Hehe. Mianhae nuna, aku tadi barusan bermain dengan Jo twins dan namjachingu nuna," aish! Apalagi yang dia katakan?! Dia meledekku eoh?!
"Jangan bercanda Woonie!" aku cemberut.
"Aku tidak bercanda, nuna kan memang suka mengaku sebagai namjachingu Hyunseong hyung saat di buku," ucapnya dengan wajah seperti biasa, watados.
"Terserah kau saja," aku semakin memajukan bibirku, yah dia selalu mengejekku. Ingin rasanya aku menenggelamkan namja kecil ini ke laut atau bahkan ke segitiga bermuda.

Chu~

"Ya!" mataku sudah mendelik lebar.
"Nuna, tadi pagi kan aku belum dikasih ppoppo. Ppoppo lagi ya?"

Chu~

"Sudah! Tak ada ppoppo lagi. Nanti sebelum tidur kau tak akan mendapat ppoppo dari nuna lagi," aku terkekeh saat ia menekuk wajahnya.
"Nuna pelit."
"Aish! Badanmu bau sekali. Mandi sana!" aku memerintahkannya.
"Ne nuna. Ppai ppai," ucapnya lalu masuk ke kamar mandi.

Namdongsaengku satu-satunya. Masih berumur 4 tahun, tapi ia sudah lebih tinggi dariku. Cukup memalukan memang, masa nunanya kalah tinggi dengan dongsaengnya. Kebiasaannya setiap hari adalah meminta ppoppo dariku di setiap bangun tidur dan sebelum tidur saat malam hari. Aneh memang, tapi begitulah dia.











:::URI MINWOONIE PART. 2:::

Malam ini sangat dingin, aku hanya keluar rumah untuk lihat bungaku sudah tumbuh atau belum. Dan ternyata sudah mekar.

"Nuna~" panggilnya lagi.
"Hm," hanya itu yang keluar dari mulutku.
"Nuna, kau tidak tidur?"
"Anni. Kau sendiri kenapa belum tidur?"
"Masih menunggu eomma selesai membereskan tempat tidurku. Nuna, besok aku ulang tahun."
"Lalu?"
"Ya! Nuna! Kau jangan cuek begitu padaku!"
"Baiklah. Chukkae."
"Nuna!"

Grrep! Ya! Minwoo! Kau...!!?! Kau merusak bungaku!

"Nuna? Mi.. Mianhae..." ia menunduk.
"Kau! Ish! Sungguh! Kau tau! Dari awal aku tak pernah mengharapkan kehadiranmu di rumah ini! Bisakah kau tidak mengganggu kesenanganku untuk sekali saja?! Kau merebut semuanya dariku! Kau bahkan merusak bungaku! Sudah lama aku merawat bunga ini dan baru mau mekar sekarang kau sudah merusaknya! Kenapa kau sangat suka sekali mengganggu hidupku! Aku membencimu! Arra?! Sangat membencimu! Aku bukan nunamu! Bukan sampai kapanpun!"

Minwoo.. Ia menangis. Aku tak peduli. Jujur, dari awal semua yang ku katakan barusan itu semua ungkapan hatiku selama ini. Walaupun Minwoo menyayangiku, tapi aku tak pernah sepenuhnya menyayanginya. Setiap hari eomma dan appa selalu baik padanya. Sedangkan aku? Aku selalu diabaikan oleh mereka. Betapa sakit saat mengingat itu semua. Kamar Minwoo disusun dengan baik oleh appa dan eomma. Sedangkan aku? Aku bahkan harus menyusun sendiri kamarku.

*FLASHBACK POV*

Pagi ini aku dan Minwoo akan berangkat ke sekolah. Ini hari pertama Minwoo masuk ke sekolah barunya. Karena sekarang umurnya baru cukup untuk bersekolah.

"Minwoo.. Kajja berangkat dengan appa," ucap eomma dengan sangat lembut pada Minwoo.
"Ne eomma," ucap Minwoo lalu mengikuti appa.

Aku? Kenapa aku tidak ditanyai. Kenapa aku tidak diajak berangkat bersama? Aku harus berangkat sendiri bersama sahabatku, Shim Hyun Seong. Minwoo, kau berhasil merebut appa dan eomma dariku. Lalu apa lagi?

Waktu itu, aku minta dibelikan buku cerita. Tapi eomma dan appa tidak mau membelikannya. Sedangkan Minwoo ingin dibelikan PSP, appa langsung membelikannya. Bukankah harga PSP lebih mahal dari buku cerita?

*FLASHBACK END*

Aku tak peduli siapa pun. Aku tak punya siapa pun lagi di dunia ini. Hanya halabeoji dan halmeoni yang sayang padaku. Tapi saat ini mereka berdua sudah tenang di alam sana. Aku tak bisa mengganggunya lagi. Aku rasa, aku memang tak dibutuhkan di keluarga ini. Keluarga ini lebih membutuhkan Minwoo daripada aku.














:::URI MINWOONIE PART. 3:::

Tok.. Tok..
Terdengar suara ketukan pintu. Suara yang sangat kecil. Pasti itu Minwoo. Ahh! Untuk apa dia kemari?!

"Nuna.. Mianhae.. Apa kau mau memaafkanku?" ucap Minwoo dari balik pintu kamarku.
"BISAKAH KAU PERGI DARI SANA?!" suaraku meninggi.
"Nuna.. Jebal.."
"Dengar! Aku tak pernah mau melihatmu lagi! Arra?! Jangan pernah berani muncul di hadapanku! Lupakan se
mua tentangku! Aku bukan nunamu!" bentakku lalu mematikan lampu kamarku.

Pasti dia sudah pergi. Apa peduliku? Biarkan saja. Segera ku tarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhku.

Pagi harinya. 31 Agustus. Tanggal yang paling ku benci. Waeyo? Karena ini adalah tanggal peringatan kelahirannya alias ulang tahunnya. Rasanya aku malas untuk keluar dari kamar. Aku tak mau melihat wajahnya lagi. Aku sudah cukup lelah menjadi Eunbin yang selalu begini.

Ceklek! Ku buka pintu kamarku perlahan. Ku lihat Minwoo sedang tertidur di samping pintu dan saat ku buka kepalanya jatuh di kakiku. Sedikit iba saat melihatnya. Tidak! Tidak! Aku tidak mau seperti ini lagi. Aku bukan nunanya.

"Nuna..." panggilnya.

Aku hanya diam dan tak menjawabnya. Dengan perlahan ku geret kakiku untuk meninggalkannya. Hangat. Apa ini? Tangan kecil itu memeluk kakiku.

"Apa yang kau lakukan hah?! Cepat lepaskan!" bentakku.
"Sirheo! Aku ingin kau seperti kemarin nuna."
"Sudah ku bilang aku bukan nunamu!" suaraku semakin meninggi saja.
"Eunbin-ah!" suara itu.. Eomma?

Eomma berjalan mendekati kami. Membangunkan Minwoo agar berdiri berhadapan denganku. Eomma menatapku tajam. Apa?! Ingin memarahiku?

"Kau tidak boleh begitu pada dongsaengmu! Arra?!" omelnya.
"Dia bukan dongsaengku! Aku tak pernah memiliki dongsaeng!" ucapku tak kalah lantang dengan suara eomma.

Plakk! Eomma menamparku. Tak terasa air mata menetes dari kedua mataku. Minwoo.. Ia menatapku. Ia memelukku. Aku segera melepaskannya dan pergi meninggalkan rumah ini.

"Nuna!" panggil Minwoo.

Aku tak memperdulikan panggilannya. Yang aku inginkan hanyalah berlari. Menjauh. Hanya ingin menjauh dari rumah ini. Aku ingin pergi. Eomma selalu membelanya. Ia bahkan rela menamparku untuk membelanya. Tidak adil. Kau mendapatkan semuanya, Minwoo. Tapi aku tidak. Dongsaeng macam apa dirimu!














:::URI MINWOONIE PART. 4:::

Kakiku sudah cukup sakit. Aku berhenti di sebuah taman, di tengah taman itu ada kolam air mancurnya. Sungguh indah. Aku duduk di tepian kolam air mancur itu. Apa aku sudah jauh dari rumah? Apa peduliku?! Tak ada yang akan mengkhawatirkanku. Untuk apa aku peduli pada mereka jika mereka tak pernah memperdulikanku. Mereka lebih suka mengabaikanku. Ya. Aku memang bukan ana
k yang bisa dibanggakan jauh berbeda dengan Minwoo. Dia bahkan sudah membintangi banyak iklan dan drama televisi. Aku? Aku tak pernah seperti itu. Kedua orangtuaku mungkin sangat menyayanginya karena dia namja, dia penerus perusahaan appa. Itulah kenapa aku tak pernah dibutuhkan di keluarga ini. Aku tau itu. Apa sebaiknya aku pergi saja dari rumah ya? Ya. Itu lebih baik. Lagipula tak ada yang peduli padaku kan.

Aku berjalan lagi meninggalkan taman ini. Akan ku ikuti kemana kakiku membawaku. Aku tak peduli ucapan orang lain lagi. Tak ada yang benar-benar membutuhkanku di dunia ini.

"Eunbin-ah!" panggil seseorang, ku rasa aku mengenal suara ini. Seperti suara... Ah ne! Suara Hyunseong oppa.

Buru-buru aku membalikkan tubuhku. Ku tatap wajah tampan dan imutnya itu. Dia berjalan mendekatiku sambil tersenyum.

"Kau mau kemana?" tanyanya.
"Aku mau pergi."
"Kemana?"
"Mollayo."
"Tadi dongsaengmu mencarimu. Kau lebih baik pulang lah."
"Sirheo. Aku tidak mau. Dia bukan dongsaengku."
"Eunbin?"
"Ne. Waeyo?"
"Kajja pulang lah. Gajima ne?"
"Anniya. Aku mau pergi. Tak ada dongsaeng dalam hidupku dan juga tak ada keluarga dalam hidupku."
"Tapi dongsaengmu..."
"Dia bukan dongsaengku. Jangan pernah mengucapkan kata dongsaengmu lagi padaku!" potongku dengan suara tinggi sambil memberikan penekanan pada kata 'dongsaengmu'.
"Baiklah. Ayo lah pulang. Kau harus pulang," Hyunseong oppa langsung menarik tangan mungilku.

Aku tak bisa menolaknya. Dengan senyuman manisnya, aku tak bisa menolaknya. Aku berjalan mengikutinya. Dia menggandeng tanganku sangat erat. Ya. Aku semakin menyukainya.








:::URI MINWOONIE PART. 5:::

Kami berdua berhenti di depan rumahku. Hyunseong melepaskan genggaman tangannya. Ia menatapku dalam.

"Nah, sekarang masuklah. Oh ya sekarang ulang tahun Minwoo kan? Sampaikan ucapanku padanya ya? Sebagai sahabatku kau mau kan?" tanya Hyunseong sambil tersenyum sangat manis padaku.

Huh. Sebenarnya aku ingin sekali menolaknya. Tapi, dia.. Ah. Demi dia terpaksa aku tida
k menolaknya.

"N-ne.. Oppa," jawabku akhirnya.

Aku masuk ke kamarku. Aku hanya terdiam di atas ranjangku. Apa yang harus ku lakukan? Aku harus mengucapkannya demi Hyunseong oppa. Tapi aku malas melihat wajahnya. Aish! Baiklah. Sekali ini saja.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Aku masih saja belum menemuinya. Rasa benciku masih membuncah. Baiklah. Aku pergi.

Ku buka pintu kamar Minwoo perlahan. Ia belum tidur rupanya. Ia masih memainkan kadonya yang belum dibuka. Ada banyak sekali. Pasti saat perayaan tadi. Aku malas untuk ikut merayakannya. Ada satu buah kado yang besar. Apa itu? Pasti dari appa. Huh dasar.

"Nuna?" tiba-tiba Minwoo membalikkan tubuhnya dan langsung berlari ke arahku.

Grep! Ia memelukku. Setelah kau merebut appa dan eomma, bahkan semuanya kau masih bisa memelukku. Dongsaeng yang sangat menjijikan! Mwo?! Ia menangis. Tanpa ku sadari tanganku mengelus puncak kepalanya yah walaupun aku harus berjinjit karena aku kalah tinggi dengannya.

"Ada ucapan selamat ulang tahun untukmu dari Hyunseong oppa," ucapanku masih saja ketus.
"Nuna.. Aku menyayangimu. Kenapa kau tak mau mengucapkannya untukku? Kenapa harus dari Hyunseong hyung?"
"Aku tidak perlu mengucapkannya. Aku membencimu."
"Nuna. Aku tak mau semua ini. Aku menyayangimu. Aku tak mau appa dan eomma sangat memanjakanku daripada nuna. Aku tak suka. Aku juga tak tahu kenapa. Aku sangat menyayangi nuna. Mianhae, kemarin aku merusak bungamu. Mianhae. Kau bisa memukulku atau membentakku nuna," tangisan Minwoo semakin menjadi.
"Kau bohong."
"Aku tak bohong nuna. Tunggu sebentar," Minwoo mengambil kado besar itu dan meletakkanya di hadapanku.
"Ige mwoya?" tanyaku.
"Pengganti bunga yang waktu itu nuna. Aku harap nuna menyukainya."

Aku langsung membukanya. Benar, sebuah pot berisi bunga mawar berwarna biru itu sangat cantik. Ia memberikannya untukku? Apa itu tulus?











:::URI MINWOONIE PART. 6:::

"Apa kau tulus memberikannya?" tanyaku.
"Ne nuna. Aku sangat tulus memberikannya untukmu. Apa nuna suka?"
"Ne."

Setelah menerimanya aku langsung memainkan jemariku pada bunga itu. Sungguh cantik. Minwoo ikut-ikutan dan ia duduk di sampingku. Hari ini sangat dingin. Malam juga semakin larut. Lebih baik aku kembali ke kamarku.

"Nuna.. Kau mau kemana?" tanyanya.
"M
au tidur."
"Nuna.. Aku kedinginan. Maukah kau tidur bersamaku?"
"Emmm..."

Aku berpikir sejenak. Aku kan membencinya. Tapi melihatnya kedinginan rasanya sangat kasihan. Baiklah sembunyikan egoku dulu. Bagaimanapun juga ia dongsaengku. Aku tidak bisa menghindari fakta itu.

"Baiklah. Aku akan menemanimu," ucapku.

Malam ini kami berdua tidur bersama. Ia memelukku dengan sangat erat. Bukannya aku yang menghangatkannya, tapi ia malah yang menghangatkan tubuhku. Di hari ulang tahun Minwoo yang sangat dingin ini, aku memutuskan untuk kembali menjadi nunanya. Yah. Menjadi seorang nuna memang cukup berat untukku. Tapi kehadiran Minwoo di duniaku memang mengubah segalanya ia membuatku seperti dewasa. Gomawo Minwoonie..

............................

"Hoaaaam," aku menguap.

Aku edarkan pandanganku. Minwoo, ia masih tidur. Wajahnya sangat imut ketika tidur. Huh, dia semakin tinggi saja. Saengil chukkae hamnida di umurmu yang sudah 17 tahun ini. Mulai saat ini nuna akan selalu menyayangimu nae dongsaeng. Hanya kau yang aku punya di dunia ini. Kau segalanya untukku Minwoonie.

Aku terus menatapnya, mengelus puncak kepalanya lembut. Wajahnya begitu tentram.

"Nuna? Kau sudah bangun?" tanya Minwoo.
"Ne. Saengil chukkae hamnida Minwoonie," ucapku sambil tersenyum.
"Gomawo nuna. Kau selalu jadi yang pertama mengucapkannya padaku. Ah, nuna aku menyayangimu," Minwoo langsung memelukku erat.
"Ya! Minwoonie! Kau mau membunuh nunamu eoh?"
"Hehe. Mianhae nuna. Ah ne, jadi apa hadiahmu untukku?" tanya Minwoo.

Aish! Dia ini.. Selalu saja yang ditanyakan hadiah. Aku lupa belum menyiapkannya kemarin. Ah nanti sore saja aku carikan hadiah untuknya.

"Nanti sore ya. Nuna lupa kemarin," ucapku.
"Aku tak meminta hadiah benda nuna. Aku ingin sesuatu. Tapi harus dikabulkan," ucap Minwoo sambil tersenyum.














:::URI MINWOONIE PART. 7:::

"Mwo? Awas jangan yang aneh-aneh," aku mendelik ke arahnya.
"Anniya. Aku hanya minta ppoppo nuna. Sudah lama kau tak memberiku ppoppo lagi, hehehe," aish! Dia tertawa.
"Sirheo. Kau kan sudah besar. Sudah se dewasa ini Minwoonie. Kau mau nunamu ditendang fansmu atau kekasihmu?" aku mendengus kesal ke arahnya.
"Anniya. Fansku tak akan marah jika kau yang menciumku. L
agi pula aku juga tak punya kekasih. Atau jangan-jangan nuna sendiri yang sudah memiliki kekasih?"
"MWO?! Tentu saja tidak."
"Ehee.. Kau masih menyukai Hyunseong hyung ya nuna? Aigoo, nunaku setia sekali," dia meledekku!

Pletak! Aku menjitak kepalanya pelan. Haha, dia meringis kesakitan sekarang. Rasakan itu.

"Nuna, appoyo," ucapnya sambil mengelus kepalanya.
"Makanya jangan berbicara yang tidak tidak," omelku.

Chuuu~

Omona! Ia mengambil kesempatan saat aku lengah. Bibirnya masih menempel di bibirku. Dia ini!!!

Malam ini aku pakai baju apa ya? Aku harus hadir di perayaan ulang tahun dongsaengku. Aku tidak punya gaun. Bagaimana ini?

"Nunaa~" panggilnya.

Aish! Kenapa dia bahagia sekali saat menggangguku? Heh dasar! Mau apa lagi dia?

"Nuna, waeyo? Kau akan datang kan?" tanyanya sambil berguling-guling di ranjangku.
"Ne. Tapi..."
"Tapi apa nuna?" ia bangkit dari guling-gulingnya, ku pikir ia akan jadi kambing guling saat itu juga.
"Lihatlah, aku bahkan tak punya gaun," aku menutup lemariku dan menghempaskan tubuhku di sampingnya.
"Kalau begitu kajja kita berangkat sekarang," ia langsung menarikku.

Entah dia akan membawaku kemana. Saat ku tanya ia terus bilang 'tentu saja akan ke pesta ulang tahunku. Memangnya nuna mau kemana?' Ia berhenti di sebuah tempat, seperti toko pakaian, boutique. Minwoo menarikku masuk.

Doeeeng~ semuanya gaun di sini. Wah itu bagus! Itu juga! Banyak yang bagus. Tapi untuk apa dia mengajakku kemari?

"Nuna!" dia memanggil seorang asisten toko di sini.
"Ne, ada apa Tuan?" tanyanya ramah.
"Emm, tolong bawakan gaun pesananku kemarin ne?" ia tersenyum penuh arti.

Gaun pesanan kemarin? Jadi ia sudah merencanakannya. Kalau begini untuk apa aku pusing memikirkan pakaianku =="

Asisten toko itu datang sambil membawakan gaun yang err.. Sangat menawan. Warnanya merah ada sedikit campuran hitam di bagian lengannya juga ada sedikit kerlap-kerlip di bagian pinggang. Warna favoritnya. Tapi gaun itu sangat pendek menurutku. Karena pasti saat aku pakai hanya sampai bagian lutut naik 2 cm sedikit. Tapi lumayan lah, daripada tidak ada.











:::URI MINWOONIE PART. 8 (END):::

Yap, selesai sudah. Kini aku sudah tampil beda. Kami berdua pergi ke gedung tempat Minwoo akan merayakan ulang tahunnya. Sudah banyak fans yang hadir. Saat aku dan Minwoo masuk, banyak yang meneriaki namanya bahkan ada yang meneriaki namaku. Wah, ternyata aku tak kalah terkenal dengan Minwoo. Saat aku masuk ke gedung itu semua member menatap ke arahku. Apa aku te
rlihat aneh?

"Minwoo-ah, dia Eunbin nunamu?" tanya Donghyun oppa.
"Ne hyung. Waeyo? Kau menyukainya?" tanya Minwoo.
"Ah, dia sangat cantik malam ini."

Semua member dan orang-orang yang hadir bersorak riuh menyanyikan lagu ulang tahun untuk Minwoo, hingga Minwoo memotong kuenya dan memberikannya padaku.

"Baiklah. Minwoo, apa harapanmu di hari ulang tahunmu ini?" tanya Donghyun oppa selaku MC di sini, setidaknya itu pemikiranku.
"Apa ya? Aku hanya ingin appaku dan eommaku memperlakukan Eunbin nuna sama sepertiku. Aku ingin Eunbin nuna semakin sayang padaku. Aku ingin Boyfriend akan selalu sukses. Dan... Aku ingin mengucapkan sesuatu untuk Hyunseong hyung," jawab Minwoo.
"Mwo?" tanya Donghyun.
"Hyunseong hyung! Nunaku menyukaimu! Dia bahkan pernah mengaku bahwa ia yeojachingumu!" Minwoo mengeraskan suaranya.

Pletak! Aku menjitaknya pelan. Semuanya hanya tertawa. Ini lucu eoh? Memalukan sekali. Uri Minwoonie?!?!

2 tahun berlalu, kini aku telah menikah dengan seorang namja yang sangat aku cintai dari dulu. Ya, aku tak berusaha mendapatkannya. Ini semua karena si anak kecil itu. Minwoonie. Dongsaengku itu yang membuat hidupku bahagia sekarang. Ia mewujudkan semua impianku. Aku bahagia memiliki dongsaeng seperti dia walaupun awalnya aku sangat membencinya. Aku bahkan dulu pernah tidak mengakuinya sebagai dongsaengku. Dia begitu sabar menghadapi seorang nuna sepertiku. Uri Minwoonie saranghaeyo.

Namja tinggi itu sudah berdiri di sampingku. Menggenggam tanganku erat dan di hadapanku berdirilah si kecil itu. Aku selalu menganggapnya masih kecil, karena tingkahnya tak pernah menunjukkan bahwa ia sudah dewasa. Ia masih kecil sampai saat ini. Ada apa dengannya? Kenapa wajahnya seperti kain yang sudah 50 tahun tak disetrika?

"Minwoonie? Waeyo?" tanyaku sambil mengelus rambutnya pelan.
"Ya! Hyung! Kau sudah merebut nunaku tersayang sekarang! Aku tak akan bisa merebutnya lagi. Kau sekarang memilikinya hyung," ucap Minwoo pada Hyunseong oppa.
"Haha. Kau kan dongsaengku Minwoonie. Aku tetap milikmu juga, " aku tertawa melihat wajahnya.
"Emm.. Kalau begitu.. Nuna, ppoppo aku ne?" Minwoo tersenyum lagi.
"Yaaa!!! Dia istriku! Jangan turuti kemauannya itu chagi!" Hyunseong oppa langsung mengerucutkan bibirnya.

Aku hanya tertawa-tawa saja melihat tingkah mereka berdua. Haha. Masih seperti anak TK.

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar