Kamis, 10 Mei 2012

[FANFICTION] HANA YORI DANGO


Mega mengayuh sepedanya dengan cepat menuju sekolah sangat ternama itu. Ya, tentu saja sekolah itu sangat mewah. Meisho Gakuen namanya. Hanya orang-orang kaya yang bisa sekolah di sana.
Di sisi lain, Andi murid yang sedang dikejar-kejar murid lainnya untuk dihajar mencoba menghindar. Seluruh tubuhnya penuh dengan darah yang terus bercucuran.
Sampailah Andi hingga di atap gedung sekolah. Bertepatan dengan itu, Mega sudah sampai di dalam lingkungan sekolah. Dia segera memarkirkan sepedanya dan langsung mencari Andi.
                “Hey, itu Andi! Dia ada di atap!” teriak seorang murid laki-laki.
                “Iya benar! Dia akan bunuh diri!” teriak murid lainnya.
Mega yang mendengar hal itu segera berlari menuju ke atap sekolah. Sambil membawa baju-baju, Mega menaiki tangga menuju atap gedung sekolah itu. Sampailah dia di sana. Banyak murid yang berkerumun di atap, juga di bawah sana. Ada yang memotret-motret peristiwa tersebut.
                “Hey, kau Andi kan?” teriak Mega.
Andi membalikkan tubuhnya.
                “Iya. Apa yang kau lakukan di sini?”
                “A... Aku? Ah, kau ini. Aku Mega, yang mengantar pakaianmu ini. Biayanya Rp 15.000,-. Mana?” ucap Mega.
Sontak, semua yang mendengar ucapan Mega langsung tertawa.
                “Mintalah uang biaya itu pada orang tuaku. Karna aku tak akan muncul lagi di sini,” ucap Andi.
                “Jangan bicara begitu. Ya sudah aku murahkan menjadi Rp 10.000,-“ ucap Mega sambil tersenyum. Dia terdiam sejenak.
                “A... Apa yang kau katakan tadi?!” teriak Mega tiba-tiba.
                “Ya. Aku akan mati.”
                “Hey! Kau sudah gila ya! Tempat ini sangat bagus, kenapa kau ingin mati?”
                “Mengapa kau berpikir tempat ini bagus? Tempat ini bukan sekolah,tapi neraka.”
                “Harusnya kau bersyukur bisa masuk sekolah ini. Neraka yang sesungguhnya ada di luar sana. Apa pernah kau berpikir mengenai kerasnya kehidupan di luar sana?”
Belum sempat Mega menyelesaikan kalimatnya, Andi sudah terjun bebas dari tempat itu. Beruntung, nyawa Andi terselamatkan oleh Mega. Karena Mega langsung melempar pakaian yang dipegangnya dan menarik tangan Andi agar tidak jatuh.
***
Peristiwa itu langsung menjadi top news di semua channel tv di Indonesia. Sang pemilik sekolah tersebut, nyonya Asri sampai pusing memikirkan hal itu. Sekolah di demo oleh orang-orang supaya ditutup.
Di tempat lain, Mega dielu-elukan sebagai “WONDER GIRLS”. Hingga di tempat kerjanya dia selalu dicari wartawan-wartawan untuk diwawancarai. Sampai dia takut untuk keluar. Karena terpaksa, akhirnya dia keluar. Dipotret oleh banyak wartawan, Mega hanya bisa nyengir kuda.
Mega akhirnya sampai di rumah. Dia kaget ketika melihat di depan rumahnya ada beberapa mobil bagus. Dia segera masuk ke dalam rumah.
                “Ada apa ini?” tanya Mega pada keluarganya.
                “Mulai besok kau akan bersekolah di Meisho Gakuen dan masuk di kelas A,” jawab pria yang memakai jas berwarna coklat itu.
                “A... APA?! AKU?! Aku tidak mau!” teriak Mega.
                “Tidak. Dia sebenarnya mau. Tuan tenang saja,” sanggah ibu Mega.
Semetara itu, Mega ditarik oleh adik dan ayahnya ke dalam supaya tidak mengganggu persetujuan itu.
Orang yang menyuruh Mega agar bersekolah di tempat mewah itu pamit untuk pulang. Ibu Mega mengantarkan orang itu keluar.
                “Tolong pastikan dia berangkat sekolah besok,” ucap orang itu.
                “Iya, Tuan. Saya pastikan dia berangkat besok.”
Setelah orang itu pergi, ibunya Mega langsung masuk dan langsung senam SKJ (Senam Kesegaran Jasmani) karena kegirangan.
Mega pun berhasil kabur dari tahanan adik dan ayahnya. Dia berjalan ke ruang tamu dan melihat ibunya yang sedang senam itu.
                “Apa yang sedang Ibu lakukan?” tanya Mega.
                “Kau ini! Kau kan besok akan bersekolah di sekolah mahal itu. Tentu saja ibu sangat senang,” jawab ibunya.
                “AKU TIDAK MAU BERSEKOLAH DI SANA!!!” teriak Mega yang mungkin bisa terdengar sampai sekampung.
                “Itu tidak bisa. Karena kau telah mendapat semua ini,” kata ayahnya sambil memamerkan seragam yang akan dipakai Mega besok dan beberaa benda lainnya. Adiknya menyutingnya dengan handycam yang tadi diberi oleh orang itu.
***
Pagi harinya...
Dengan sangat terpaksa Mega berangkat sekolah. Dia berangkat diantar oleh ayahnya dengan mobil laundry miliknya. Anehnya, ayahnya ikut-ikutan pakai pakaian ala parlente.
Sampailah mereka di depan gerbang sekolahmewah nan megah itu. Semua mobil di sekeliling mereka adalah mobil mewah. Sedangkan mobil yang mereka tumpangi mobil yang sudah butut. Saat ayah Mega membukakan pintu untuk Mega, tanpa sengaja ayahnya memencet alarm mobil yang berbunyi “LAUNDRY LAUNDRY”. Semua yang mendengar langsung tertawa tak karuan.
Karena bel belum berbunyi, Mega menyempatkan diri untuk berjalan-jalan. Mega sangat hobi memanjat, dia memanjat bukit kecil yang ada di belakang sekolah itu. Tiba-tiba dia terpeleset. Tepat pada saat itu, dia ditangkap oleh seorang pria tampan. Dia adalah Rafael.
                “Hey! Apa yang kau lakukan?!” bentak Rafael sambil menurunkan Mega.
                “Aku hanya melihat-lihat.”
                “Dasar monyet.”
                “Enak saja. Memangnya kau siapa? Kau itu bahkan lebih buruk dari seekor monyet! Wle!” bentak Mega sambil menjulurkan lidahnya lalu pergi.
Saat sedang melihat-lihat kelas-kelas, Mega melihat seorang murid yang sedang menangis.
                “Kau kenapa?” tanya Mega.
                “Pudingku. Pudingku sama sekali tak enak,” jawab dia.
                “Baiklah, akan ku berikan sihir untuk membuatmu tersenyum,” ucap Mega.
Murid yang tadi menangis itu tertegun mendengar ucapan Mega. Mega membantunya bangkit dari duduknya. Dia membuat sebuah puding yang rasanya tidak kalah enak dari toko makanan Cantinna (toko kue terenak).
Siti, nama murid itu. Dia baik. Mega membantunya membuatkan cake juga untuknya. 2 cake yang lezat sudah jadi. Siti ingin memberikan cake itu pada Rafael.
Terdengar teriakan “RAFAEL, MORGAN, BISMA, REZA” berulang kali. Tentu saja, mereka berempat itu sangat terkenal dimana-mana.
Siti dan Mega masuk di dalam kerumunan itu untuk menyambut kedatangan Rafael sambil membawa cake buatannya. 1 di tangan Siti, 1 lagi di tangan Mega. Rafael, Morgan, Bisma, dan Reza berhenti di tengah-tengah kerumunan itu. Siti mencoba menerobos kerumunan itu. Rafael memandang Siti dan cakenya.
                “Tolong terima cake ini,” ucap Siti sambil menyodorkan cakenya.
Rafael kemudian mengambil cake itu. Semua orang di sana sangat terkejut kecuali Mega. Ya, karena Mega belum tau tentang seluk beluk sekolah itu. Rafael memang tidak pernah mau menerima sesuatu dari murid lainnya kecuali dari ketiga sahabatnya itu.
Tapi, ternyata cake itu Rafael lemparkan ke wajah Siti. Semua yang ada di sana hanya melongo. Tiga cewek yang keiatan sombong banget, tertawa bahagia. Mega tidak terima dengan perlakuan Rafael, dia melemparkan kue yang dia pegang ke wajah Rafael. Semuanya kaget.
                “KA, KAU!! NYET! APA YANG KAU LAKUKAN?!” bentak Rafael pada Mega.
                “Haha, wajahmu terlihat lebih bagus dengan krim cake itu. Bajumu juga,” ledek Mega.
                “Hey! Awas kau ya! Bersihkan!” bentak Rafael.
                “Aku akan membelikan baju yang sama,” ucap Siti menengahi.
                “Memang kau punya uang lebih dari aku?! Bajuku ini karya desainer terkenal di Paris! Bersihkan dengan jasmu!” Rafael marah.
                “Halah, baju dari pasar loak aja dibilang baju karya desainer. Huh,” ledek Mega.
Semua yang di situ memandang ke arah Mega. Karena hanya Mega yang baru berani menantang Rafael.
                “Apa kau bilang?!” Rafael marah besar. Dia menarik kerah kemeja Mega dan hendak memukulnya. Tapi sayang, sebelum Rafael memukul Mega, Mega sudah memasang kuda-kuda dan kakinya memutar menendang lutut Rafael dan tangannya menghentak mengarah ke dagu Rafael. Hal itu langsung membuat Rafael jatuh dan kesakitan.
                “Puas?! Makanya jadi orang jangan sombong?! Hanya karena kau kaya?! Huh,” ucap Mega lalu pergi.
Siti juga pergi mengikuti Mega. Afi, Dini, dan Lisha yang ngefans berat sama Rafael dkk juga pergi mengikuti Mega. Mereka bertiga menghadang Mega dan Siti.
                “Hey kau!! Kau itu siapa?! Berani-beraninya menendang kak Rafael!” bentak Afi.
                “Memangnya kenapa?” tanya Mega.
                “Kenapa?! Hey! Kau itu harusnya sadar! Dia itu pemilik sekolah ini!” bentak Dini.
                “Oh. Terus?” ucap Mega.
                “Jangan lakukan hal bodoh seperti tadi lagi pada mereka!” bentak Lisha.
                “Kalian itu siapa sih?” tanya Mega yang penasaran dengan ketiga perempuan itu.
                “Kita Beautiful Girls. Aku Afi,” kata Afi sambil berpose.
                “Dini,” kata Dini sambil berpose imut.
                “Lisha,” Lisha sambil berpose juga.
                “Oooh. Ya sudah, kami pergi dulu.”
Mega menarik tangan Siti dan pergi. Sedangkan geng Beautiful Girls marah-marah sendiri.
                “Terimakasih ya,” ucap Siti pada Mega.
                “Untuk apa?” tanya Mega.
                “Kau sudah membelaku di depan mereka semua,” jawab Siti.
                “Tidak perlu berterimakasih padaku. Aku hanya tidak suka pada perilaku mereka yang seenaknya sendiri. Sini aku bantu kau membersihkan wajahmu,” Mega mengambil sapu tangannya dan mengusapkannya ke wajah Siti.
Di tempat khusus F4, Rafael berunding dengan Morgan, Bisma, dan Reza untuk membalas perlakuan Mega.
                “Kenapa dia berbeda?! Tidak ada yang berani melawanku! Kenapa dia berani?!” ucap Rafael sambil melemparkan anak panah kecil ke sebuah lingkaran.
Morgan sedang memainkan musik dengan pianonya. Bisma dan Reza sedang bermain bola yang ada di set ditemani 2 orang wanita cantik. Bisma yang dari tadi melihat Rafael marah-marah, kamudian berjalan mendekati Rafael.
                “Sudahlah. Kita lakukan saja dengan kartu merah,” ucap Bisma sambil merangkul pundak Rafael.
                “Tumben kau pintar,” ucap Rafael sambil tersenyum.
Rafael mengambil anak panah dan melemparnya.
                “Mega, tamatlah riwayatmu!” ucap Rafael pada dirinya sendiri.
Jam pulang sekolah tiba. Semua anak berkeliaran ke loker mereka untuk menaruh barang-barang. Mega membuka lokernya. Semua mata memandang ke arahnya. Perlahan Mega membukanya. Saat lokernya sudah terbuka, Mega kaget. Di dalam lokernya ada sebuah kartu berwarna merah, bertanda tengkorak, dan di bawah tanda tengkorak itu ada tulisan F4.
                “Wah, Mega murid kelas A dapat kartu merah,” ucap salah seorang murid laki-laki.
                “Apa-apaan ini?! Aku kan tidak bermain sepak bola. Kenapa malah diberi kartu merah?! Dasar!” Mega marah-marah sendiri sambil meremas kartu merah itu dan menginjaknya.
Semua murid memandangi nya saat ia berjalan. Saat Mega sampai di depan koridor kelas, ada yang melemparnya dengan telur. Tapi, sepertinya Mega tau. Dia menghindar, berpura-pura membenarkan tali sepatu. Akhirnya telur itu mengenai murid lain. Karena telur itu tidak mengenai Mega. Akhirnya semua murid melemparkan tepung dan telur ke arah Mega. Mega sudah tidak dapat menghindar. Tetapi, tiba-tiba ada jas yang melindungi dirinya dari lemparan telur itu. Dan orang yang mempunya jas itu mendekap Mega, agar Mega tidak terkena lemparan-lemparan itu. Semua murid berhenti melempar telur dan tepung. Orang yang menyelamatkan Mega dari lemparan itu ternyata adalah Morgan. Salah satu anggota F4. Semua murid tertunduk. Mereka semua takut. Morgan membawa Mega pergi dari tempat itu.
                “Kenapa kau menolongku?” tanya Mega.
                “Aku hanya kebetulan lewat. Aku tidak tega,” jawab Morgan.
                “Tapi, terimakasih ya. Gara-gara aku seragammu kotor. Biar aku bersihkan.”
                “Tidak perlu. Aku akan membersihkannya sendiri.”
                “Tapi bagaimana caraku berterimakasih padamu?”
                “Tolong ajari aku melukis. Aku dengar kau sangat berbakat dalam bidang lukis.”
                “Baiklah. Mulai kapan? Dan dimana?” Mega menyetujui permintaan Morgan.
                “Mulai besok. Pulang sekolah, aku tunggu kau di alamat ini,” Morgan memberikan selembar kertas yang berisikan alamat yang besok harus didatangi Mega.
***
Bos Ilham sedang duduk di kursinya. Mega mengetuk pintu ruangannya. Tok... Tok...
                “Ya, masuk,” ucap Bos Ilham.
Mega pun masuk.
                “Bos, ini semua yang harus ditandatangani,” ucap Mega sambil memberikan berkas-berkas yang ada di dalam stofmap.
                “Mega, kan aku sudah bilang. Kau itu sahabatku, panggil saja aku Ilham,” perintah si Bos.
                “Iya, baiklah.”
                “Bagaimana keadaan sekolahmu yang baru?”
                “Ya begitulah. Lebih banyak murid yang sangat menyebalkan. Tapi ada beberapa yang baik.”
                “Mega!” teriak salah seorang pegawai, yang tidak lain adalah Dea, sahabat Mega.
                “Dea. Kenapa berteriak?”
                “Kau ini! Tanpamu, di sekolah itu sepi.”
                “Oh ya?”
                “Iya.”
Ilham ternyata merasa bahwa dia dari tadi dicuekin oleh Mega dan Dea.
                “Hey! Kalian berdua malah ngobrol seenaknya, aku tidak diajak.”
                “Hehe, maaf, Ham,” ucap Dea.
                “Mega, apa kau sudah punya teman di sana?” tanya Ilham.
                “Sudah. Dia sangat baik padaku. Namanya Siti.”
                “Syukurlah,” komentar Dea.
Saat Ilham, Mega, dan Dea sedang asyik mengobrol, seseorang mengetuk pintu ruangan itu.
                “Masuk,” perintah Ilham.
Orang itu masuk.
                “Mega, ada orang yang mencarimu di luar, dan bos, tolong izinkan Mega untuk tidak ikut meeting nanti.”
                “Iya. Mega, sepertinya mereka orang yang penting. Temuilah,” ucap Ilham.
                “Aku pergi dulu,” pamit Mega.
Mega menemui orang itu. Orang itu mengajak Mega pergi. Mega dikawal oleh beberapa mobil mewah. Ternyata mereka semua membawa Mega ke sebuah rumah yang sangat mewah. Seperti istana. Dia dibawa masuk. Di dalam dia sudah ditunggu oleh seorang wanita dan seorang pria yang umurnya sepertinya sudah setengah baya.
                “Honey, my daughter,” teriak si wanita.
                “Mega!” teriak si pria.
Mega yang tak mengerti akhirnya dijelaskan. Mega akhirnya tau. Kedua orang bule itu adalah orangtuanya. Mega disuruh untuk tinggal di rumah itu. Tapi dia menolaknya. Dia ingin hidup sebagai orang biasa.
Masalah lagi, laundry orangtua angkat Mega bangkrut. Kedua orangtua angkatnya harus pindah. Orangtua angkatnya menitipkan anak laki-lakinya pada Mega.
***
Mega berpikir dia harus tinggal dimana. Dia berjalan-jalan di tepi kolam renang. Tanpa Mega sadari, di belakangnya sudah berdiri ‘BEAUTIFUL GIRLS’. Mereka mendorong Mega hingga tercebur ke kolam renang. Mega yang tidak bisa berenang hanya bisa berteriak minta tolong. Rafael yang mendengar teriakan itu langsung mendekat. Dia langsung melompat ke kolam renang untuk menolong Mega. Mega terselamatkan oleh Rafael. Setelah Mega sadar, Rafael pergi meninggalkannya. Mega hanya memandangi kepergian Rafael.
                “Rafael, terimakasih kau telah menolongku,” ucapnya dalam hati.
***
Sepulang sekolah, Mega langsung mencari tempat seperti yang ada di alamat. Sampailah dia di suatu tempat. Dia masuk ke tempat itu. Di sana ad F4 ternyata. Morgan yang melihat kedatangan Mega langsung menghampirinya.
                “Ayo, ajari aku,” ajak Morgan sambil mendudukkan Mega.
 Di sebelah Mega ada Rafael yang sibuk bermain PSP. Morgan mengambil kertas dan cat air.
                “Bagaimana memulainya?” tanya Morgan.
                “Jika kau ingin gambar yang berbentuk,buatlah sketsanya dulu. Coba kau buat sketsanya,” jawab Mega.
Morgan lalu mencoba menggambar sketsanya. Karena sketsa Morgan ada yang salah, Mega membantu membetulkannya. Tanpa mereka sadari, Rafael sedang melihati mereka.
Tiba-tiba Mega membalik. Dia memergoki Rafael yang sedang memandanginya.
                “Mengapa kau memandangiku?” tanya Mega.
                “Tidak. Siapa yang memandangimu. Kau ini besar kepala sekali ya,” Rafael berbohong.
                “Oh ya?” Mega tak percaya.
                “IYA!” kata Rafael lebih keras.
                “Kau sepertinya mulai menyukaiku ya?” selidik Mega.
                “Enak saja. Tidak mungkin aku menyukaimu. Ada-ada saja kau ini,” Rafael berbohong lagi.
                “Ya sudahlah kalau tidak mau mengku. Tapi terlihat dari pipimu yang memerah,” ucap Mega sambil berbalik meneruskan sketsanya.
                “Ternyata dia cantik juga ya,” batin Rafael.
***
Mega kebingungan, dia bingung harus tinggal dimana. Sudah 2 hari Mega dan Dicky, adiknya tinggal di rumah Ilham. Tidak mungkin dia terus merepotkan Ilham. Tanpa berpikir panjang, Mega menemui kedua orangtuanya untuk membantunya.
                “Mom, Dad, can you help me?” tanya Mega.
                “Yes. What’s up, honey?” jawab ibunya.
                “Please, give me a house,” pinta Mega.
                “Yes, no problem.”
Akhirnya Mega dan Dicky mendapat sebuah rumah. Walaupun rumah sederhana, tapi layak untuk ditempati. Orangtua juga memindahkan Dicky di Meisho Gakuen. Mulai pagi ini, Dicky masuk sekolah.
***
Dicky berjalan memasuki kelas. Semua murid perempuan di kelas terpana melihat wajah Dicky.
                “Siapa dia? Cute. Apa dia murid baru itu?” komentar salah seorang murid.
Kedatangan Dicky di sekolah itu membuat kehebohan. Bahkan BEAUTIFUL GIRLS sampai penasaran dengan wajah Dicky yang dibilang ‘cute’ itu.
Hari kedua Dicky masuk sekolah. Di kelas memang sedang ramai sekali. Ada yang minta foto bersama Dicky, dsb. Tiba-tiba BEAUTIFUL GIRLS datang.
                “Siapa yang bernama Dicky?” tanya Afi.
Semua anak minggir dan memberi celah untuk BEAUTIFUL GIRLS melihat Dicky.
                “Aku yang bernama Dicky. Ada apa?” jawab Dicky.
Afi, Dini, dan Lisha langsung melongo. Sepertinya mereka terpana dengan wajah imut Dicky.
                “Waw, tampan sekali dia,” komentar Lisha.
                “Bukan, lebih tepatnya dia itu imut. Ya kan, Afi?” tambah Dini.
                Afi hanya diam saja. Dia penasaran dengan Dicky.
***
Di tempat lain...
Mega sedang melukis sebuah pemandangan. Tiba-tiba Rafael datang.
                “Apa kau selalu melukis?” tanya Rafael sambil memegang pundak Mega.
Tapi, Mega kaget dan malah menekuk tangan Rafael. Rafael meringis kesakitan.
                “Hey monyet! Kau seperti monster ya!” teriak Rafael.
                “Rafael?” Mega melepaskan Rafael.
                “Iya.”
Rafael langsung menarik tangan Mega. Mega yang ditarik hanya bisa mengikuti Rafael.
                “Rafael lepas!” teriak Mega.
                “Sudah ikut saja,” kata Rafael.
                “Tapi mau kemana?”
                “Kau ini tidak bisa kalau tidak ribut.”
                “Baiklah.”
Ternyata Rafael mengajak Mega ke sebuah taman yang sangat indah dengan dekorasi yang sangat indah.
                “Bagaimana menurutmu taman ini?” tanya Rafael.
                “Very beautiful,” jawab Mega.
                “Di sana ada sesuatu untukmu, walau aku tidak yakin kau akan menyukainya,” kata Rafael sambil menutup mata Mega.
Rafael menuntun Mega pelan-pelan. Hingga mereka sampai di tempat yang dituju, Rafael melepaskan tangannya. Perlahan Mega membuka matanya. Mega kaget, di depannya ada bunga mawar yang dihiasi lampu berbentuk love dan bertuliskan love.
                “Apa kau yang membuat semua ini?” tanya Mega.
                “Iya. Kau tidak suka ya?” Rafael cemberut.
                “Kenapa wajahmu jadi seperti itu? Aku menyukainya.”
                “Benarkah?”
                “Iya. Ini sangat indah. Malam yang sangat indah.”
                “Apa kau mau menjadi kekasihku?” tanya Rafael.
                “Aku. Aku tidak bisa menjawabnya,” jawab Mega lalu pergi.
Rafael tadinya ingin mengejar Mega, tapi gara-gara ponselnya berbunyi tidak jadi.
***
Di jalan, Mega masih memikirkan kalimat Rafael tadi. Dia sebenarnya menyukai Rafael, tapi dia juga menyukai Morgan. Tiba-tiba Morgan lewat. Morgan mengajak Mega ke kolam yang ada air mancurnya.
                “Mega apa kau mau menjadi kekasihku?” tanya Morgan tiba-tiba.
Tapi sayang ucapan Morgan tadi tidak terdengar oleh Mega karena air mancur itu menyemprot dengan sebuah lagu yang indah. Morgan hanya bisa tersenyum.
***
2 tahun kemudian...
Mega sudah menjadi kekasih Rafael. Selain itu, Afi dan Dicky sudah resmi berpacaran. Mega dan BEAUTIFUL GIRLS juga sudah tidak bermusuhan. Namun, sepertinya nyonya Asri, ibu Rafael, tidak merestui hubungan mereka berdua. Nyonya Asri menjodohkan Rafael dengan Siti, karena Siti orangtuanya akan menanam saham di perusahaan keluarga Rafael. Rafael tidak bisa menolak, karena jika dia menolak pertunangan itu, Mega akan mengalami sesuatu yang tidak diinginkan.
***
                “Nona Mega?” tanya seorang pria yang memakai pakaian parlente.
                “Iya. Ada apa ya?” jawab Mega.
                “Anda diundang oleh nyonya besar ke pesta pertunangan Siti dan Rafael, ini undangannya,” kata orang itu sambil memberikan undangan.
                “Terimakasih,” kata Mega.
Tiba-tiba Dea datang mendekati Mega.
                “Apa kau yakin akan datang?” tanya Dea.
                “Aku sangat yakin,” jawab Mega.
                “Apa hatimu tak terluka?”
                “Itu pasti. Tapi aku akan melihatnya.”
Seseorang mengetuk pintu rumah Mega. Mega segera membukakan pintu. Ternyata yang mengetuk pintu adalah Bisma.
                “Hay guys, apa kalian mendapat undangan seperti ini?” tanya Bisma.
                “Iya,” jawab Mega dan Dea berbarengan.
                “Kita akan berangkat bersama. Aku akan menjemput kalian di sini jam 7 malam nanti. Sebelum itu kalian harus memakai senjata,” Bisma mengambil sesuatu dari dalam bagasi mobilnya.
Bisma mengambil 6 kotak besar di bagasinya. 3 kotak diberikannya untuk Dea, dan 3 lainnya untuk Mega.
                “Pakailah semua itu nanti malam,” kata Bisma lalu pergi.
***
Saat yang ditunggu-tunggu tiba, Mega dan Dea sudah melakukan semua perintah Bisma tadi siang. Bisma, Reza, dan Morgan sudah datang dengan mobil beserta sopirnya masing-masing. Mereka bertiga terpesona dengan penampilan Mega dan Dea.
                “Dea, kau sangat cantik malam ini,” Bisma menarik tangan Dea.
                “Terimakasih kakak,” kata Dea tersipu malu.
Dea dan Bisma masuk ke dalam mobil Bisma.
                “Apakah kau mau pergi bersamaku?” tanya Morgan pada Mega.
                “Iya,” jawab Mega.
Mega dan Morgan langsung masuk ke dalam mobil Morgan dan pergi.
                “Huh, andai saja aku punya pacar. Pasti aku akan mengatakan, apa kau mau pergi bersamaku cantik? Baiklah. Itu hanya mimpi,” kata Reza pada dirinya sendiri.
Sampailah mereka berlima di acara tersebut. Kedatangan mereka berlima bak orang penting. Mereka duduk di kursi paling depan. Nyonya Asri datang.
                “Terimakasih kau sudah datang di acara ini,” kata nyonya Asri.
Mega hanya tersenyum saja. Dea, Morgan, Bisma, dan Reza bingung dengan keadaan tersebut.
                “Mega,” sapa seseorang, yang tak lain adalah kak Rangga, kakak dari Rafael.
                “Kak Rangga,” balas Mega.
                “Aku tau hatimu pasti sakit karena acara pertunangan ini,” kata kak Rangga pada Mega.
                “Tidak mengapa kak. Aku akan melihatnya dari awal sampai akhir.”
***
Acara pertunangan sudah dimulai. Para hadirin sudah beranjak dari kursinya masing-masing. Tukar cincin. Dengan sangat terpaksa, Rafael memasangkan cincin di jari manis tangan kiri Siti. Perlahan Rafael memasangkan cincin itu. Kini giliran Siti yang memasangkan cincin itu. Dengan perlahan, Siti memasangkan cincin yang satunya lagi ke jari manis Rafael. Tapi sayang, baru sampai di tengah jari, Siti menariknya kembali dan membuangnya. Para hadirin kaget dan bingung.
                “Maafkan aku ayah, ibu, nyonya Asri dan semuanya. Aku tidak bisa melakukan ini semua. Karena cinta tidak bisa dipaksakan. Seperti hati Rafael. Dalam hati memang aku berharap dia akan menyukaiku. Tapi, rasa cintanya pada seseorang sangat besar. Sehingga tidak bisa terpisahkan,” kata Siti.
Nyonya Asri sangat marah, dia langsung pergi dari tempat itu. Mega sangat kaget, dia tidak menyangka jika Siti akan begitu.
***
Acara itu dibubarkan begitu saja. Mega dan yang lain menemui Siti dan Rafael.
                “Siti...” ucap Mega.
                “Mega...” ucap Siti.
                “Kenapa kau berbuat begitu? Bukankah kau sangat menyukai Rafael?” tanya Mega.
                “Iya, memang. Tapi aku tau besarnya cinta kalian. Jadi, aku mengalah,” jawab Siti.
***
Sepulang sekolah, Mega sedang berjalan ke rumah. Ketika sampai di rumah, dia sudah ditunggu nyonya Asri dan pengawal-pengawalnya.
                “Ada perlu apa nyonya kemari?” tanya Mega.
                “Sebaiknya kau menjauh dari anakku. Dia tidak sederajat denganmu, harusnya kau sadar. Kau itu hanya orang miskin,” jawab nyonya Asri.
                “Mengapa? Kami berdua memang tidak sederajat. Tapi anda harus tau, jalan pikiran kami sama.”
                “Berani sekali kau!” nyonya Asri hendak menampar Mega.
Belum sempat tamparan itu mendarat di pipi Mega, tangan nyonya Asri sudah dihalangi oleh para pengawal-pengawal Mega.
                “Pria mana lagi yang kau manfaatkan? Ayo kita pergi,” ucap nyonya Asri.
***
Mega dan Dicky sekarang tinggal di rumah Mega. Mega terpaksa harus tinggal di sana karena dia harus meneruskan perusahaan orangtuanya. Orangtua Mega juga sudah tau tentang peristiwa kemarin, mereka akan mengambil saham mereka di perusahaan Rafael. Saham mereka di sana sebesar 80%.
Tampak nyonya Asri yang sedang duduk berhadapan dengan ayah Mega.
                “Apa yang kau lakukan kemarin pada Mega?”
                “Aku hanya memberikannya pelajaran agar dia tidak mendekati anakku, tuan. Ada apa?” jawab nyonya Asri.
                “Jadi benar. Kau yang menampar anakku.”
                “Maksud tuan?”
                “Ya, Mega. Dia adalah anakku. Aku kemari juga akan mencabut sahamku di perusahaan ini.”
                “Apa?! Tidak mungkin.”
***
Perusahaan milik Rafael hampir bangkrut. Mega tidak tega melihatnya. Dia membujuk ayahnya untuk menanam saham kembali di sana. Tapi tidak berhasil.
Akhirnya bujukan Mega berhasil. Saat ini Mega lah yang menjadi presdir di perusahaan tersebut sekaligus dia menjadi dokter muda yang sangat cerdas. Rafael kuliah di luar negeri hingga akhirnya sekarang dia menjadi seorang pebisnis muda yang handal. Rencananya hari ini Rafael akan menemui Mega diam-diam.
Rafael berpura-pura menjadi sopir pribadi Mega. Saat Mega naik, mobil langsung melaju kencang dan berhenti di pantai. Penyamaran Rafael sepertinya berhasil, padahal dia hanya menggunakan topi.
                “Kenapa kita malah ke pantai? Aku kan tidak menyuruhmu ke tempat ini,” omel Mega.
                “Iya, memang tidak, Mega,” Rafael melepas topinya dan membalikkan tubuhnya.
Mega sangat terkejut dia tidak menyangka jika dia itu Rafael.
***
Anggota F4 yang lain juga sudah berada di sana.
                “Mega, maukah kau menjadi istriku?” tanya Rafael.
                “Aku mau,” jawab Mega.
                “Sah!” ucap yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar