Mega
mengayuh sepedanya dengan cepat menuju sekolah sangat ternama itu. Ya, tentu
saja sekolah itu sangat mewah. Meisho Gakuen namanya. Hanya orang-orang kaya
yang bisa sekolah di sana.
Di
sisi lain, Andi murid yang sedang dikejar-kejar murid lainnya untuk dihajar
mencoba menghindar. Seluruh tubuhnya penuh dengan darah yang terus bercucuran.
Sampailah
Andi hingga di atap gedung sekolah. Bertepatan dengan itu, Mega sudah sampai di
dalam lingkungan sekolah. Dia segera memarkirkan sepedanya dan langsung mencari
Andi.
“Hey, itu Andi! Dia ada di
atap!” teriak seorang murid laki-laki.
“Iya benar! Dia akan bunuh
diri!” teriak murid lainnya.
Mega
yang mendengar hal itu segera berlari menuju ke atap sekolah. Sambil membawa
baju-baju, Mega menaiki tangga menuju atap gedung sekolah itu. Sampailah dia di
sana. Banyak murid yang berkerumun di atap, juga di bawah sana. Ada yang
memotret-motret peristiwa tersebut.
“Hey, kau Andi kan?” teriak
Mega.
Andi
membalikkan tubuhnya.
“Iya. Apa yang kau lakukan di
sini?”
“A... Aku? Ah, kau ini. Aku
Mega, yang mengantar pakaianmu ini. Biayanya Rp 15.000,-. Mana?” ucap Mega.
Sontak,
semua yang mendengar ucapan Mega langsung tertawa.
“Mintalah uang biaya itu pada
orang tuaku. Karna aku tak akan muncul lagi di sini,” ucap Andi.
“Jangan bicara begitu. Ya sudah
aku murahkan menjadi Rp 10.000,-“ ucap Mega sambil tersenyum. Dia terdiam
sejenak.
“A... Apa yang kau katakan
tadi?!” teriak Mega tiba-tiba.
“Ya. Aku akan mati.”
“Hey! Kau sudah gila ya! Tempat
ini sangat bagus, kenapa kau ingin mati?”
“Mengapa kau berpikir tempat ini
bagus? Tempat ini bukan sekolah,tapi neraka.”
“Harusnya kau bersyukur bisa
masuk sekolah ini. Neraka yang sesungguhnya ada di luar sana. Apa pernah kau
berpikir mengenai kerasnya kehidupan di luar sana?”
Belum
sempat Mega menyelesaikan kalimatnya, Andi sudah terjun bebas dari tempat itu.
Beruntung, nyawa Andi terselamatkan oleh Mega. Karena Mega langsung melempar
pakaian yang dipegangnya dan menarik tangan Andi agar tidak jatuh.
***
Peristiwa
itu langsung menjadi top news di semua channel tv di Indonesia. Sang pemilik
sekolah tersebut, nyonya Asri sampai pusing memikirkan hal itu. Sekolah di demo
oleh orang-orang supaya ditutup.
Di
tempat lain, Mega dielu-elukan sebagai “WONDER GIRLS”. Hingga di tempat
kerjanya dia selalu dicari wartawan-wartawan untuk diwawancarai. Sampai dia
takut untuk keluar. Karena terpaksa, akhirnya dia keluar. Dipotret oleh banyak
wartawan, Mega hanya bisa nyengir kuda.
Mega
akhirnya sampai di rumah. Dia kaget ketika melihat di depan rumahnya ada
beberapa mobil bagus. Dia segera masuk ke dalam rumah.
“Ada apa ini?” tanya Mega pada
keluarganya.
“Mulai besok kau akan bersekolah
di Meisho Gakuen dan masuk di kelas A,” jawab pria yang memakai jas berwarna
coklat itu.
“A... APA?! AKU?! Aku tidak
mau!” teriak Mega.
“Tidak. Dia sebenarnya mau. Tuan
tenang saja,” sanggah ibu Mega.
Semetara
itu, Mega ditarik oleh adik dan ayahnya ke dalam supaya tidak mengganggu
persetujuan itu.
Orang
yang menyuruh Mega agar bersekolah di tempat mewah itu pamit untuk pulang. Ibu
Mega mengantarkan orang itu keluar.
“Tolong pastikan dia berangkat
sekolah besok,” ucap orang itu.
“Iya, Tuan. Saya pastikan dia
berangkat besok.”
Setelah
orang itu pergi, ibunya Mega langsung masuk dan langsung senam SKJ (Senam
Kesegaran Jasmani) karena kegirangan.
Mega
pun berhasil kabur dari tahanan adik dan ayahnya. Dia berjalan ke ruang tamu
dan melihat ibunya yang sedang senam itu.
“Apa yang sedang Ibu lakukan?”
tanya Mega.
“Kau ini! Kau kan besok akan
bersekolah di sekolah mahal itu. Tentu saja ibu sangat senang,” jawab ibunya.
“AKU TIDAK MAU BERSEKOLAH DI
SANA!!!” teriak Mega yang mungkin bisa terdengar sampai sekampung.
“Itu tidak bisa. Karena kau
telah mendapat semua ini,” kata ayahnya sambil memamerkan seragam yang akan
dipakai Mega besok dan beberaa benda lainnya. Adiknya menyutingnya dengan
handycam yang tadi diberi oleh orang itu.
***
Pagi
harinya...
Dengan
sangat terpaksa Mega berangkat sekolah. Dia berangkat diantar oleh ayahnya
dengan mobil laundry miliknya. Anehnya, ayahnya ikut-ikutan pakai pakaian ala
parlente.
Sampailah
mereka di depan gerbang sekolahmewah nan megah itu. Semua mobil di sekeliling
mereka adalah mobil mewah. Sedangkan mobil yang mereka tumpangi mobil yang
sudah butut. Saat ayah Mega membukakan pintu untuk Mega, tanpa sengaja ayahnya
memencet alarm mobil yang berbunyi “LAUNDRY LAUNDRY”. Semua yang mendengar
langsung tertawa tak karuan.
Karena
bel belum berbunyi, Mega menyempatkan diri untuk berjalan-jalan. Mega sangat
hobi memanjat, dia memanjat bukit kecil yang ada di belakang sekolah itu.
Tiba-tiba dia terpeleset. Tepat pada saat itu, dia ditangkap oleh seorang pria
tampan. Dia adalah Rafael.
“Hey! Apa yang kau lakukan?!”
bentak Rafael sambil menurunkan Mega.
“Aku hanya melihat-lihat.”
“Dasar monyet.”
“Enak saja. Memangnya kau siapa?
Kau itu bahkan lebih buruk dari seekor monyet! Wle!” bentak Mega sambil
menjulurkan lidahnya lalu pergi.
Saat
sedang melihat-lihat kelas-kelas, Mega melihat seorang murid yang sedang
menangis.
“Kau kenapa?” tanya Mega.
“Pudingku. Pudingku sama sekali
tak enak,” jawab dia.
“Baiklah, akan ku berikan sihir
untuk membuatmu tersenyum,” ucap Mega.
Murid
yang tadi menangis itu tertegun mendengar ucapan Mega. Mega membantunya bangkit
dari duduknya. Dia membuat sebuah puding yang rasanya tidak kalah enak dari
toko makanan Cantinna (toko kue terenak).
Siti,
nama murid itu. Dia baik. Mega membantunya membuatkan cake juga untuknya. 2
cake yang lezat sudah jadi. Siti ingin memberikan cake itu pada Rafael.
Terdengar
teriakan “RAFAEL, MORGAN, BISMA, REZA” berulang kali. Tentu saja, mereka
berempat itu sangat terkenal dimana-mana.
Siti
dan Mega masuk di dalam kerumunan itu untuk menyambut kedatangan Rafael sambil
membawa cake buatannya. 1 di tangan Siti, 1 lagi di tangan Mega. Rafael,
Morgan, Bisma, dan Reza berhenti di tengah-tengah kerumunan itu. Siti mencoba
menerobos kerumunan itu. Rafael memandang Siti dan cakenya.
“Tolong terima cake ini,” ucap
Siti sambil menyodorkan cakenya.
Rafael
kemudian mengambil cake itu. Semua orang di sana sangat terkejut kecuali Mega.
Ya, karena Mega belum tau tentang seluk beluk sekolah itu. Rafael memang tidak
pernah mau menerima sesuatu dari murid lainnya kecuali dari ketiga sahabatnya
itu.
Tapi,
ternyata cake itu Rafael lemparkan ke wajah Siti. Semua yang ada di sana hanya
melongo. Tiga cewek yang keiatan sombong banget, tertawa bahagia. Mega tidak
terima dengan perlakuan Rafael, dia melemparkan kue yang dia pegang ke wajah
Rafael. Semuanya kaget.
“KA, KAU!! NYET! APA YANG KAU LAKUKAN?!”
bentak Rafael pada Mega.
“Haha, wajahmu terlihat lebih
bagus dengan krim cake itu. Bajumu juga,” ledek Mega.
“Hey! Awas kau ya! Bersihkan!”
bentak Rafael.
“Aku akan membelikan baju yang
sama,” ucap Siti menengahi.
“Memang kau punya uang lebih
dari aku?! Bajuku ini karya desainer terkenal di Paris! Bersihkan dengan
jasmu!” Rafael marah.
“Halah, baju dari pasar loak aja
dibilang baju karya desainer. Huh,” ledek Mega.
Semua
yang di situ memandang ke arah Mega. Karena hanya Mega yang baru berani
menantang Rafael.
“Apa kau bilang?!” Rafael marah besar. Dia menarik kerah kemeja Mega dan hendak memukulnya. Tapi sayang, sebelum Rafael memukul Mega, Mega sudah memasang kuda-kuda dan kakinya memutar menendang lutut Rafael dan tangannya menghentak mengarah ke dagu Rafael. Hal itu langsung membuat Rafael jatuh dan kesakitan.
“Apa kau bilang?!” Rafael marah besar. Dia menarik kerah kemeja Mega dan hendak memukulnya. Tapi sayang, sebelum Rafael memukul Mega, Mega sudah memasang kuda-kuda dan kakinya memutar menendang lutut Rafael dan tangannya menghentak mengarah ke dagu Rafael. Hal itu langsung membuat Rafael jatuh dan kesakitan.
“Puas?! Makanya jadi orang
jangan sombong?! Hanya karena kau kaya?! Huh,” ucap Mega lalu pergi.
Siti
juga pergi mengikuti Mega. Afi, Dini, dan Lisha yang ngefans berat sama Rafael
dkk juga pergi mengikuti Mega. Mereka bertiga menghadang Mega dan Siti.
“Hey kau!! Kau itu siapa?!
Berani-beraninya menendang kak Rafael!” bentak Afi.
“Memangnya kenapa?” tanya Mega.
“Kenapa?! Hey! Kau itu harusnya
sadar! Dia itu pemilik sekolah ini!” bentak Dini.
“Oh. Terus?” ucap Mega.
“Jangan lakukan hal bodoh
seperti tadi lagi pada mereka!” bentak Lisha.
“Kalian itu siapa sih?” tanya
Mega yang penasaran dengan ketiga perempuan itu.
“Kita Beautiful Girls. Aku Afi,”
kata Afi sambil berpose.
“Dini,” kata Dini sambil berpose
imut.
“Lisha,” Lisha sambil berpose
juga.
“Oooh. Ya sudah, kami pergi
dulu.”
Mega
menarik tangan Siti dan pergi. Sedangkan geng Beautiful Girls marah-marah
sendiri.
“Terimakasih ya,” ucap Siti pada
Mega.
“Untuk apa?” tanya Mega.
“Kau sudah membelaku di depan
mereka semua,” jawab Siti.
“Tidak perlu berterimakasih
padaku. Aku hanya tidak suka pada perilaku mereka yang seenaknya sendiri. Sini
aku bantu kau membersihkan wajahmu,” Mega mengambil sapu tangannya dan
mengusapkannya ke wajah Siti.
Di
tempat khusus F4, Rafael berunding dengan Morgan, Bisma, dan Reza untuk
membalas perlakuan Mega.
“Kenapa dia berbeda?! Tidak ada
yang berani melawanku! Kenapa dia berani?!” ucap Rafael sambil melemparkan anak
panah kecil ke sebuah lingkaran.
Morgan
sedang memainkan musik dengan pianonya. Bisma dan Reza sedang bermain bola yang
ada di set ditemani 2 orang wanita cantik. Bisma yang dari tadi melihat Rafael
marah-marah, kamudian berjalan mendekati Rafael.
“Sudahlah. Kita lakukan saja dengan
kartu merah,” ucap Bisma sambil merangkul pundak Rafael.
“Tumben kau pintar,” ucap Rafael
sambil tersenyum.
Rafael
mengambil anak panah dan melemparnya.
“Mega, tamatlah riwayatmu!” ucap
Rafael pada dirinya sendiri.
Jam
pulang sekolah tiba. Semua anak berkeliaran ke loker mereka untuk menaruh
barang-barang. Mega membuka lokernya. Semua mata memandang ke arahnya. Perlahan
Mega membukanya. Saat lokernya sudah terbuka, Mega kaget. Di dalam lokernya ada
sebuah kartu berwarna merah, bertanda tengkorak, dan di bawah tanda tengkorak
itu ada tulisan F4.
“Wah, Mega murid kelas A dapat
kartu merah,” ucap salah seorang murid laki-laki.
“Apa-apaan ini?! Aku kan tidak
bermain sepak bola. Kenapa malah diberi kartu merah?! Dasar!” Mega marah-marah
sendiri sambil meremas kartu merah itu dan menginjaknya.
Semua
murid memandangi nya saat ia berjalan. Saat Mega sampai di depan koridor kelas,
ada yang melemparnya dengan telur. Tapi, sepertinya Mega tau. Dia menghindar,
berpura-pura membenarkan tali sepatu. Akhirnya telur itu mengenai murid lain.
Karena telur itu tidak mengenai Mega. Akhirnya semua murid melemparkan tepung
dan telur ke arah Mega. Mega sudah tidak dapat menghindar. Tetapi, tiba-tiba
ada jas yang melindungi dirinya dari lemparan telur itu. Dan orang yang mempunya
jas itu mendekap Mega, agar Mega tidak terkena lemparan-lemparan itu. Semua
murid berhenti melempar telur dan tepung. Orang yang menyelamatkan Mega dari
lemparan itu ternyata adalah Morgan. Salah satu anggota F4. Semua murid
tertunduk. Mereka semua takut. Morgan membawa Mega pergi dari tempat itu.
“Kenapa kau menolongku?” tanya
Mega.
“Aku hanya kebetulan lewat. Aku
tidak tega,” jawab Morgan.
“Tapi, terimakasih ya. Gara-gara
aku seragammu kotor. Biar aku bersihkan.”
“Tidak perlu. Aku akan membersihkannya
sendiri.”
“Tapi bagaimana caraku
berterimakasih padamu?”
“Tolong ajari aku melukis. Aku
dengar kau sangat berbakat dalam bidang lukis.”
“Baiklah. Mulai kapan? Dan
dimana?” Mega menyetujui permintaan Morgan.
“Mulai besok. Pulang sekolah,
aku tunggu kau di alamat ini,” Morgan memberikan selembar kertas yang berisikan
alamat yang besok harus didatangi Mega.
***
Bos
Ilham sedang duduk di kursinya. Mega mengetuk pintu ruangannya. Tok... Tok...
“Ya, masuk,” ucap Bos Ilham.
Mega
pun masuk.
“Bos, ini semua yang harus
ditandatangani,” ucap Mega sambil memberikan berkas-berkas yang ada di dalam
stofmap.
“Mega, kan aku sudah bilang. Kau
itu sahabatku, panggil saja aku Ilham,” perintah si Bos.
“Iya, baiklah.”
“Bagaimana keadaan sekolahmu
yang baru?”
“Ya begitulah. Lebih banyak
murid yang sangat menyebalkan. Tapi ada beberapa yang baik.”
“Mega!” teriak salah seorang
pegawai, yang tidak lain adalah Dea, sahabat Mega.
“Dea. Kenapa berteriak?”
“Kau ini! Tanpamu, di sekolah
itu sepi.”
“Oh ya?”
“Iya.”
Ilham
ternyata merasa bahwa dia dari tadi dicuekin oleh Mega dan Dea.
“Hey! Kalian berdua malah
ngobrol seenaknya, aku tidak diajak.”
“Hehe, maaf, Ham,” ucap Dea.
“Mega, apa kau sudah punya teman
di sana?” tanya Ilham.
“Sudah. Dia sangat baik padaku.
Namanya Siti.”
“Syukurlah,” komentar Dea.
Saat
Ilham, Mega, dan Dea sedang asyik mengobrol, seseorang mengetuk pintu ruangan
itu.
“Masuk,” perintah Ilham.
Orang
itu masuk.
“Mega, ada orang yang mencarimu
di luar, dan bos, tolong izinkan Mega untuk tidak ikut meeting nanti.”
“Iya. Mega, sepertinya mereka
orang yang penting. Temuilah,” ucap Ilham.
“Aku pergi dulu,” pamit Mega.
Mega
menemui orang itu. Orang itu mengajak Mega pergi. Mega dikawal oleh beberapa
mobil mewah. Ternyata mereka semua membawa Mega ke sebuah rumah yang sangat
mewah. Seperti istana. Dia dibawa masuk. Di dalam dia sudah ditunggu oleh
seorang wanita dan seorang pria yang umurnya sepertinya sudah setengah baya.
“Honey, my daughter,” teriak si
wanita.
“Mega!” teriak si pria.
Mega
yang tak mengerti akhirnya dijelaskan. Mega akhirnya tau. Kedua orang bule itu
adalah orangtuanya. Mega disuruh untuk tinggal di rumah itu. Tapi dia
menolaknya. Dia ingin hidup sebagai orang biasa.
Masalah
lagi, laundry orangtua angkat Mega bangkrut. Kedua orangtua angkatnya harus
pindah. Orangtua angkatnya menitipkan anak laki-lakinya pada Mega.
***
Mega
berpikir dia harus tinggal dimana. Dia berjalan-jalan di tepi kolam renang.
Tanpa Mega sadari, di belakangnya sudah berdiri ‘BEAUTIFUL GIRLS’. Mereka
mendorong Mega hingga tercebur ke kolam renang. Mega yang tidak bisa berenang
hanya bisa berteriak minta tolong. Rafael yang mendengar teriakan itu langsung
mendekat. Dia langsung melompat ke kolam renang untuk menolong Mega. Mega
terselamatkan oleh Rafael. Setelah Mega sadar, Rafael pergi meninggalkannya.
Mega hanya memandangi kepergian Rafael.
“Rafael, terimakasih kau telah
menolongku,” ucapnya dalam hati.
***
Sepulang
sekolah, Mega langsung mencari tempat seperti yang ada di alamat. Sampailah dia
di suatu tempat. Dia masuk ke tempat itu. Di sana ad F4 ternyata. Morgan yang
melihat kedatangan Mega langsung menghampirinya.
“Ayo, ajari aku,” ajak Morgan
sambil mendudukkan Mega.
Di sebelah Mega ada Rafael yang sibuk bermain
PSP. Morgan mengambil kertas dan cat air.
“Bagaimana memulainya?” tanya
Morgan.
“Jika kau ingin gambar yang
berbentuk,buatlah sketsanya dulu. Coba kau buat sketsanya,” jawab Mega.
Morgan
lalu mencoba menggambar sketsanya. Karena sketsa Morgan ada yang salah, Mega
membantu membetulkannya. Tanpa mereka sadari, Rafael sedang melihati mereka.
Tiba-tiba
Mega membalik. Dia memergoki Rafael yang sedang memandanginya.
“Mengapa kau memandangiku?”
tanya Mega.
“Tidak. Siapa yang memandangimu.
Kau ini besar kepala sekali ya,” Rafael berbohong.
“Oh ya?” Mega tak percaya.
“IYA!” kata Rafael lebih keras.
“Kau sepertinya mulai menyukaiku
ya?” selidik Mega.
“Enak saja. Tidak mungkin aku
menyukaimu. Ada-ada saja kau ini,” Rafael berbohong lagi.
“Ya sudahlah kalau tidak mau
mengku. Tapi terlihat dari pipimu yang memerah,” ucap Mega sambil berbalik
meneruskan sketsanya.
“Ternyata dia cantik juga ya,”
batin Rafael.
***
Mega
kebingungan, dia bingung harus tinggal dimana. Sudah 2 hari Mega dan Dicky,
adiknya tinggal di rumah Ilham. Tidak mungkin dia terus merepotkan Ilham. Tanpa
berpikir panjang, Mega menemui kedua orangtuanya untuk membantunya.
“Mom, Dad, can you help me?”
tanya Mega.
“Yes. What’s up, honey?” jawab
ibunya.
“Please, give me a house,” pinta
Mega.
“Yes, no problem.”
Akhirnya
Mega dan Dicky mendapat sebuah rumah. Walaupun rumah sederhana, tapi layak
untuk ditempati. Orangtua juga memindahkan Dicky di Meisho Gakuen. Mulai pagi
ini, Dicky masuk sekolah.
***
Dicky
berjalan memasuki kelas. Semua murid perempuan di kelas terpana melihat wajah
Dicky.
“Siapa dia? Cute. Apa dia murid
baru itu?” komentar salah seorang murid.
Kedatangan
Dicky di sekolah itu membuat kehebohan. Bahkan BEAUTIFUL GIRLS sampai penasaran
dengan wajah Dicky yang dibilang ‘cute’ itu.
Hari
kedua Dicky masuk sekolah. Di kelas memang sedang ramai sekali. Ada yang minta
foto bersama Dicky, dsb. Tiba-tiba BEAUTIFUL GIRLS datang.
“Siapa yang bernama Dicky?”
tanya Afi.
Semua
anak minggir dan memberi celah untuk BEAUTIFUL GIRLS melihat Dicky.
“Aku yang bernama Dicky. Ada apa?”
jawab Dicky.
Afi,
Dini, dan Lisha langsung melongo. Sepertinya mereka terpana dengan wajah imut
Dicky.
“Waw, tampan sekali dia,”
komentar Lisha.
“Bukan, lebih tepatnya dia itu
imut. Ya kan, Afi?” tambah Dini.
Afi hanya diam saja. Dia penasaran
dengan Dicky.
***
Di tempat
lain...
Mega
sedang melukis sebuah pemandangan. Tiba-tiba Rafael datang.
“Apa kau selalu melukis?” tanya
Rafael sambil memegang pundak Mega.
Tapi,
Mega kaget dan malah menekuk tangan Rafael. Rafael meringis kesakitan.
“Hey monyet! Kau seperti monster
ya!” teriak Rafael.
“Rafael?” Mega melepaskan
Rafael.
“Iya.”
Rafael
langsung menarik tangan Mega. Mega yang ditarik hanya bisa mengikuti Rafael.
“Rafael lepas!” teriak Mega.
“Sudah ikut saja,” kata Rafael.
“Tapi mau kemana?”
“Kau ini tidak bisa kalau tidak
ribut.”
“Baiklah.”
Ternyata
Rafael mengajak Mega ke sebuah taman yang sangat indah dengan dekorasi yang
sangat indah.
“Bagaimana menurutmu taman ini?”
tanya Rafael.
“Very beautiful,” jawab Mega.
“Di sana ada sesuatu untukmu,
walau aku tidak yakin kau akan menyukainya,” kata Rafael sambil menutup mata
Mega.
Rafael
menuntun Mega pelan-pelan. Hingga mereka sampai di tempat yang dituju, Rafael
melepaskan tangannya. Perlahan Mega membuka matanya. Mega kaget, di depannya
ada bunga mawar yang dihiasi lampu berbentuk love dan bertuliskan love.
“Apa kau yang membuat semua ini?”
tanya Mega.
“Iya. Kau tidak suka ya?” Rafael
cemberut.
“Kenapa wajahmu jadi seperti
itu? Aku menyukainya.”
“Benarkah?”
“Iya. Ini sangat indah. Malam yang
sangat indah.”
“Apa kau mau menjadi kekasihku?”
tanya Rafael.
“Aku. Aku tidak bisa
menjawabnya,” jawab Mega lalu pergi.
Rafael
tadinya ingin mengejar Mega, tapi gara-gara ponselnya berbunyi tidak jadi.
***
Di jalan,
Mega masih memikirkan kalimat Rafael tadi. Dia sebenarnya menyukai Rafael, tapi
dia juga menyukai Morgan. Tiba-tiba Morgan lewat. Morgan mengajak Mega ke kolam
yang ada air mancurnya.
“Mega apa kau mau menjadi
kekasihku?” tanya Morgan tiba-tiba.
Tapi
sayang ucapan Morgan tadi tidak terdengar oleh Mega karena air mancur itu
menyemprot dengan sebuah lagu yang indah. Morgan hanya bisa tersenyum.
***
2
tahun kemudian...
Mega
sudah menjadi kekasih Rafael. Selain itu, Afi dan Dicky sudah resmi berpacaran.
Mega dan BEAUTIFUL GIRLS juga sudah tidak bermusuhan. Namun, sepertinya nyonya
Asri, ibu Rafael, tidak merestui hubungan mereka berdua. Nyonya Asri
menjodohkan Rafael dengan Siti, karena Siti orangtuanya akan menanam saham di
perusahaan keluarga Rafael. Rafael tidak bisa menolak, karena jika dia menolak
pertunangan itu, Mega akan mengalami sesuatu yang tidak diinginkan.
***
“Nona Mega?” tanya seorang pria
yang memakai pakaian parlente.
“Iya. Ada apa ya?” jawab Mega.
“Anda diundang oleh nyonya besar
ke pesta pertunangan Siti dan Rafael, ini undangannya,” kata orang itu sambil
memberikan undangan.
“Terimakasih,” kata Mega.
Tiba-tiba
Dea datang mendekati Mega.
“Apa kau yakin akan datang?”
tanya Dea.
“Aku sangat yakin,” jawab Mega.
“Apa hatimu tak terluka?”
“Itu pasti. Tapi aku akan
melihatnya.”
Seseorang
mengetuk pintu rumah Mega. Mega segera membukakan pintu. Ternyata yang mengetuk
pintu adalah Bisma.
“Hay guys, apa kalian mendapat
undangan seperti ini?” tanya Bisma.
“Iya,” jawab Mega dan Dea
berbarengan.
“Kita akan berangkat bersama. Aku
akan menjemput kalian di sini jam 7 malam nanti. Sebelum itu kalian harus
memakai senjata,” Bisma mengambil sesuatu dari dalam bagasi mobilnya.
Bisma
mengambil 6 kotak besar di bagasinya. 3 kotak diberikannya untuk Dea, dan 3
lainnya untuk Mega.
“Pakailah semua itu nanti malam,”
kata Bisma lalu pergi.
***
Saat
yang ditunggu-tunggu tiba, Mega dan Dea sudah melakukan semua perintah Bisma
tadi siang. Bisma, Reza, dan Morgan sudah datang dengan mobil beserta sopirnya
masing-masing. Mereka bertiga terpesona dengan penampilan Mega dan Dea.
“Dea, kau sangat cantik malam
ini,” Bisma menarik tangan Dea.
“Terimakasih kakak,” kata Dea
tersipu malu.
Dea dan
Bisma masuk ke dalam mobil Bisma.
“Apakah kau mau pergi bersamaku?”
tanya Morgan pada Mega.
“Iya,” jawab Mega.
Mega
dan Morgan langsung masuk ke dalam mobil Morgan dan pergi.
“Huh, andai saja aku punya
pacar. Pasti aku akan mengatakan, apa kau mau pergi bersamaku cantik? Baiklah. Itu
hanya mimpi,” kata Reza pada dirinya sendiri.
Sampailah
mereka berlima di acara tersebut. Kedatangan mereka berlima bak orang penting. Mereka
duduk di kursi paling depan. Nyonya Asri datang.
“Terimakasih kau sudah datang di
acara ini,” kata nyonya Asri.
Mega
hanya tersenyum saja. Dea, Morgan, Bisma, dan Reza bingung dengan keadaan
tersebut.
“Mega,” sapa seseorang, yang tak
lain adalah kak Rangga, kakak dari Rafael.
“Kak Rangga,” balas Mega.
“Aku tau hatimu pasti sakit
karena acara pertunangan ini,” kata kak Rangga pada Mega.
“Tidak mengapa kak. Aku akan
melihatnya dari awal sampai akhir.”
***
Acara
pertunangan sudah dimulai. Para hadirin sudah beranjak dari kursinya
masing-masing. Tukar cincin. Dengan sangat terpaksa, Rafael memasangkan cincin
di jari manis tangan kiri Siti. Perlahan Rafael memasangkan cincin itu. Kini giliran
Siti yang memasangkan cincin itu. Dengan perlahan, Siti memasangkan cincin yang
satunya lagi ke jari manis Rafael. Tapi sayang, baru sampai di tengah jari,
Siti menariknya kembali dan membuangnya. Para hadirin kaget dan bingung.
“Maafkan aku ayah, ibu, nyonya
Asri dan semuanya. Aku tidak bisa melakukan ini semua. Karena cinta tidak bisa
dipaksakan. Seperti hati Rafael. Dalam hati memang aku berharap dia akan menyukaiku.
Tapi, rasa cintanya pada seseorang sangat besar. Sehingga tidak bisa
terpisahkan,” kata Siti.
Nyonya
Asri sangat marah, dia langsung pergi dari tempat itu. Mega sangat kaget, dia
tidak menyangka jika Siti akan begitu.
***
Acara
itu dibubarkan begitu saja. Mega dan yang lain menemui Siti dan Rafael.
“Siti...” ucap Mega.
“Mega...” ucap Siti.
“Kenapa kau berbuat begitu? Bukankah
kau sangat menyukai Rafael?” tanya Mega.
“Iya, memang. Tapi aku tau
besarnya cinta kalian. Jadi, aku mengalah,” jawab Siti.
***
Sepulang
sekolah, Mega sedang berjalan ke rumah. Ketika sampai di rumah, dia sudah
ditunggu nyonya Asri dan pengawal-pengawalnya.
“Ada perlu apa nyonya kemari?”
tanya Mega.
“Sebaiknya kau menjauh dari
anakku. Dia tidak sederajat denganmu, harusnya kau sadar. Kau itu hanya orang
miskin,” jawab nyonya Asri.
“Mengapa? Kami berdua memang
tidak sederajat. Tapi anda harus tau, jalan pikiran kami sama.”
“Berani sekali kau!” nyonya Asri
hendak menampar Mega.
Belum
sempat tamparan itu mendarat di pipi Mega, tangan nyonya Asri sudah dihalangi
oleh para pengawal-pengawal Mega.
“Pria mana lagi yang kau
manfaatkan? Ayo kita pergi,” ucap nyonya Asri.
***
Mega
dan Dicky sekarang tinggal di rumah Mega. Mega terpaksa harus tinggal di sana
karena dia harus meneruskan perusahaan orangtuanya. Orangtua Mega juga sudah
tau tentang peristiwa kemarin, mereka akan mengambil saham mereka di perusahaan
Rafael. Saham mereka di sana sebesar 80%.
Tampak
nyonya Asri yang sedang duduk berhadapan dengan ayah Mega.
“Apa yang kau lakukan kemarin
pada Mega?”
“Aku hanya memberikannya
pelajaran agar dia tidak mendekati anakku, tuan. Ada apa?” jawab nyonya Asri.
“Jadi benar. Kau yang menampar
anakku.”
“Maksud tuan?”
“Ya, Mega. Dia adalah anakku. Aku
kemari juga akan mencabut sahamku di perusahaan ini.”
“Apa?! Tidak mungkin.”
***
Perusahaan
milik Rafael hampir bangkrut. Mega tidak tega melihatnya. Dia membujuk ayahnya
untuk menanam saham kembali di sana. Tapi tidak berhasil.
Akhirnya
bujukan Mega berhasil. Saat ini Mega lah yang menjadi presdir di perusahaan
tersebut sekaligus dia menjadi dokter muda yang sangat cerdas. Rafael kuliah di
luar negeri hingga akhirnya sekarang dia menjadi seorang pebisnis muda yang
handal. Rencananya hari ini Rafael akan menemui Mega diam-diam.
Rafael
berpura-pura menjadi sopir pribadi Mega. Saat Mega naik, mobil langsung melaju
kencang dan berhenti di pantai. Penyamaran Rafael sepertinya berhasil, padahal
dia hanya menggunakan topi.
“Kenapa kita malah ke pantai? Aku
kan tidak menyuruhmu ke tempat ini,” omel Mega.
“Iya, memang tidak, Mega,”
Rafael melepas topinya dan membalikkan tubuhnya.
Mega
sangat terkejut dia tidak menyangka jika dia itu Rafael.
***
Anggota
F4 yang lain juga sudah berada di sana.
“Mega, maukah kau menjadi
istriku?” tanya Rafael.
“Aku mau,” jawab Mega.
“Sah!” ucap yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar