Kamis, 15 Maret 2012

KURANG TIDUR MENYEBABKAN ORANG MENJADI CEPAT PIKUN


Sering begadang atau stres karena pekerjaan membuat sebagian orang rela kehilangan kualitas tidurnya. Kualitas tidur menurun, otomatis juga mengurangi kualitas intelek/intelegensaia, perilaku, dan kepribadian. Tanpa bermaksud menakut-nakuti anda, hal ini juga bisa terjadi tak hanya pada orang tua, tapi bisa terjadi pada segala usia, dan tak mengenal gender
 Insomnia, yang merupakan salah satu jenis gangguan tidur, dituding bisa menyebabkan demensia. Namun, sebelum kita berbicara lebih jauh mengenai hubungan kedua penyakit ini, kita akan membahas dulu mengenai insomnia, kemudian demensia, lalu kita akan mengatahui kaitan antara keduanya.
Insomnia merupakan salah satu dari sekian banyak jenis gangguan tidur (trouble sleeping). Insomnia adalah gejala kelainan tidur, bukan penyakit. Penyebabnya, dari suatu penyakit tertentu, baik fisik maupun psikis. Gejalanya penderitanya memang mengalami kesulitan untuk tidur, sering terjaga di malam hari, dan tubuhnya sering kali mengalami capek/lelah. Namun, masyarakat sering salah kaprah, dengan beranggapan bahwa orang begadang atau tidur larut malam disebut insomnia.
Penyebab, antara lain karena jetlag, jam kerjapada malam-pagi hari, mengkonsumsi minuman beralkohol, efek samping obat tertentu, stres, penyakit kerusakan otak (misalnya stroke), gangguan neurologis dan gangguan psikis seperti bipolar atau obsesif kompulsif.
Insomnia sendiri, dibedakan menjadi primer dan sekunder. Primer merupakan kurang tidur. Kurang tidur yang dimaksud adalah kurang secara kualitas, bukan kuantitas. Normalnya, dalam sehari manusia tidur sebanyak delapan jam, dan semakin tua usianya, semakin pendek pula jam tidurnya.
Meskipun dalam sehari seseorang hanya tidur lima atau empat jam, namun tidurnya berkualitas, maka ia tidak bisa dikatakan insomnia. Juga tidak ada kaitannya dengan pola tidur. Jadi, ketika pola tidur seseorang berubah, misalnya baru  tidur setelah subuh, dan bangun pada pagi/siang hari, belum tentu insomnia, selama ia tidak mengalami gangguan dalam tidurnya.
Tidur yang normal atau berkualitas, yakni yang Rapid Eye Movement-nya (REM) normal. REM ini adalah pergerakan mata dari mulai tidur hingga tertidur pulas. Mulai dari berbaring memejamkan mata (masih dalam keadaan sadar/belum tidur), yang lamanya sekitar 60-90 menit, lalu REM antara 10-15 menit, dan tertidur pulas.
Lalu, sekunder, yang muncul akibat penyakit-penyakit lain. Antara lain Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau sering terhentinya napas ketika tidur, sleep paralysis atau tindihan, narkolepsi (mengantuk berlebihan) atau katapleksi (kelemahan mendadak pada otot-otot motorik).
INSOMNIA
Nah, insomnia sekunder itulah yang bisa menyebabkan seseorang terserang demensia, berapapun usianya. Demensia atau pikun, adalah degeneratif progresif intelek/intelegensia, perilaku dan kepribadian seseorang yang disebabkan kelainan pada otak. Berbeda dengan alzeimer yang prosesnya lama (menahun), demensia relatif cepat. Kecepatan memburuknya kondisi penderita, tergantung pada penyebab yang mendasari. Seperti stroke, alzeimer, parkinson, huntington, AIDS, dan lainnya.
Tidur yang tak berkualitas mempengaruhi pembentukan plak amyloid dalam otak. Plak amyloid merupakan deposit yang dianggap sebagai penuaan dini. Bila hal tersebut terjadi, bisa menyebabkan kepikunan atau demensia.
Singkatnya, insomnia menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Karena kondisi tubuh memburuk, menyebabkan seseorang mengalami penuaan dini, yang salah satunya adalah penuaan daya ingat atau memori. Meskipun demensia diidentikkan dengan orang tua, belum tentu orang yang sudah usianya sudah lanjut, mengalami pikun. Bisa saja dia lupa akan hal-hal kecil seperti lupa menaruh barang, tetapi masih ingat semua sejarah teori filsafat, misalnya.
Hal tersebut karena memori manusia terbagi menjadi tiga, jangka pendek, menengah dan panjang. Nah, orang yang mengalami demensia, kehilangan memori jangka pendeknya, namun masih bisa mengingat memori jangka panjang, seperti teori-teori filsafat tersebut.
Seperti cerita dalam novel Umberto Eco, “The Mysterious Flame of Queen Loana”, sang tokoh utama mengalami demensia akyt. Bahkan dia tak ingat namanya sendiri. Tapi, ia bisa mengingat setiap detail plot, serta setiap baris puisi dari buku-buku yang pernah dibacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar